Health & Diet
Stop Merokok dengan Laser

7 Oct 2013


Dunia gempar dengan berita kematian Whitney Houston, Februari tahun lalu. Whitney meninggal bukan karena kecanduan obat terlarang, ia didiagnosis menderita emfisema,  penyakit akibat penyempitan saluran pernapasan. Penyakit paru-paru kronis ini disebabkan oleh kecanduan rokok. Faktanya, meski semua orang tahu merokok itu kebiasaan buruk, mereka sulit meninggalkannya. Dua penyembuhan alternatif ini bisa jadi memberi peluang untuk menyelamatkan hidup Anda!

Laser + Akupunktur

Laser yang digunakan untuk kesehatan berbeda dengan industri. Laser untuk kesehatan didesain khusus untuk manusia dengan menggunakan radiasi sangat rendah yang disebut low level laser (LLL). Prosesnya sama dengan fotosintesis. Sinarnya tidak melukai, tapi memberikan efek peremajaan. Misalnya, jika terjadi luka, laser dapat mempercepat proses penyembuhan.

Selama ini, LLL digunakan untuk mengobati back pain, shoulder pain, hingga sport injuries. Tapi, dr. Philip Gabel, ahli fisioterapi dari Coolum Physiotherapy Australia, mengembangkan low level laser therapy (LLLT) untuk terapi berhenti merokok. Philip mengombinasikan fungsi laser yang menstimulus saraf dan memberikan rangsangan peremajaan dengan gabungan teknik akupunktur. Menurut teorinya, ada 29 titik di tubuh manusia yang bisa diobati untuk berhenti merokok. 

Selain berkembang di Australia, LLLT juga menjadi pilihan bagi orang Kanada, Amerika Serikat, dan beberapa negara Eropa yang ingin berhenti merokok. Di Indonesia, teknik LLLT ini ada di S Clinic, Dharmawangsa, Jakarta Selatan.
    
Proses Terapi

Satu paket terapi ini terdiri dari 3 sesi dengan jangka waktu 10 hari. Di pertemuan pertama, pasien   dicek kadar CO (karbon monoksida) dalam darahnya menggunakan CO monitor. Fungsinya untuk mengetahui apakah pasien berada di tingkatan perokok aktif atau pasif. Jika angka menunjukkan 0-5, masuk kategori non-smoker, 6-10 passive smoker, 11-15 frequent smoker, 16-25 heavy smoker, dan 25-30 very heavy smoker. Terapi ini tidak hanya untuk perokok aktif, tapi juga perokok pasif yang ingin membersihkan kadar CO di dalam tubuhnya. 

Berikutnya adalah sesi wawancara untuk mendapatkan gambaran tentang kebiasaan merokok pasien. Dilanjutkan dengan sesi relaksasi. Tujuannya, agar ia lebih nyaman saat penyinaran. Pada saat penyinaran, pasien yang sudah berbaring akan dilaser menggunakan sebuah alat berbentuk seperti pointer dengan  radiasi 660 nanometer.  Ada sekitar 29 titik di tubuh pasien mulai dari wajah, tangan, telinga, kaki, hingga punggung. Misalnya, di tangan ada 4 titik, di wajah ada 3 titik, dan kaki 2 titik.

Titik-titik tersebut sama dengan titik akupunktur yang dipercaya berhubungan langsung dalam pengobatan kecanduan nikotin. Lama proses penyinaran untuk tiap titik adalah 45 detik hingga 1 menit, sehingga butuh waktu sekitar 30 menit untuk satu sesi penyinaran. Selama proses penyinaran, pasien dan terapis mengenakan kacamata untuk menghindari terjadinya radiasi. Proses penyinaran ini akan diulang kembali pada hari ke-3 dan ke-10.

Efek Terapi

Menurut dr. Gabel, LLLT aman dan tidak memiliki efek buruk karena bebas dari zat kimia dan obat-obatan yang dikonsumsi pasien. Sinar yang dipancarkan pun sangat rendah bahkan lebih rendah atau hampir sama dengan paparan bola lampu. Jika laser digunakan secara berlebihan atau kurang, hasilnya tidak akan efektif. Penggunaan sinar laser perlu kadar yang tepat, baik frekuensi maupun waktu.

Rangsangan laser dari terapi LLLT akan mulai berpengaruh pada tubuh setelah 12-17 jam usai penyinaran. Efek yang timbul pada setiap pasien berbeda-beda. Tapi intinya tetap sama, mengurangi kebiasaan merokok dan membuat gaya hidupnya jauh lebih sehat. Contohnya, kebanyakan keluhan pasien perokok berat adalah insomnia. Setelah pengobatan ini, jadwal tidur mereka justru menjadi teratur. Beberapa pasien lainnya merespons, kini mereka tidak lagi merasakan sensasi kenikmatan merokok. Pasien yang mengaku sering pusing jika tidak merokok, setelah melewati terapi ini, tidak lagi merasakan pusing jika tidak merokok.

Setelah mengikuti satu paket terapi, 90% pasien mengaku berhasil mengurangi atau berhenti merokok. Sedangkan mereka yang ada di kategori heavy smoker, biasanya mengambil 2 paket terapi. Enam bulan setelah terapi, disarankan untuk melakukan terapi satu kali lagi agar kebiasaan merokok hilang secara permanen.

Perlu Diet Khusus

Pengobatan ini bersifat pembersihan atau detoksifikasi nikotin dari dalam tubuh. Oleh karena itu, makanan yang dikonsumsi juga berpengaruh dalam proses detoksifikasi. Selama terapi disarankan untuk mengonsumsi buah-buahan berwarna putih, seperti pisang, pir, dan apel. Buah-buahan berwarna putih memiliki kandungan kalium yang bermanfaat melancarkan sirkulasi darah dan membantu percepatan proses detoksifikasi nikotin dalam tubuh. Teorinya, selama nikotin masih ada dalam tubuh, rangsangan untuk kembali merokok akan muncul lagi. (f)



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?