Foto: Pixabay
Berapa kali dalam setahun Anda bepergian dengan atasan? Setidaknya mungkin satu kali. Perasaan Anda terbelah. Antara bangga, dipercaya mendampingi bos untuk tugas penting (sambil jalan-jalan lagi!), juga gamang, membayangkan bakal banyak ‘ranjau’ yang bisa membuat hubungan personal Anda dengannya malah runyam. Apalagi kalau perginya menginap dan sampai berhari-hari. Wah, gawat!
Di luar kantor, tak ada lagi dinding pemisah ruang. Terlalu santai, Anda bisa dianggap sok dekat dan tidak sopan. Terlalu formal, Anda bisa dianggap karyawan yang kaku. “Yang penting, tepislah anggapan bahwa trip ini tegang dan menyeramkan. Trip dengan bos tak ubahnya trip dengan rekan kerja. Hanya, etika harus lebih dijaga,” kata Cherry Zulviyanti Riadi, Psi, konsultan karier. Yuk, pelajari situasi, agar sikap Anda pas di mata bos.
Baca juga:
12 Pertanyaan Seputar Business Trip Bareng Bos (Bagian 1)
9. Di luar kantor, tak ada lagi dinding pemisah ruang. Terlalu santai, Anda bisa dianggap sok dekat dan tidak sopan. Terlalu formal, Anda bisa dianggap karyawan yang kaku. “Yang penting, tepislah anggapan bahwa trip ini tegang dan menyeramkan. Trip dengan bos tak ubahnya trip dengan rekan kerja. Hanya, etika harus lebih dijaga,” kata Cherry Zulviyanti Riadi, Psi, konsultan karier. Yuk, pelajari situasi, agar sikap Anda pas di mata bos.
Baca juga:
12 Pertanyaan Seputar Business Trip Bareng Bos (Bagian 1)
T: Ternyata saya sekamar dengan bos (sesama wanita). Waduh, bagaimana kalau saya mendengkur?
J: Pertama, usahakan agar Anda berdua mendapatkan kamar dengan dua bed. Dengan begitu, masing-masing tak terganggu karena adanya orang lain di tempat tidur. Kedua, bila Anda bertipe pendengkur, minimalkan kemungkinan mendengkur dengan tidur dalam posisi miring. Sebelum tidur, katakan, “Maaf, ya, Bu, bila nanti saya mendengkur.” Ia akan memahami. Malah, bisa jadi bos leluasa berkata balik, “Maaf juga, ya, kalau nanti saya mengigau.”
Namanya juga sekamar, hal-hal seperti itu mungkin saja terjadi. Bila sebaliknya, bos yang mendengkur, apa boleh buat, Anda mungkin perlu terjaga sampai pagi hari. Dan... tak usahlah bilang pada bos keesokan harinya.
10.
Jika sekamar, bagaimana bila saya perlu menggunakan kamar mandi dalam waktu lama?
J: Sebelum masuk ke kamar mandi, tanyakan apakah bos ingin menggunakan kamar itu terlebih dulu. Jika tidak, silakan Anda menggunakannya. Gunakan kamar mandi secepatnya dan seperlunya saja. Siapa tahu bos berubah pikiran saat Anda berada di kamar mandi
Sebaiknya Anda tidak mendominasi area wastafel dengan perlengkapan mandi Anda. Sebelum keluar kamar mandi, pastikan ruangan kering dan bersih. Tidak ada genangan air, cermin tidak berembun karena uap air panas, tidak ada pula rontokan rambut.
Gunakan pula kamar mandi untuk berganti pakaian. Sebagai staf, Anda akan dianggap tidak sopan, bila bertukar baju di depan bos. Namun, bila bos dengan santai berganti pakaian di depan Anda, agar tak rikuh, berpura-puralah pergi ke kamar mandi, sibuk membereskan koper, atau lakukan apa saja untuk menyingkir secara halus.
11.
T: Bos pulang dengan pesawat lebih pagi. Sewaktu saya check out, pihak hotel menagih saya untuk pengeluaran minibar dan laundry yang lupa dibayar oleh bos. Mahal! Saya harus bagaimana?
J: Jangan risau. Bayarlah dulu dengan kartu kredit Anda. Setelah bertemu di kantor, sampaikan hal itu pada bos. Dia tentu akan membayar ‘utang’-nya pada Anda. Anda tak perlu tekor untuk keperluan ekstra ini. Lain soal bila bagian keuangan di kantor membekali Anda dana entertainment sebagai pegangan. Di sejumlah kantor, uang itu bisa digunakan untuk membayar tagihan makan di luar pengeluaran yang tidak ditanggung oleh klien atau pengundang.
12.
T: Begitu bergembira menikmati night out bersama, bos pria kelepasan bicara. Dia melontarkan kata-kata bernada intim. Besoknya, ia menghindar. Haruskah saya mengikuti ‘permainan’-nya?
J: Entertainment selepas jam kerja saat perjalanan bisnis memang umum terjadi. Masalahnya, bila bos terlalu banyak minum minuman beralkohol, bisa saja ia lepas kendali. Biasanya, sih, ia tidak seperti itu. Meski kejadian itu memalukan, ingatlah, jangan sampai tujuan perjalanan bisnis gagal. Bila bos menghindar, bersikaplah seolah hal itu tak terjadi.
Tapi, beda halnya bila insiden itu mengarah pada pelecehan seksual, apalagi terjadi di depan klien. Cari waktu untuk bicara empat mata dengan bos. Katakan, “Tentang kejadian semalam, saya sangat keberatan dengan sikap Bapak. Saya merasa sangat tidak nyaman.” Bila bos merespons, “Maafkan saya,” tanggapi singkat dengan, “Ya, Pak.” Tapi, jangan dengan, “Ya, Pak, tidak apa-apa.” Ini penting untuk mencerminkan ketegasan Anda, sekaligus mengamankan posisi Anda yang tentunya masih ingin bekerja di kantor tersebut. Bahasa tubuh yang konsisten dengan keinginan hati adalah kunci untuk keluar dari masalah pelecehan seperti ini. (f)
Baca juga:
Menjadi Pebisnis Sukses Merupakan Tujuan Hidup Generasi Muda
3 Bukti Kutu Loncat Tetap Punya Kredibilitas
Angela H. Wahyuningsih
Topic
#TipKarier