Celebrity
Susi Pudijastuti: Berpacu dengan Waktu

27 Oct 2014

Awal Juni 2009, Susi Pudjiastuti terbang ke Paris. Bukan shopping parfum  dan  busana couture di pusat mode dunia itu, tetapi ia ke Le Bourget untuk ngeborong pesawat yang tengah dipajang di arena Paris Air Show itu. Tak tanggung-tanggung, di ajang pameran kedirgantaraan tahunan paling bergengsi di dunia itu,  Susi memesan 30 pesawat! Tak heran bila otoritas Paris Air Show merilis berita tertanggal 16 Juni 2009 sebagai berikut: “Indonesia's Susi Air Takes 30 Grand Caravan and an Avanti II” Susi Air yang dimaksud adalah perusahaan penerbangan milik Susi Pudjiastuti, si anak pantai Pangandaran itu.

Banyak pejabat tinggi perbankan nasional pernah menjuluki Susi Pudjiastuti sebagai ‘Si Gila dari Pangandaran’. “Julukan itu nempel hampir empat tahun…,” kenang Susi, tertawa. Ini semua terkait mimpinya punya montor mabur,  mimpi yang menurut Christian: “Why not? It’s be come true.”
   
Support yang besar dari suaminya itu yang membuat Susi pada tahun 1999 menyusun proposal pinjaman dana ke bank. Berbagai bank, nasional ataupun  swasta asing, ia datangi. Tetapi, boro-boro dapat pinjaman, “Eh… saya malah dianggap gokil, nggak waras…!”  ucap Susi, lagi-lagi sambil ngikik.
   
Susi sebenarnya bisa mengerti bila para petinggi bank menganggapnya gila. “Lha cah wedhok (anak perempuan-Red), cuma lulusan SMP, kok, ya, bisa-bisanya ngajuken kredit buat beli pesawat?” kenang Susi, tentang rasa heran para bankir yang ditemuinya. Tambah melongo lagi mereka, ketika membaca alasan Susi ingin membeli pesawat: untuk ngangkut ikan! “Lha, apa nggak gila, itu….”
   
Ilham punya pesawat terbang datang dari dari obrolannya dengan Christian di awal perkenalan mereka tahun 1997. Saat itu, sebagai pengusaha produk hasil laut, Susi sudah menembus Asia, Jepang khususnya, dan mulai menjajaki  pasar Eropa dan USA.
   
Susi menyadari satu hal yang paling penting dalam bisnis ini. “Tingkat kesegaran ikan amat penting dalam bisnis marine product. Makin segar ikan diterima pembeli, makin mahal harganya.” Masalahnya, “My paradise, Indonesia, amat luas. Produk bagus tak cuma dari  pantai-pantai di selatan Jawa, tetapi juga harus saya ambil dari Aceh hingga Papua. Membawa tangkapan segar dari Nairobi ataupun Simeuleu ke Pangandaran saja,  sudah problem. Bagaimana bisa tetap segar saat tiba di Jepang, Eropa atau Amerika?”

Susi harus bisa berpacu dengan waktu. Tak mungkin cuma mengandalkan truk berpendingin, untuk pengepulan sekalipun. Sementara di luar sana, “Orang akan memberi harga lebih tinggi untuk ikan segar yang sampai ke tangan mereka, kurang dari sehari setelah ikan-ikan itu diangkat dari jaring nelayan,” tegas Susi. Bila waktu tempuh bisa diatasi, ini tak cuma baik bagi Susi, “Tetapi juga baik bagi nelayan, karena  saya bisa membeli ikan-ikan itu dengan harga lebih bagus lagi.”
   
Keharusan untuk berpacu dengan waktu inilah yang membuat Susi merasa harus punya pesawat. “Pesawat ringan, kecil saja, karena di pelosok-pelosok Indonesia tak ada runaway panjang. Yang ada cuma airstrip-airstrip pendek,” katanya. Tetapi, ya, itu tadi, Susi malah dianggap gila! Baru setelah 4 tahun bolak-balik mengajukan proposal, ada pengusaha nasional (Susi tak mau menyebut nama) yang memahami ide gilanya, dan mengucurkan dana.  Didukung Christian yang amat paham seluk-beluk kedirgantaraan, mimpi Susi akan montor mabur terwujud berupa sebuah Cessna Caravan buatan USA, seharga sekitar Rp20 miliar. (f)


HERYUS SAPUTRO
FOTO: AFP


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?