Celebrity
Reza Rahadian: Kepuasan dari Penonton

17 Apr 2013


Reza mengawali karier di dunia hiburan di usia 17 tahun, saat terpilih menjadi finalis model majalah remaja. Di umur yang sama, ia mencoba berakting di sebuah sinetron. Perlahan namun pasti, Reza terus mengasah bakat aktingnya. Ia pun merambah dunia layar lebar. Sejak tahun 2007 hingga saat ini, ia sudah membintangi 21 judul film, termasuk 6 film di sepanjang tahun 2012. 

“Bagi saya, baik FTV, film layar lebar, maupun panggung, semua adalah wadah untuk mengeluarkan ekspresi. Saya tidak mau membatas-batasi wadah tersebut. Lebih baik saya fokus berakting sebaik mungkin,” ungkap Aktor Terbaik Piala Citra tahun 2010 ini.   

Sudah lama berkecimpung di dunia film, ternyata ia tak begitu saja menemukan passion-nya. Ia mengaku baru menetapkan fokusnya di seni peran ketika ia berakting di film Perempuan Berkalung Sorban (2009). Di film inilah ia pertama kali meraih penghargaan FFI sebagai Pendukung Pria Terbaik. “Itu titik balik saya, saat di mana saya menyadari bahwa saya sangat mencintai pekerjaan ini,” ujar Reza, yang sering menikmati me time di coffee shop.

Banyaknya penghargaan dan pujian juga tak membuatnya puas diri. Baginya, kepuasan berakting didapat ketika peran yang ia bawakan berdampak dan menyentuh hati penonton. “Bisa jadi peran itu sebuah refleksi hidup mereka (penonton),” ungkapnya. Sebuah film ia nilai berhasil ketika dapat mengubah pola pandang seseorang.

Seperti pengalamannya setelah bermain dalam film Testpack, You’re My Baby. Film tersebut bercerita tentang pasangan yang susah mempunyai anak. Pesan di film ini kuat, bahwa tujuan menikah bukan semata-mata untuk mempunyai anak. “Ada seorang bapak yang mengirim e-mail kepada saya, pandangannya berubah setelah menonton film Testpack. Ini sungguh lebih berharga dari piala apa pun. Dia satu dari ribuan penonton yang jujur, tidak memiliki tendensi apa pun,” ujar Reza, terharu.

Sambil menikmati makan siangnya, Reza mengatakan, seperti pekerjaan lain, akting perlu kerja keras, tidak bisa hanya dijalani setengah hati. Menghafal dialog hanya sebagian kecil dari tantangan profesinya. “Seni peran bukan hanya soal mengucapkan dialog, tapi  bagaimana akhirnya memahami dan mengerti betul apa yang akan disampaikan,” katanya.

Mencoba berpikir dari sudut pandang orang lain, belajar hal-hal yang sama sekali tidak ia kuasai --seperti belajar bahasa Jerman 300 halaman dalam tempo 4 hari untuk film Habibie & Ainun-- adalah  tantangan yang menyenangkan buat Reza. “Ketika mendapatkan sebuah peran, artinya  tiap hari selama beberapa bulan mendatang saya akan terus memikirkan bagaimana membawakan karakter itu dengan baik,” ujarnya.

Sebagai aktor, Reza selalu menyempatkan diri  menonton film-film asing. Tapi, hanya sekadar untuk menonton saja, bukan untuk menambah ilmu. Ia sengaja menghindari belajar lakon dari karakter film yang ia tonton. “Melihat dan mengagumi iya, tapi tidak boleh lupa, Indonesia atau Asia memiliki karakter tersendiri. Tidak bisa disamakan dengan Hollywood atau perfilman Eropa,” jelasnya.  

Reza justru belajar akting dari membaca buku psikologi umum. Ia juga gemar ‘membaca’ orang, mengamati cara seseorang bersikap dan menanggapi sesuatu. Menurut Reza, hal-hal tersebut justru berguna untuk mengasah kepekaannya memahami karakter manusia. 
      
Di akhir pembicaraan, Reza menyinggung perkembangan film Indonesia yang, meski mulai menurun secara kuantitas, meningkat secara kualitas. Tetapi, ia optimistis film-film baru kaya akan tema yang lebih beragam. “Makin banyak orang yang memproduksi film berkualitas tanpa memikirkan akan laku atau tidak. Sekarang, kembali ke penontonnya, mau menonton dan mengapresiasi film Indonesia atau tidak?” tantang Reza.  



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?