BizNews
Dining in the Dark, Makan dalam Kondisi Gelap Total Demi Galang Dana.

2 Dec 2018

 
Foto: Unsplash

Fairmont Jakarta
Gelora Bung Karno, Jl. Asia Afrika No.8, Jakarta Pusat
Reservasi: (021) 29703333 / diningreservations.jalarta@fairmont.com
 

Fairmont Jakarta akan menggelar acara penggalanan dana bersama dengan Yayasan Mitra Netra sebagai bagian dari kegiatan amal. Yayasan Mitra Netra adalah organisasi nirlaba yang memusatkan programnya pada upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan kerja penyandang tunanetra, didirikan oleh sekelompok orang tuna netra yang berhasil menyelesaikan kuliah bersama-sama sahabat mereka yang bukan tunanetra.
 
Diadakan hanya sehari, yakni di 3 Desember 2018, dinner bertajuk berjudul Dining in the Dark akan berjalan sepanjang 12-course. Di dalam ruang santap yang didesain tanpa pencahayaan, tamu diharapkan bisa memanjakan empat indera sebaik-baiknya, yakni indera rasa, penciuman, sentuhan, dan suara. Tanpa bisa melihat hidangan sama sekali, tamu bisa tertantang menebak-nebak bumbu, bahan baku, dibantu tekstur yang bereaksi kala dikunyah.
 
Di kesempatan media preview, awak media dibagi ke dalam beberapa grup untuk mencoba pengalaman ini. Femina dan tiga awak jurnalis dari media berbeda berjalan secara dituntun oleh penyandang tunanetra dari yayasan yang dilatih menjadi pramusaji untuk acara khusus ini. Sekian detik sebelum memasuki dan keluar ruang, tamu diperintahkan untuk memejamkan mata agar beradaptasi dengan kegelapan total.
 
Di ruangan, bahkan sejengkal tangan di depan mata tidak terlihat. Pramusaji tuanetra menjadi tumpuan satu-satunya hingga tamu media dapat menyentuh meja berisi empat kursi. “Bentuk meja ini kotak, tidak bundar, untuk membantu kami mengenali sudut-sudut,” ujar sang pramusaji. Penyakit membuat kondisi penglihatannya menurun hingga remaja. Kini, ia bisa mengira-ngira perawakan lawan bicara sebatas dari siluet yang dibiaskan cahaya.
 
Seorang awak media di meja yang sama dengan femina merasa nyaman berada dalam kegelapan karena terbiasa memejamkan mata 30 menit selama yoga. Seorang lainnya bergegas keluar karena fobia kegelapan. Bagi femina, beraktivitas dalam gelap mengusik iba. Mencoba membayangkan keseharian yang gelap di saat orang lain bisa melihat, membantu memahami perjuangan sehari-hari yang dihadapi kaum disabilitas. 

Tangan meraba-raba meja untuk ahirnya bisa mencapai b&b plate berisi bread roll. Mentega di samping piring diambil perlahan dan dioleskan menggunakan pisau kecil. Tidak terlalu sulit bagi yang terbiasa bersantap fine dining dan memahami posisi cutleries, piring, hingga gelas.

Santapan demi santapan melatih diri untuk menerka tanpa mengandalkan mata. Namun, perasaan yang paling kuat muncul justru adalah bayangan berada dalam posisi penyandang tunanetra. Perasaan sedih datang berdesir. Femina mencoba berdamai dengan suasana hati dengan bercanda dengan sang pramusaji. Ia berdiri di samping meja sepanjang dinner berlangsung. 

“Dana yang terkumpul akan membantu mendukung mereka yang memiliki keterbatasan penglihatan dengan menawarkan kesempatan kerja dan pendidikan,” ucap Garth SimmonsCOO AccorHotels Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Alat bantu membaca juga masih banyak yang diimpor, sehingga penyandang tunanetra kesulitan mendapatkan akses layak terhadap alat-alat khusus. 
 
Tiket Dining in the Dark ini bisa dibeli seharga Rp2.500.000. Dibandingkan dengan charity dinner yang penuh ingar-bingar dan hiburan musik sepanjang malam, konsep Dining in the Dark mengajak tamu memahami arti berbagi dalam cara berbeda. Kegugahan yang ditinggalkan cukup mendalam dan bisa jadi mengubah pandangan tamu akan dunia kalangan tunanetra. (f)


Baca juga: 
Meracik Hidangan Italia Bersama Celebrity Chef Italia Pietro Parisi
Pengalaman, Kata Kunci Wisata Gastronomi

Trifitria Nuragustina


Topic

#finediningjakarta, #fairmontjakarta

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?