Trending Topic
Tetap Butuh Perhatian

15 May 2014


Tetap Butuh Perhatian

Menjamurnya transportasi berbiaya rendah (low cost carriers/budget airlines) saat ini juga dinilai Dra. Ratna Djuwita Chaidir, Dipl. Psych, Psikolog Sosial sebagai pemicu pasangan berani mengambil keputusan ‘berpisah’, dengan anggapan akan mudah dan murah untuk bertemu. Studi Air Traffic Solution Amadeus mengungkap, kapasitas kursi penerbangan murah secara global meningkat 6,8% pada semester pertama tahun 2013. Di Indonesia, kapasitas penerbangan murah meningkat hingga 12,3 juta kursi.
      Majunya teknologi komunikasi juga sangat membantu. Bahkan, survei Idea Lab Microsoft yang diikuti pemakai Skype di AS dan Inggris Januari lalu mengungkapkan bahwa 96% pengguna Skype tetap merasa dekat dengan pasangan yang jaraknya jauh.   
Tapi, bagaimanapun juga, hubungan virtual tetap tidak bisa menggantikan hubungan emosi yang terjalin ketika berhadapan langsung. “Manusia itu butuh sentuhan, tatap mata, belaian. Jika lama tak melakukan kontak fisik, bukan tak mungkin emosi cinta dan gairah seks bisa meredup,” Monica Kumalasari, Relationship Psychotherapist & Coach mengingatkan.
Oleh karena itu, Monica menyarankan, harus ada upaya  lebih keras bagi pasangan jarak jauh untuk terus menjalin komunikasi, perhatian, dan pertemuan fisik agar bara asmara tetap menyala. “Untuk frekuensi pertemuan tergantung kemampuan finansial saja. Jika tak bisa pulang, setidaknya bisa ‘kencan’ dan menyalurkan kebutuhan biologis lewat video call seperti Skype atau telepon,” katanya.
Untuk meredam hal-hal yang tak diinginkan, pasangan harus membuat komitmen dan kesepakatan bersama sebelum memutuskan berjauhan. Misalnya, berjanji untuk  saling menyapa tiap pagi dan malam, tidak keluar makan berduaan bersama lawan jenis, saling memperkenalkan pasangan dalam lingkungan pergaulan, pulang  tiap beberapa waktu sekali sesuai kemampuan finansial, dan sebagainya. Dengan komunikasi dan perhatian yang intens, diharapkan hubungan emosi pasangan suami-istri tetap terjaga.
Namun, kenyataannya, seiring berjalannya waktu frekuensi perhatian, komunikasi, kunjungan, tanpa disadari bisa berkurang. Faktor kesibukan dan kelelahan, urusan sosial dan tugas kantor yang belum rampung, sering kali membuat pasangan mulai mengurangi kunjungan-kunjungan akhir pekannya.
Tak hanya persoalan komunikasi, masalah keuangan juga kerap menjadi persoalan. Otomatis akan ada biaya ekstra untuk komunikasi dan transportasi pulang. Hal ini jadi salah satu yang harus disepakati sebelum hidup berjauhan.
    “Satu yang harus diingat bahwa rumah tangga bukan perusahaan. Jika pasangan membeli barang mahal di luar pengetahuan pasangannya, tak usah dipermasalahkan, selama tidak ‘menggoyang’ keuangan keluarga,” sarannya.
Sebab, ada kebutuhan emosional yang membuat pasangan bahagia dengan membeli barang yang diidamkannya itu, meskipun harganya mungkin mahal. “Jadi, mengapa harus merebut kebahagiaannya?” kata Monica, mengingatkan bahwa persoalan keuangan jadi pencetus kedua orang bercerai setelah perselingkuhan.   
    Kendati dihadang sejuta persoalan, pernikahan jarak jauh sebetulnya ada juga keuntungannya. Bagi yang belum dikaruniai anak, masing-masing bisa lebih fokus pada kariernya dan lebih mandiri. Mereka juga cenderung lebih menghargai kebersamaan.
    Pada akhirnya, sebelum memutuskan memilih hubungan jarak jauh, timbang untung ruginya juga. "Apakah semua sebanding dengan konsekuensi dan risiko yang dihadapi? Mampukah Anda melakukan extra work untuk menjaga keharmonisan rumah tangga?," tanya Ratna.(REYNETTE FAUSTO) 




 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?