“A perfume is like a piece of clothing, a message, a way of presenting oneself, a costume that differs according to the woman who wears it.” – Paloma Picasso.
Pernyataan Mademoiselle Picasso memang tidak berlebihan. Parfum, perfume, profumo, fragrance, fragrancia, wewangian, atau apapun sebutannya, adalah “aksesori” yang dengan sadar dan sengaja dipilih oleh kita untuk “dilekatkan” pada tubuh, dengan tujuan untuk menunjukkan karakter kepribadian kita tanpa perlu berbicara banyak. Sebab pada dasarnya, tanpa atau dengan wewangian, kita bisa tetap terlihat menarik lewat busana dan aksesori yang dikenakan. Tapi sentuhan akhir berupa wewangian yang disemprotkan pada tubuh dan/atau busana, faktanya mampu menjadi sumber kekuatan yang bisa menegaskan karakter dan keberadaan kita, bahkan meninggalkan sebuah memori yang tercatat apik oleh indera penciuman.
Harus diakui bahwa wewangian memiliki peran penting dalam kehidupan kita. Keberadaannya boleh jadi tidak terlihat secara kasat mata, namun mampu memberi sebuah pengalaman yang bisa dinikmati oleh pemakainya dan orang-orang yang ada di sekelilingnya. Tak heran jika industri wewangian yang terus berkembang dan dikembangkan dengan pesat demi memenuhi hasrat dan kebutuhan manusia dewasa untuk selalu terlihat menarik secara menyeluruh.
Menariknya, dari ribuan wewangian yang pernah hadir dan diciptakan di bumi ini, ada beberapa yang bertahan hingga mampu melintas masa dan generasi. Aromanya yang khas, sudah tentu menjadi daya tarik dari wewangian-wewangian itu, sehingga bergeming di tengah gelombang pasang wewangian masa kini. Orisinalitas tentu menjadi kekuatan dari wewangian klasik yang kenamaan hingga sekarang, termasuk nama dan desain botolnya yang begitu berkarakter.
