Fiction
The Second Chance Show [4]

4 Jul 2011

<< cerita sebelumnya

Aldi, Margi, Toni, Ismi dan Bryan berbincang di kamar Aldi. Mereka dan kru yang lain memantau vila utama dari sebuah vila kecil yang letaknya tidak jauh dari vila utama, tempat para peserta sedang beristirahat. Ada kru yang memantau 24 jam dari monitor di vila tersebut, yang tersambung dengan seluruh kamera yang sudah terpasang.

”Bagaimana hasil polling sementara?” tanya Toni.

”Astrid jauh mengungguli yang lain,” jawab Ismi.

”Kita akan gugurkan dia,” ucap Toni.

”Apa?” Aldi terkejut. Begitu juga Margi dan Bryan. ”Tapi... Astrid itu mantan kekasihku yang paling... paling....”

”Al, ini sebuah drama televisi. Kau harus profesional, jangan melibatkan emosi pribadi. Kau harus berpikir bagaimana rating acara ini naik,” bantah Toni.

”Tetapi, semua orang menyukai Astrid. Pemirsa menyukainya,” bela Aldi.

”Kalau ending-nya mudah ditebak, acara ini akan membosankan. Astrid terlalu melebihi yang lain. Selagi acara ini belum lama disiarkan, dia harus dihapus terlebih dahulu atau persaingan akan timpang.”

Aldi menarik napas. Astrid adalah mantan kekasihnya yang paling sempurna. Cantik, pintar, dan menawan. Astrid memutuskan hubungannya dengan Aldi karena Aldi kepergok selingkuh.

”Kita harus memilih jagoan kita dari sekarang dan mengatur agar mereka bertahan sampai akhir,” ujar Toni sambil memandangi foto ke-15 wanita yang disebar di atas kasur. ”Rachel. Elegan, baik, dan menarik.” Pilihan Toni diamini teman-temannya. ”Hani.” Yang lain tersenyum. ”Seksi,” ucap Toni. ”Menggoda dan berani. Ini bisa menjadi bumbu drama yang menarik.”

Aldi hanya mengernyitkan dahinya. ”Oke, aku hanya aktor, kok, tinggal ikut pilihan produser saja,” ujarnya, menyindir. Tetapi, tampaknya Toni tidak peduli.

”Amanda. Ambisius dan agresif. Dia akan jadi lawan tangguh untuk Hani,” pilih Toni. Disambut anggukan kepala dari teman-temannya. Aldi makin khawatir.

”Rini.”

”Rini?” Aldi keheranan. ”Tidak salah, tuh? Cantik, sih, tetapi dia kan agak-agak....”

”Suka nggak nyambung,” sambung Margi ketus, diiringi senyuman yang lain.

”Lalu...,” Toni berhenti untuk berpikir, sambil memandangi foto-foto di depannya. ”Rahmania.”

Glek! Aldi makin terbelalak, ”Eh, tunggu, deh. Aku merasa tidak kenal dia. Kau yakin dia pernah jadi kekasihku?’

Toni memandang Aldi dengan kesal. ”Al, kau berpacaran dengan dia seminggu, saat kau kabur dari rumah setelah lulus SMP dulu. Kau ingat? Dulu kau belum tenar. Dasar kacang lupa pada kulit!”

Aldi mencoba mengingat. Ya, memang dia pernah kabur dari rumah saat lulus SMP. Dulu, saat Aldi kabur ke rumah neneknya, ada gadis tetangga yang sangat baik padanya. Nia, yang hanya dikenalnya sebentar, kini kembali hadir di depannya. Dulu Aldi yang masih remaja meninggalkan Nia, karena kembali pada orang tuanya.

”Ton, kalau sudah selesai, biarkan Aldi istirahat sekarang,” ucap Margi tegas.

”Oke. Al, kamu hafalkan nama-nama mantan pacarmu. Aku tidak mau di antara mereka ada yang tersinggung karena kepikunan konyolmu,” ucap Toni.

”Namaku Rachel.”

Nia hanya tersenyum, lalu perlahan membalas uluran tangan Rachel. ”Aku Nia,” ucapnya perlahan.

Rachel hanya tersenyum. ”Untung aku dapat kamar berdua dengan kamu, Nia. Kalau dengan si seksi itu, bisa mati aku....”

”Siapa?” tanya Nia.

”Hani.”

”Ooo....”

Rachel memandangi Nia. Empat tahun pacaran dengan Aldi yang selalu berselingkuh membuat Rachel paham betul selera Aldi. Nia tampaknya tidak masuk hitungan. Apakah tidak salah Aldi pernah berpacaran dengan gadis sepolos Nia?

”Hmm... aku berpacaran 4 tahun dengan Aldi. Kamu?” pancing Rachel.

Nia tersenyum. ”Hanya 1 minggu.”

Rachel tersenyum getir. ”Ooo… kenapa putus?” tanyanya.

Nia menunduk diam.

”Karena dia selingkuh, ya? Saat masih pacaran denganku, dia selingkuh dengan Amanda. Tetapi, aku memutuskan hubungan dengannya ketika tahu dia mengincar Astrid,” cerita Rachel. ”Kalau kamu? Kenapa putusin dia?” Rachel yakin sekali semua mantan kekasih Aldilah yang memutuskan hubungan dengan alasan sama, yaitu kepergok selingkuh!

”Aku tidak tahu,” ucap Nia. ”Dia meninggalkanku begitu saja.”

Rachel mengangguk-angguk. Baginya, Nia benar-benar gadis yang aneh. ”Nia, kau tahu tidak, sebenarnya aku masih mencintai dan mengharapkan Aldi.”

Nia menatap Rachel.

”Kau pasti heran, ya. Aku sudah berkali-kali dikhianati, kok, masih mau menerima dia,” ucap Rachel.

”Tidak. Aku tidak heran. Aku sangat tahu perasaanmu. Sangat tahu,” ujar Nia.

Rachel memandangi Nia dengan seksama. Biarpun aneh, tampaknya Nia tidak licik seperti yang lain.

Acara The Second Chance Show terus berlanjut. Seperti dugaan Toni, acara ini rating-nya makin naik. Selepas ’terusirnya’ Astrid, pemirsa makin penasaran dan menduga-duga siapa yang akan menjadi pemenangnya. Kelicikan dan intrik para gadis dibiarkan begitu saja dan dianggap sebagai bumbu drama.

Malam ini, ada acara makan malam bergaya garden party. Aldi hadir dengan 10 peserta yang tersisa.

”Makan yang banyak, dong, Sayang. Atau, kau mau ditemenin?” rayu Amanda.
Aldi tersenyum. ”Tidak usah, terima kasih.”

”Seorang idola jangan makan terlalu banyak. Kau harus jaga berat badanmu, Sweetheart,” ucap Hani, dengan gerakan menggoda.

”Oh, iya, benar sekali. Segala sesuatu kalau berlebihan juga tidak enak dilihat,” sindir Amanda, sambil memandang dada Hani yang menurutnya over size dan tidak seimbang dengan tubuhnya.

”Aku tahu sekali, my sweetheart lebih suka yang berisi daripada yang kerempeng,” balas Hani.

Aldi menarik napas panjang. Pusing juga mendengar coletah tidak jelas seperti ini.

”Ini tehmu, Aldi,” tiba-tiba Rachel datang dengan secangkir teh.

”Terima kasih, Rachel.”

”Dua sendok gula dalam adukan teh melati,” sambung Rachel.

”Wow, kau masih ingat kesukaanku,” puji Aldi.

”Benar, aku ingat. Bagaimana adikmu, sudah lulus kuliah?” tanya Rachel, basa-basi.

Semua berperan dan berusaha jadi pemenang. Nia hanya memandangi Aldi yang dikelilingi para wanita yang mencari perhatian. Para kru tidak henti-hentinya mengikuti gerakan Aldi dan para wanita itu. Sedangkan Nia, hanya menatap dari kejauhan.

”Nia.”

”Eh, iya.”

”Kau lihat mereka, Nia?” tanya Toni.

”Iya...,” jawab Nia.

”Dengar Nia. Ini hanyalah drama, jadi jangan malu. Kau adalah salah satu unggulan. Kau harus lebih banyak muncul di televisi agar pemirsa mengenalmu,” bujuk Toni.

Nia menunduk.

”Aku sudah banyak kenal orang dan aku tahu tipe sepertimu. Aku tahu kau pemalu dan tidak suka publikasi. Apa pun motifmu mau ikut acara ini, aku tidak peduli. Tetapi, kau sudah hadir di sini. Maka itu, gunakan kesempatanmu, Nia.”

Nia tidak menjawab, dia hanya berbalik arah dan pergi meninggalkan garden party.

”Aldi!” panggil Toni, sambil menarik tangan Aldi, menjauhkan Aldi dari para gadis yang mengerubutinya.

”Ikuti Nia!” ucap Toni, sambil menunjuk ke arah Nia yang sudah lenyap di kegelapan malam.

”Apa maksudmu?” tanya Aldi.

”Ikuti dia. Kamu perlu momen dengannya. Kami mengikutimu dari kamera yang tersembunyi di setiap sudut taman. Korek keterangan darinya tentang masa lalu dan hubungan kalian. Tampaknya dia punya kisah sendiri. Cepat kejar,” perintah Toni semena-mena. Aldi menampakkan wajah tidak suka. ”Jangan cemberut seperti anak kecil. Tunjukkan kemampuan playboy-mu, anak manja!” lanjut Toni.

”Hai,” sapa Aldi.

Nia hanya tersenyum. Lalu, Aldi berjalan perlahan di samping Nia yang masih belum menjawab sapaannya.

”Kau bisa membuatku mati penasaran,” ucap Aldi.

Nia hanya diam.

”Maaf kalau aku tidak sopan, tetapi... bagaimana kita bisa bertemu?” tanya Aldi

”Di rumah nenekmu,” jawab Nia.

”Apa?”

”Aku ini tetangga nenekmu.”


Penulis: Yenny Renati
Pemenang Penghargaan Sayembara Menulis Cerber femina 2008




 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?