Food Review
Terpikat Jajanan Singapura

22 Jul 2011

Penampilan resto ‘kelahiran’ Singapura ini memikat perhatian. Kombinasi kuning dan sentuhan biru pada interiornya memberi kesan ceria yang kasual, berbeda dengan interior di resto nonya kebanyakan yang bergaya klasik. Pada rak utama resto, terpilih cermat pajangan-pajangan jadul yang sederhana sehingga memberi kesan yang sangat rumahan: teko dan cangkir motif blirik, termos merah, dan rantang jadul.

Di dekatnya, tersaji sebuah tontonan seru, seorang koki yang membuat roti prata/ paratha. Adonan roti yang semula berukuran buah sawo, dilempar dan diayun hingga tipis dan melebar. Aksi sang koki berlanjut ke langkah melipat adonan, sedikit menggulungnya, dan  memasaknya di wajan datar raksasa datar hingga roti matang. Mengesankan!

Tak berlebihan bila sang koki sibuk beratraksi membuat roti prata di garda depan resto. Roti tanpa ragi yang merupakan pengaruh dari penduduk India di Singapura ini ternyata merupakan makanan favorit di seantero Ah Mei. Disantapnya dengan kuah kari polos, atau dengan tambahan daging kambing, ikan, atau ayam. Kuah ini juga berjodoh dengan nasi briyani tabur kismis yang khas India pula. Sesendok briyaninya menebar aroma kayu manis, pekak, dan kapulaga. Temani dengan lezatnya papadum (kerupuk tipis aroma jintan) dan acar mentimun.

Pemilik perut yang sedang keroncongan dijamin akan segera masuk ke resto ini, dengan perasaan tak sabar untuk menikmati santapan ala Ah Mei. Ah Mei memang bukan pemain baru di Singapura. Cabangnya sudah ‘menjajah’ lebih dari 10 food court serta mal terkemuka di negara bersimbol patung merlion ini. Cita rasanya menggambarkan gado-gado kultur singapura, yakni India, Melayu, dan peranakan Cina. Cita rasa makanan di cabang mana pun serupa, termasuk di dua cabangnya di Indonesia. Bumbu dan bahan tertentu rupanya mutlak diimpor dari Singapura.

Pengaruh Melayu hadir dalam menu laksa. Semangkuk besarnya berisi mi, taoge, tahu, kerang, telur rebus, daging ayam suwir, dan fish cake (seperti kekian). Disiram kuah mendidih berwarna merah kekuningan. Tidak pedas dan terdeteksi rasa ebi yang pekat. Yang mungkin jarang terdengar adalah Mee Goreng Mamak. Mi-nya ditumis bersama cabai dan rempah. Untuk  ‘makan besar’ lainnya adalah nasi Hainam.

Kalau hanya punya waktu untuk ngemil, jangan lewatkan Rojak Singapura. Khas, karena ada cakwe dan taoge yang menemani mentimun, bengkuang, dan nanas. Bumbu gula merahnya terasa, namun ada jejak rasa petis udang di dalamnya. Anda yang terbiasa makan gaya Jawa Timur-an yang sarat petis pasti langsung kesengsem.

Jika mampir di pagi hari, sarapanlah dengan gaya Singapura lewat setangkup Kaya Toast. Serikaya hijaunya hasil buatan para kokinya. Hmm, manisnya pas! Teguk dengan segelas teh cino. Untuk ini, susu terlebih dahulu ‘ditarik-tarik’ hingga berbuih, baru dituangi teh perlahan, berbeda dengan teh tarik yang merupakan segelas teh-susu yang ‘ditarik-tarik’ bersamaan. Karena itulah, rasa susu pada teh cino lebih strong, dibanding dominasi rasa teh pada teh tarik. Sebagai ‘oleh-oleh’ dari singapura, bawa pulang Kaya Chang, tepung ketan dengan taburan kelapa parut (mirip ongol-ongol), yang dicocol selai kaya.

Lokasi: Pejaten Village, Lantai 1, Warung Jati Barat No. 39, Jakarta Selatan. Telp: (021) 78830233 Jam buka: 10.00 – 22.00 WIB Harga*): makanan: Rp10.000 – Rp35.000, minuman: Rp10.000 – Rp19.000 (belum termasuk pajak 10%) Suasana: resto berdesain modern yang hangat dan casual.

*) Harga dapat berubah sewaktu-waktu, cek sebelum bersantap. 

Lila Muliani. Foto: Dok. Ah Mei.



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?