Celebrity
Whulan & Jessie, Eksotis di Antara Wajah Kaukasia

28 Jul 2011

Ajaklah Whulandary berbicang. Anda akan mendengar logat Melayu yang kental dari gadis berkulit sawo matang ini. Whulan memang gadis Padang, Sumatra Barat, yang ‘tak bisa hidup’ tanpa makan nasi Padang, walau sehari.  

Sementara itu, banyak orang terkecoh dengan wajah Jessie Setiono (23). “Ayah saya orang Sunda, ibu saya berdarah Cina,” katanya.  Kalaupun dia berbicara gado-gado (Indonesia-Inggris), itu karena sejak ia berusia 8 tahun keluarganya bermukim di Australia.

‘Lompat’ dari satu fashion show ke fashion show yang lain, dari satu sesi pemotretan ke sesi pemotretan yang lain, menjadi bagian dari rutinitas mereka sebagai model tenar. Bagaimana mereka menyikapi maraknya wajah asing di dunia model? Apa langkah karier mereka selanjutnya?

Bersaing dengan Pemilik Wajah Kausika

Whulan dan Jessie menempuh jalan berbeda untuk masuk ke dunia model. Whulan berkembang pesat setelah terpilih sebagai Pemenang II Wajah Femina 2008, sedangkan Jessie dikenal lebih dulu sebagai model di Australia.

Tapi, saat ini tantangan yang mereka hadapi, sama. Wajah Kaukasia bertebaran di panggung catwalk. “Saya pernah ditolak casting karena katanya pihak klien hanya mau model asing,” cerita Whulan. Sementara Jessie merasa kompetisi akan makin sulit bagi model lokal. Bagaimana mereka menyikapi kondisi ini?

Whulan

Saya pernah terlibat dalam fashion show dengan  20 model asing dan hanya 5 model lokal. Itu bikin shock karena akan memperagakan karya desainer Indonesia. Tidak hanya di panggung catwalk, dalam pemotretan untuk mode dan katalog pun mereka juga mendominasi. Apakah karena honor mereka lebih murah dibanding honor model lokal, saya nggak tahu. Kalau boleh membandingkan, model kita juga profesional, kok, dan secara fisik tak kalah cantik.

Mungkin, sekarang tren di dunia model adalah mencari wajah yang berbeda. Dua minggu lalu saya baru kembali dari Miami, Amerika Serikat. Ada agency yang meminta saya datang untuk membuat portfolio. Memiliki rambut hitam dan bola mata hitam, oleh mereka saya dibilang cantik. Indonesian’s faces menurut mereka adalah salah satu wanita yang tercantik di dunia.

Saya pernah bekerja sebagai model di Korea selama 3 bulan. Di sana desainer lebih mendahulukan pekerjaan untuk model lokal dibanding model asing. Seharusnya begitu, ya, karena desain mereka pastinya lebih ditujukan untuk orang Korea yang berkulit putih dan bermata sipit dibanding saya yang kulitnya hitam dan bermata besar.

Apa yang bisa saya pelajari dari mereka? Kalau dari sisi profesionalisme saya pun selalu berusaha profesional. Saya pernah terbang ke Bali dengan kursi roda demi menunjukkan ke Mas Edo (Edward Hutabarat) bahwa saya benar-benar nggak bisa show karena sakit usus buntu. Kalau dari penampilan fisik, karena mereka skinny, ya, makanya saya terpacu untuk lebih rajin berolahraga untuk membakar kalori. Saya berharap, tren menggunakan model asing ini tidak berlangsung lama. Sayang kan, banyak model lokal yang berpotensi, tapi tidak diberi kesempatan berkembang.

Jessie

Rasanya sejak tiga tahun lalu model asing mulai mendominasi dunia model di Indonesia. Kebanyakan mereka datang dari Eropa Timur, yaitu Rusia dan Uzbekistan. Tubuhnya slim. Mereka juga cantik banget, struktur wajahnya bagus, dan mereka tinggi, rata-rata lebih tinggi dari model kita.

Kalau dari kemampuan, model kita ‘jalannya’ lebih bagus dibanding mereka. Karena, di sekolah modeling kita diajarkan cara berjalan melenggak-lenggok, step turn dan blocking. Sementara model asing itu hanya berjalan lurus, seperti robot tanpa ekspresi. Pembawaannya memang jadi effortless. Industri fashion kita sepertinya sedang bertransformasi, mereka ingin high fashion, dan high fashion adalah berjalan lurus tanpa ekspresi.

Sama seperti ketika saya berkesempatan menjadi model di Australia. Mereka berkomentar, “Wow you are so beautiful. I never see anyone like you before.” Buat mereka, saya unik, karena jarang ada model Asia di sana. Mungkin, itu juga yang sedang terjadi di industri fashion kita.

Tapi, saya belajar dari mereka. Mereka sangat on time. Di Indonesia mereka banyak sekali job modeling, berbeda dengan model asing yang bekerja di Singapura. Bisa satu bulan mereka tidak ada job. Makanya, mereka harus profesional membagi waktu dari satu job ke job lainnya. Apalagi di Jakarta  sering macet.

Menuju Sukses Lain

Setelah kemenangannya di Wajah Femina, Whulan seperti memiliki energi untuk bertarung dalam International Model of the Year 2009 yang berlangsung di Korea. Hasilnya, ia meraih Best Catwalk dan menetap di Korea selama 3 bulan untuk keperluan modeling.

Sementara Jessie, yang telah lama memulai karier modeling di Negeri Kanguru, juga mencetak sukses yang tak kalah gemilang. Tak hanya laris sebagai model catwalk, Jessie telah 5 kali menjadi model iklan dan katalog. Bahkan, wajah uniknya pernah terpilih menjadi ikon sebuah hotel bintang lima di Perth, Australia. Ke mana karier kedua model Indonesia ini akan berujung?

Whulan

Saya mungkin tipe orang yang berusaha memanfaatkan peluang sebaik-baiknya. Kalau bisa mengembangkan karier ke mancanegara, mengapa tidak? Untuk lebih memperluas jejaring, saya sengaja membuat website yang berisi portfolio saya selama terjun ke dunia modeling.

Langkah awalnya adalah kemenangan saya di Korea. Selama bekerja 3 bulan di Korea, lalu 3 bulan Cina, kami para pemenang ditempatkan di satu rumah. Bisa dibilang, kami berteman baik, tidak ada persaingan. Kalau ada casting, kami pergi sama-sama. Ada yang diterima, ada yang tidak, tapi kami saling mendukung. Itulah sebabnya saya merasa nyaman bekerja di luar negeri, walaupun jauh dari keluarga untuk waktu yang cukup lama.

Saat ini saya disibukkan dengan kegiatan modeling. Saya bersyukur, tujuh kali dalam seminggu full dengan tawaran fashion show, juga pemotretan. Saya juga baru saja menerima tawaran bermain dalam sebuah film produksi Malaysia. Saya sudah menerima naskahnya, tapi belum memutuskan apakah akan menerima tawaran tersebut.

Jessie

Sejak dulu saya menjadikan modeling hanya sebagai kegiatan mengisi waktu luang. Ketika di Australia pun saya hanya menerima tawaran modeling kalau tidak berbenturan dengan jadwal kuliah.

Setelah lulus sarjana dari sebuah universitas di Australia jurusan bisnis, ternyata saya malah tertarik pada bidang hukum. Saya senang mengamati kasus-kasus hukum. Makanya, saat ini saya magang di sebuah law firm di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Rencananya, dalam waktu dekat saya mengambil kuliah jurusan hukum di Jakarta.

Mengikuti jalannya sidang, membuat ringkasan kasus, semuanya itu menarik buat saya. Tapi, saya akui, terkadang saya rindu dengan kegiatan modeling. Jadi, sesekali saya masih menerima tawaran fashion show atau pemotretan yang cocok buat saya. Namun, cita-cita saya tetap menjadi pengacara.

Joy Roesma



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?