Trending Topic
Tetap Ada Batasannya

2 Apr 2014


Dalam mengembangkan ide, sering kita mendengar nasihat agar berpikir seliar mungkin, sebebas-bebasnya, dengan harapan bisa mendapatkan hal-hal baru yang tak biasa. Di awal tahun  ‘90-an misalnya, seorang mahasiswa sebuah fakultas teknologi pangan  yang menemukan ide memberikan rasa buah dalam minuman teh ketika itu dianggap aneh. Tapi, lihatlah yang terjadi sekarang. Bukan hanya teh, cake hingga dodol pun kini memiliki variasi rasa beragam.
   
Meski begitu, Yoris Sebastian, konsultan dan pelaku industri kreatif, yang juga penulis buku Creative Junkies mengingatkan bahwa kreatif itu bukan asal beda, tetapi tidak ada artinya. “Bagi saya, kreatif itu artinya bisa membuat sesuatu yang berdampak positif pada stakeholder mereka. Mereka harus tahu siapa klien atau pelanggan mereka, karena  tiap orang punya stakeholder masing-masing,” jelasnya.
   
Gianti Giadi, penari yang juga pemilik Gigi Art of Dance, Gigi Dance Company dan Gigi Foundation yang juga mengajar di LaSalle College of the Arts di Singapura, tahu benar akan hal yang disampaikan Yoris. “Dalam menjalani proses kreatif, saya harus benar-benar mengerti apa yang akan saya buat. Untuk mengajar di Gigi Art of Dance misalnya, saya membuat silabus dan menyiapkan program-program misi budaya. Sementara, Gigi Dance Company khusus untuk mengisi acara-acara dari klien, dan Gigi Foundation itu lebih pada kegiatan-kegiatan sosial, misalnya program untuk anak-anak down syndrome,” ujarnya.
   
Karena itu, tiap kali membuat suatu koreografi, Gianti pertama-tama harus tahu dulu konsepnya apa. Kemudian, ia menciptakan alur cerita dari awal sampai akhir dan seperti apa mood ceritanya. “Jadi bukan hanya gerakan semata,” jelasnya. Selanjutnya, barulah Gianti mencari musik yang pas, memastikan durasi tarian yang diinginkan dan mencari sosok penari yang kira-kira cocok untuk menarikan tarian ciptaannya.
   
Satu adagium yang sering dipercaya dalam hal kreativitas adalah think outside the box. Itu benar, namun Yoris menegaskan bahwa ide yang tak biasa itu harus bisa di-execute inside the box.  “Terlalu banyak orang yang kreatif yang mau sok kreatif, idenya jadi out beneran sehingga susah dieksekusi. Padahal, life is a box,” kata Yoris.
   
Box itu adalah keterbatasan waktu atau uang. Dalam kasus Marlia Yossi, produser program bergenre documentary Indonesia Bagus di NET TV, keterbatasan itu adalah waktu alias deadline. “Itu adalah tantangan utama kami,” katanya. Menurutnya,  tiap kali selesai membuat satu episode, hatinya selalu ingin bilang, “Ah, andai saja saya punya waktu lebih lama….” 

Yoseptin Pratiwi



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?