Coba lirik anggota kerajaan Eropa di abad ke-14. Emas dan bebatuan aneka warna dengan ukuran superbesar menjadi bahan dasar kalung pada saat itu. Pada busana, material ini dikenakan sebagai sentuhan akhir yang menegaskan detail extravaganza yang mereka pakai. Sementara, bagi kalangan umum, bentuk kalung yang digemari hanya berupa rantai tipis dengan bandul sederhana dari emas.
Perhatian wanita yang masih sebelah mata terhadap perhiasan, minimnya pilihan, dan popularitas desainer aksesori yang kebanting dibanding perancang busana, membuat fashion lebih cepat berevolusi pada masa itu. Desain kalung hanya seputar kalung simpel yang tetap berkesan elegan. Cukup lama memang sampai akhirnya di era ’70-an generasi pemberontak menyumbangkan gaya dengan detail hippies-nya.
Pada masa ini, definisi gaya tercipta dari banyaknya aksesori yang ditambahkan. Desain dan material kalung menjadi lebih playful seperti kalung fringe berbahan kulit maupun untaian akrilik warna-warni. Namun ternyata, resesi dan datangnya era minimalis kembali lagi, tepatnya di akhir tahun ’90-an.
Hal ini menyebabkan eksplorasi menjadi terbatas pada desain solid dengan adaptasi bentuk geometris berpalet perak yang memang dipengaruhi juga oleh era milenium dan futuristis. (f)