Travel
Rance - Penyeberangan Alam dan Sains

13 Mar 2015

Berlibur sambil belajar adalah yang paling ideal buat saya, Luth. Beberapa waktu lalu, saya menemukan tempat yang sempurna untuk melakukannya, yaitu daerah muara Sungai Rance di bagian barat laut Prancis. Di sana, saya menemukan teknologi pembangkit listrik tenaga pasang surut yang cara kerjanya begitu mengagumkan. Sambil mengintip kehidupan tenteram di dua kota yang berseberangan di muara sungai, Saint Malo dan Dinard.

Eksplorasi Muara Sungai

Sungai Rance mengalir menuju English Channel atau Selat Inggris, batas perairan antara Inggris dan Prancis. Oleh orang Prancis, perbatasan perairan ini dinamai Selat Manche.
Di sungai ini terdapat sebuah bangunan mirip jembatan yang sesungguhnya adalah sebuah pembangkit listrik energi pasang surut.

Di sisi barat sungai yang bernama La Brebis, terdapat Kota Dinard, sementara sisi bagian timur yang bernama La Briantais, terdapat beberapa kota kecil yang berakhir di Kota Saint Malo. Kedua kota ini sendiri bisa saling terhubung dengan feri yang berfungsi menyeberangkan penumpang yang bepergian ke dan dari dua kota pantai itu. Saint Malo dan Dinard berada di Region (setingkat provinsi) Bretagne dan Département (setingkat kabupaten) Ille-et-Vilaine. Bretagne berada di sebelah barat Prancis. Rennes adalah ibu kota kabupatennya.

    Dalam perjalanan dari Rennes ke daerah Sungai Rance, saya disuguhi   pemandangan berupa ladang-ladang dan penggembalaan ternak. Dan, karena  Bretagne banyak dibatasi laut, profil daerah ini adalah dataran rendah dan daerah pantai. Di sana, rumah-rumah maupun château atau istana kecil tua langsung berbatasan dengan tebing, pantai, dan laut. Bayangkan tinggal di salah satu bangunan itu dengan pemandangan sehari-hari yang begitu dramatis.

    Tapi, jangan membayangkan kebanyakan bendungan pembangkit listrik. La Barrage de la Rance atau Rance Tidal Power Station ini pada dasarnya adalah sebuah bangunan kantor pengawas seperti rumah bertingkat dua, serta flyover yang membentang 750 meter. Instalasi pembangkit listriknya sendiri sepanjang 390 meter dengan lebar 33 meter, dilengkapi dengan 24 mesin turbin.

Tiap harinya, rata-rata 26.000 kendaraan dan 60.000 kendaraan melintasi bendungan ini di musim panas. Tiap tahunnya, ada 18.000 kapal yang melewatinya. Keberadaan bendungan ini memang vital bagi masyarakat sekitarnya.

    Dari sebuah bukit kecil di dekat museum, tampak rumah-rumah penduduk dan kapal-kapal kecil yang berlabuh di dermaga. Di sisi lain, terdapat tempat parkir dengan beberapa mobil karavan, sebuah dermaga, dan sebuah restoran. Dermaga pembantu digunakan untuk pemberangkatan kapal wisata yang akan menyusuri Sungai Rance.

    Walaupun tidak naik ke tempat pengamatan yang tinggi, masih bisa terlihat Kota Saint Malo dari kejauhan dan perairan yang tenang dengan kapal-kapal kecil yang berlabuh. Sesekali, saya bisa melihat bagian kanal yang naik menjadi 90 derajat saat ada kapal yang melintas.

Tempat Belajar Energi Alternatif
Di sungai Rance, terdapat sebuah bangunan mirip jembatan yang sesungguhnya adalah sebuah pembangkit listrik energi pasang surut. Di muara sungai Rance ini terdapat museum yang berada di bawah tanah. Museum bernama ‘L'usine marémotrice de la Rance et les énergies renouvelables’, yakni pembangkit listrik arus pasang surut Rance dan energi-energi terbarukan. Atau, sebut saja Museum Energi Terbarukan.

    Begitu saya memasuki ruangan bawah tanah itu, saya langsung menemukan sebuah meja berbentuk ¾ lingkaran yang berfungsi sebagai meja penerima tamu. Pengunjung   tidak membayar sepeser pun untuk masuk ke   tempat ini.
Meski petugasnya begitu ramah dan informatif, sayangnya di dalam museum ini tidak ada guide, kecuali Anda membuat janji sebelumnya. Alhasil, dengan berbekal brosur yang dibagikan, semua peserta ekskursi membentuk kelompok-kelompok kecil dan langsung berjalan menelusuri ruangan-ruangan di museum. Dari brosurlah saya tahu bahwa dam ini diresmikan oleh Charles de Gaulle pada tahun 1966.

    Tepat di belakang meja penerima tamu, terdapat replika turbin pembangkit listrik yang kipasnya berjari-jari sekitar 1,5 meter. Dengan jari-jari kipas turbin sebesar itu, bisa dibayangkan berapa besar kekuatan arus bawah laut yang lewat, yang bisa menggerakkan turbin tersebut. Tepat di bagian kanan replika turbin, terdapat ruangan yang berisi berbagai pembangkit listrik energi alternatif dan bioskop mini yang memutar film tentang energi alternatif.

    Di belakang replika turbin, ada ruangan yang berbentuk   lorong dengan bentuk ¼ tabung. Cahaya di ruangan ini sengaja dibuat redup, tetapi ada cahaya bantuan yang diarahkan ke objek-objek utama. Di dinding terdapat penjelasan semua sistem pembangkit listrik tenaga arus bawah laut ini, semuanya dalam bahasa Prancis, Inggris, dan Jerman. 
Saya menemukan sebuah miniatur sistem pembangkit listrik yang bila ditekan tombolnya akan bergerak sesuai dengan cara operasi turbin pembangkit tenaga listrik. Di sana terdapat beberapa lubang berbentuk lingkaran, mirip jendela di kapal laut. Di dalam lubang tersebut ada film-film singkat yang memperlihatkan berbagai fenomena alam, seperti proses terjadinya pasang-surut air laut yang dimanfaatkan menjadi energi pembangkit listrik. Sungguh tempat bermain yang asyik bagi pencinta dunia engineering!

Di instalasi pembangkit listrik ini, pengunjung juga bisa memasuki ruangan di mana pada satu sisinya terdapat kaca tembus pandang yang memperlihatkan bagian dalam dari instalasi pembangkit listrik. Bagian dalam yang terlihat dari pembangkit listrik ini berupa lorong panjang. Di kiri-kanan lorong terdapat ruangan bersekat.

Di sepanjang lorong terdapat tumpukan-tumpukan peralatan yang rapi dan berhubungan dengan dunia teknik. Peralatan penunjang proses operasional dan keselamatan kerja juga terlihat di sepanjang lorong yang penerangannya sangat bagus. 
     Kembali ke ruangan energi alternatif, yang pertama kali saya lihat adalah poster-poster besar. Sumber-suber energi alternatif yang dipaparkan dalam poster adalah yang berasal dari air, angin, sinar matahari, dan lain-lain.

    Perhatian saya beralih ke beberapa miniatur peralatan pembangkit listrik energi alternatif dalam kotak kaca. Bentuknya menarik dengan warna-warna yang cerah. Pencahayaan di ruangan ini agak redup seperti ruangan-ruangan lainnya, tetapi ada lampu sorot yang menyorot miniatur.

    Kalau dilihat pertama kali secara sekilas, saya pikir miniatur peralatan pembangkit listrik energi alternatif ini hanya begitu saja. Pandangan itu berubah ketika salah seorang teman mahasiswa dari negara lain yang masih dalam rombongan ekskursi kami menyentuh tombol yang ada di luar kotak kaca. Tiba-tiba saja miniatur peralatan itu bergerak-gerak. Lampu-lampu kecil tambahan di dalam kotak kaca juga menyala dan mengikuti gerakannya.
Sungguh display yang menarik bagi orang dewasa dan anak-anak. Rasanya ini adalah sebuah strategi yang baik untuk menarik perhatian orang tentang keberadaan berbagai sumber energi alternatif di sekitar kita. 

Dengan berbagai macam peralatan dan metode, siapa pun yang berkunjung ke sini akan banyak belajar tentang keberadaan energi terbarukan. Rasanya tak perlu memaksakan orang untuk sadar dan belajar tentang krisis energi yang terjadi di dunia ini,  peralatan dan metode di museum ini sudah memberikan pembelajaran yang cukup sederhana dan mudah dipahami, seperti ilmu sains sehari-hari.

Kota Wisata Maritim
Kembali ke permukaan tanah, rupanya ada banyak hal menarik yang bisa ditemukan di Saint Malo dan Dinard yang secara geografis berseberangan. Bagi mereka yang memiliki hobi watersports seperti berlayar dan memancing, daerah muara Sungai Rance patut disinggahi ketika sedang berkunjung ke daerah utara Prancis. Perairannya tenang dan minim polusi.
Di sana juga terdapat dua karakter perairan yang berbeda, yaitu laut air asin dan muara, perpaduan air payau dan tawar, menghasilkan flora dan fauna yang berbeda-beda. Namun, untuk mereka yang hobi memancing, perlu memperhatikan petunjuk karena ada beberapa bagian perairan yang terlarang karena alasan keamanan dan operasional dari pembangkit listrik.

    Selain itu, meski tidak punya kapal pribadi, kita juga tetap bisa menyusuri sungai dan menjelajahi daerah muara. Beberapa agen perahu wisata Saint Malo menawarkan paket untuk menjelajahi kota-kota bagian dalam Region Bretagne yang dilalui sungai. Contohnya adalah paket perjalanan ke Dinan (pulang-pergi) melalui jalur air.

Dinan adalah  sebuah kota yang dibatasi oleh dinding benteng, tetapi letaknya di pinggir sungai. Kota Saint Malo juga dibatasi dinding benteng, tetapi letaknya di pinggir laut. Sehingga, dalam perjalanan kita akan menemukan suasana  yang bervariasi. Dalam paket perjalanan ini, perahu wisata akan melewati pembangkit tenaga listrik Rance.

Aktivitas lain di Saint Malo, kota yang menjadi salah satu Travellers’ Choice menurut situs TripAdvisor 2013, adalah mengunjungi situs-situs bersejarah yang cukup beragam. Yang menyukai cerita ekspedisi maritim wajib mengunjungi Musée Jacques Cartier yang didedikasikan untuk sang explorer dari abad ke-16, dan Musée du Long-Cours de Cap-Hornier yang didedikasikan untuk para kapten kapal yang berekspedisi di abad ke-19-20. Di sana kita bisa menemukan aneka peta navigasi dan model-model kapal layar.
Pilihan lain adalah menengok beberapa mansion besar milik para pemilik kapal atau malouinières yang berdiri megah di tengah french garden yang cantik dan luas. Melihat kemewahannya, saya langsung terbayang bagaimana makmurnya kehidupan para pemilik kapal Saint Malo pada zaman dahulu. Ingin berkhayal lebih jauh di kebun bunga yang spektakuler, saya juga berkunjung ke Montmarin atau taman botani Haute Bretagne.

Dinard juga tak kalah menarik. Kabarnya, kota ini menjadi salah satu tujuan liburan musim panas yang trendi bagi kaum urban Prancis. Pemandangan yang saya temukan begitu dramatis: bangunan-bangunan tua berdiri tegap di tebing pantai dihantam deburan ombak. Karakteristik kota ini juga begitu rapi, dengan jalan-jalan atau boulevards panjang dan lebar yang dipagari oleh pohon-pohon rindang, yang berpusat di satu alun-alun yang dipadati berbagai restoran dan crêperie.

Untuk puas melihat pemandangan, bisa menuju Villa les Roches Brunes yang arsitekturnya bergaya neo-klasik dari tahun 1893-1896 dan berlokasi di tebing yang menghadap ke laut lepas. Atau Promenade en Bord sur Mer, di mana Anda bisa menyusuri jalan setapak yang seakan tak berujung di pinggir pantai.

Menikmati kota ini memang lebih enak jalan kaki sambil ditiup semilir angin pantai, yang mungkin sebaiknya dilakukan setelah perut diisi oleh berbagai hidangan seafood yang segar dan melimpah dari restoran lokal.


TIP

• Menuju muara Sungai Rance bisa menggunakan kereta api cepat (TGV) dari Paris yang akan tiba di Rennes 2,5 jam kemudian. Maskapai Air France juga terbang ke Rennes dari Paris dengan durasi 55 menit.
• Perjalanan harus dilanjutkan dengan bus atau kereta api menuju Saint Malo atau hanya dengan bus menuju Dinard, 45 menit sampai 1 jam. Setelah itu, harus menggunakan taksi untuk menuju ke Rance.
• Bila ingin melihat cara kerja Bendungan Rance dari dekat, bisa membuat janji untuk melakukan tur dengan pemandu yang akan memberi Anda pemandangan dahsyat dari arus pasang surutnya.
• Berbagai penginapan tersedia di Saint Malo dan Dinard. Sebaiknya memilih yang di pusat kota supaya mudah berjalan kaki kemana-mana.(f)



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?