BizNews
EWW Sharing Forum 2018: Building Brand Equity dan Leadership & Human Capital Management untuk Pebisnis Sukses

9 Aug 2018

 
 
 
Untuk kedelapan kalinya, Ernst & Young Indonesia menggelar Entrepreneurial Winning Women Entrepreneurship Insights Sharing Forum pada Rabu, (8/8). Ajang yang digelar di lebih dari delapan negara lain ini merupakan bagian dari rangkaian program penghargaan Ernst & Young​ Entrepreneurial Winning Women 2018. 

“Forum ini merupakan bagian dari komitmen kami dalam membantu pengusaha wanita. Berfokus untuk membantu alumni Ernst & Young Entrepreneurial Winning Women dan wanita wirausaha lainnya untuk memperluas pengetahuan bisnis dan meningkatkan keterampilan kepemimpinan yang bermanfaat untuk meningkatkan skala bisnis mereka,” ujar Julianingsih Tan, Chief Financial Officer Ernst & Young Indonesia. Dalam penyelenggaraan forum ini, Ernst & Young bekerja sama dengan Wanita Wirausaha Femina.

Dalam kesempatan ini, para alumni program belajar tentang Building Brand Equity bersama Eva Arisuci Rudjito (Uci), Marketing Communications Professional PT Unilever Indonesia  dan Leadership & Human Capital Management bersama Susi Boediman, Corporate Director of Human Resources PT Samsung Electronics.


Brand equity adalah bagaimana pebisnis dapat mengkomunikasikan apa yang dianggap fundamental dan menjadi inti dari bisnis mereka ke publik. Salah satunya, bagaimana pebisnis harus tahu dan selalu mengingat akarnya – apa tujuan ia mendirikan bisnisnya dan pebisnis juga harus mengetahui pressure point pelanggannya sehingga bisa memberikan sesuatu yang mereka inginkan atau butuhkan.

Contohnya produk Lifebuoy. Brand ini tidak sekadar menjual produk (sabun). Tetapi menawarkan perlindungan anak dari kuman lewat kebiasaan hidup bersih. Hal ini yang merupakan poin yang diinginkan atau dibutuhkan konsumen.
 
Selain itu hal penting yang harus diingat pebisnis bagaimana sulitnya membentuk pemikiran dan opini pelanggan akan brand yang telah tertanam. “Ini adalah tantangan paling kritikal bagi pebisnis,” kata Uci. Sebuah contoh brand yang sukses adalah Go-Jek. Meskipun bisnisnya telah berkembang menyediakan layanan antar barang, pijat, kebersihan, isi pulsa, dan sederet jasa lainnya, namun konsumen masih tidak bisa melepaskan persepsi bahwa Go-Jek adalah layanan jasa ojek online.
 
Sebuah brand juga harus bisa memosisikan dirinya lebih dari produk semata, tetapi ada functional dan emotional benefit. “Konsumen ingin bisa terhubung dengan produk yang dipakainya,” katanya.
 
Sebagai contoh, produk Dove yang tidak ingin menempatkan dirinya sebatas sabun atau beauty product saja. Lewat self-esteem program, brand ini mendatangi sekolah-sekolah untuk membangun kepercayaan diri remaja puteri yang menjadi sasaran target konsumennya.
 
Alhasil, brand ini tidak lagi dipersepsikan sebagai sebuah sabun semata oleh konsumennya. Tetapi orang akan melihatnya sebagai pendongkrak rasa percaya diri bahwa dirinya cantik.
 
Dalam sesi Leadership & Human Capital Management, Susi mengingatkan bagaimana perusahaan harus bersikap konsisten.

“Jika perusahaan ingin menjadi perusahaan global, maka nilai-nilai dalam perusahan yang diterapkan juga haruslah universal. Transparansi dan menghargai perbedaan justru menghidupkan keberagaman,” ujar Susi menutup forum sharing ini. (f) 

Baca Juga: 
Wise Women Bandung, Laporan Keuangan Yang Baik untuk Perkembangan Bisnis & Tip Sukses Berbisnis Fashion dari Pendiri Baju Muslim Shafira

5 Kiat Membuat Konten di Media Sosial untuk Promosi Bisnis

Solusi Menghadapi 5 Karakter Sulit di Kantor untuk Para Manajer


 


Topic

#Entrepreneurship, #ErnstandYoung, #Wanwir, #wanitawirausaha

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?