Travel
Sarajevo, Balkan yang (Sempat) Terluka

7 Mar 2012

Ketika mendengar saya, Vera Yumira, bermaksud melakukan perjalanan ke Bosnia-Herzegovina, reaksi keluarga dan teman-teman adalah, ”Mau lihat apa? Memangnya aman? Bukannya banyak ranjau?” Saya mengerti kekhawatiran mereka. Tapi, keindahannya sungguh sayang untuk dilewatkan. Lonely Planet saja sampai memasukkan Sarajevo ke dalam 10 kota-kota utama dunia untuk dikunjungi.

Stari Gard
Luas Kota Sarajevo hanya seperlima Jakarta, dengan jumlah penduduk  hanya sekitar 300.000 orang. Kota ini terdiri dari beragam etnis yang hidup berdampingan, yaitu Bosniak, Croat, Serb, Yahudi, dan Roma.

Kelompok agama terbesar adalah Islam (40%), sisanya Kristen Ortodoks, Roma Katolik, dan Yahudi. Karena itu, Sarajevo juga dijuluki sebagai Jerusalem-nya Eropa. Di Sarajevo, kita dapat mendengar suara azan berturutan dengan suara lonceng gereja.

Sarajevo terletak di lembah yang dikitari Pegunungan Dinaric. Pada saat perang, lokasi ini  dianggap merugikan, karena memudahkan musuh mengepung kota. Sekarang, hanya keindahan gunung yang mengepung Sarajevo. Memang, di sana-sini masih tersisa bekas hajaran mortir dan peluru di tembok-tembok bangunan. Namun, secara umum, kota cantik ini telah memulihkan diri dengan baik. Yang paling mengesankan saya adalah udara yang segar dan langit yang biru bersih.

Daya tarik utama kota ini adalah Stari Grad (Kota Tua). Stari Grad merupakan tempat pertemuan budaya Asia dan Eropa selama ratusan tahun. Misalnya, jika dilihat dari bangunan-bangunannya, pada bagian timur Stari Grad banyak bangunan yang dipengaruhi budaya Ottoman. Jika berjalan ke sisi barat, banyak bangunan yang dipengaruhi budaya Austro-Hungarian. Memang, Bosnia-Herzegovina pernah dikuasai Kerajaan Ottoman selama 4 abad lebih dan kemudian oleh Kerajaan Austro-Hungarian.

Jantung Stari Grad adalah Bascarsija. Berasal dari bahasa Turki, bascarsija, yang  berarti pasar utama. Bascarsija merupakan pasar kuno yang dibangun Kerajaan Ottoman pada tahun 1462 dan mencapai puncak kejayaannya pada pertengahan abad ke-16. Jalanannya terbuat dari batu, agak sempit dan banyak belokan. Menelusuri jalanan ini seperti memasuki lorong waktu beberapa abad silam. Beberapa dari jalanan di pasar ini masih menggunakan nama jenis dagangan yang pernah jaya pada masa lalu, misalnya Kazandziluk (kerajinan tembaga) dan Zlatarska (kerajinan emas).

Tahun 1857, Bascarsija mengalami kebakaran besar. Akibatnya, pasar yang ada sekarang hanyalah sekitar setengah dari ukuran sebelum kebakaran. Terbayang oleh saya bagaimana sibuk dan hiruk pikuknya pasar ini di masa kejayaannya.

Sekarang Bascarsija dipenuhi restoran dan toko suvenir cantik yang kebanyakan terbuat dari kayu dan beratap rendah. Ini mungkin untuk menghadapi musim dingin yang cukup menggigit di Sarajevo. Rata-rata restoran dan kafenya memiliki teras terbuka. Jadi, orang bisa makan dan minum sambil menonton turis yang berlalu-lalang. (f)



Svrzo House
Dalam bahasa setempat disebut Svrzina Kuca. Letaknya tak jauh dari Bascarsija. Rumah tua ini merupakan rumah asli era Ottoman tertua yang saat ini masih ada di Sarajevo. Rumah ini dahulu dimiliki keluarga Svrzo, kemudian diserahkan kepada pemerintah untuk dijadikan museum. Rumah ini terletak di wilayah elite orang kaya lama.

Dari luar, Svrzo House tersembunyi oleh tembok tinggi. Seperti putri yang dipingit. Setelah pagar paling luar, saya terlebih dahulu memasuki area yang ada bekas istalnya. Dulu, tuan rumah ataupun tamu akan menambatkan kuda-kuda mereka di sini sebelum memasuki halaman bagian dalam. Memasuki rumah ini seperti mengunjungi Sarajevo di abad ke-18.

Rumah ini berbentuk huruf L dan di bagian tengah terdapat halaman dalam. Seluruh bagian rumah terbuat dari kayu dan batu alam. Rumah terdiri dari dua lantai. Lantai bawah digunakan untuk tempat tinggal pelayan, memasak dan kegiatan sehari-hari lainnya. Yang pertama kami masuki adalah gudang tempat menyimpan bahan makanan. Agar makanan awet, udara di dalam harus selalu sejuk. Oleh karena itu, gudang dibuat lebih rendah dari tanah dan berdinding tebal dengan jendela kecil, sehingga suhunya tetap rendah, walaupun di musim panas. Di gudang ini hasil bumi yang telah dipanen dari tanah pertanian mereka di desa, disimpan untuk persiapan menghadapi musim dingin.

Kediaman keluarga terletak di lantai atas. Di lantai ini terdapat ruang tamu, kamar tidur, ruang keluarga, dan ruang belajar. Pada rumah Ottoman zaman dulu, tempat menerima tamu pria dibedakan dengan tamu wanita. Ada juga ruangan khusus untuk anak perempuan belajar mengaji dan membuat kerajinan sulam (zaman dulu anak gadis keluarga kaya harus pintar menyulam). Di salah satu pojokan teras, terdapat anjungan tempat tuan rumah duduk memandangi bulan purnama.

Halaman dalam adalah wilayah kekuasaan wanita. Mereka yang memilih jenis dan warna bunga yang akan ditanam. Bagian yang tidak ditanami ditutup dengan batu kerikil. Batu kerikil pun mereka pilih secara saksama ukuran, bentuk, dan warnanya. Kemudian batu-batu ini disusun sedemikian rupa, sehingga dari lantai atas akan terlihat seperti hamparan permadani.

Ketika saya bertanya kepada penjaga apakah keturunan keluarga Svrzo masih ada, ia menunjuk sekelompok rumah  persis di sebelah Svrzo House. “Mereka sekarang tinggal di sana,” katanya. Melihat ukuran rumah mereka, jelas sekali Svrzo adalah keluarga kaya turun-temurun. (f)
   


The Latin Bridge
Jembatan ini terletak di atas Sungai Miljacka yang membentang dari barat ke timur Sarajevo. Kakak saya yang menyukai sejarah, langsung berkomentar, ”Di sinilah tempat dimulainya Perang Dunia I.” Di Latin Bridge ini, ahli waris takhta Austria, Franz Ferdinand, pada tahun 1914 dibunuh oleh Gavrilo Princip, anggota gerakan yang menginginkan Bosnia merdeka dari Kerajaan Austro-Hungarian.

Peristiwa pembunuhan ini kemudian menjadi pencetus Perang Dunia I. Di seberang jembatan terdapat Museum Kota Sarajevo yang menyimpan segala sesuatu tentang periode Austro-Hungarian dan tentu saja peristiwa pembunuhan tersebut. Sekarang, Latin Bridge merupakan tempat yang damai dan indah. Matahari sore membuatnya cemerlang dan hangat. Sore itu, banyak keluarga muda lalu-lalang bersama anak-anaknya. (f)


   
Masjid Gazi Husrev Bey
Dibangun pada pertengahan abad ke-16 oleh Gazi Husrev Bey, Gubernur Ottoman, yang saat itu memerintah di Bosnia. Masjid yang terletak di jalan kerajinan emas ini merupakan salah satu karya terbaik arsitek terkenal dari Ottoman, Mimar Sinan. Masjid ini terbuka untuk turis, kecuali pada waktu salat. Pengunjung wajib mengenakan pakaian yang sopan dan wanita harus menutup kepala. Bagi yang lupa membawa tutup kepala, dapat membeli scarf murah di pojokan halaman masjid.

Di halaman masjid yang luas terdapat tempat berwudu yang indah. Berbentuk gazebo, bagian bawah terbuat dari pualam putih berhiaskan ukiran-ukiran dan memiliki 10 buah pancuran. Di bagian tengah atas dihiasi air mancur dengan piringan 3 tingkat. Atap tempat berwudu ini ditopang 8 tiang kayu kokoh. (f)
   


Fountain Sebilj
Terletak di Bascarsija Square, Sebilj adalah pancuran kuno berbentuk gazebo kecil. Bagian paling bawah terbuat dari pualam putih dan memiliki 2 buah pancuran kecil. Bagian tengah terbuat dari kayu berukir khas seni Islam dan memiliki atap seperti kubah. Orang-orang dapat menyegarkan diri dengan airnya yang sejuk dan jernih. Saya menyempatkan diri mencuci tangan, sementara seorang gadis kecil dengan sabar berdiri di sebelah saya menunggu giliran. Tempat ini dikenal juga dengan nama Pigeon Square. Seperti namanya, tempat ini dikunjungi oleh puluhan burung merpati yang berkumpul menunggu turis melemparkan makanan. Sebilj adalah landmark penting Sarajevo dan selalu muncul dalam brosur-brosur wisatanya. Tempat ini biasanya digunakan orang untuk meeting point. (f)



Old Serbian Orthodox Church
Diapit oleh beberapa masjid, gereja ini dibangun pada abad pertengahan, namun fondasinya berasal dari era Kristen yang lebih awal. Sepintas dari luar terlihat seperti bangunan batu biasa berbentuk kotak. Sama sekali tidak seperti gereja-gereja tua yang biasa ditemukan di Eropa.

Di bagian dalamnya terdapat lukisan-lukisan religius yang indah berwarna keemasan. Ruangan dalamnya sempit dan hanya diterangi lilin dan lampu redup. Di gereja ini ruang untuk wanita disediakan di lantai tersendiri. Di halaman depan dan samping gereja terdapat taman kecil dengan deretan pohon mawar. Saat itu bunga mawar berbagai warna sedang mekar. Sungguh cantik. Sementara kakak saya sibuk memotret, saya duduk di bangku taman. (f)







Tip Liburan ke Sarajevo:

1. Dari Jakarta-Sarajevo, penerbangan memakan waktu kurang lebih 17 jam, dengan transit di Singapura dan Istanbul. Di Istanbul, berganti pesawat Bosnia-Herzegovina Airlines dengan tujuan Butmir Airport Sarajevo.

2. Mata uang setempat adalah Bosnian Mark (BAM), namun warga lebih mengenalnya sebagai KM (Konvertibilna Marka). 1 KM = Rp6.000. Akan tetapi, untuk banyak transaksi, bayar taksi, toko dan restoran, juga bisa menggunakan euro.

3. Tempat ngopi di sini kebanyakan milik perorangan. Gayanya beragam, ada yang gaya kuno oma-opa yang nyaman, gaya modern yang praktis, atau gaya outdoor khas anak muda.

4. Kuliner Bosnia banyak dipengaruhi Turki dan Eropa Timur. Menunya kebanyakan terdiri dari daging, somun (sejenis pita bread), dan yoghurt asam. Yang paling digemari adalah kebab Bosnia yang disebut cevapcici, sejenis sosis panggang yang dimakan bersama somun, irisan bawang bombay, dan yoghurt atau keju. Jika tak suka daging, bisa memilih sirnica, yaitu sejenis roti mirip croissant lembut dengan pilihan isi bermacam-macam: sayuran dan keju. Sirnica ini bentuknya bulat mirip pizza. Umumnya, restoran memberi kesempatan pengunjung mendatangi tungku pemanggang sirnica dan memilih isi serta porsi yang diinginkan. Penduduk lokal biasanya melengkapi makanan mereka dengan segelas yoghurt encer yang disebut kefir.

5. Toko-toko suvenir umumnya menjual barang-barang dari tembaga, seperti sendok tembaga, hingga syal sutra. Secara umum, harga barang-barang tidak mahal, dan pedagang tidak keberatan jika kita menawar harga.

6. Sistem transportasi umum di Sarajevo sangat baik.  Selain taksi, kita dapat memilih trem, bus besar (namanya trolley-bus), atau minibus. Karcis dan rute perjalanan dapat dengan mudah diperoleh di kios-kios di pinggir jalan. Perhentian trem terletak di dekat Bascarsija Square. Untuk rute terjauh menggunakan trem harga karcis sekali naik 1,60 KM (Rp96.000). Jalur trem membelah Kota Sarajevo dari ujung timur ke barat, sejajar dengan Sungai Miljacka.

Vera Yumira (Kontributor - Jakarta)
Foto: Dok. Pribadi, Marco Christofor/Corbis/Click Photos



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?