Fiction
Rahasia Diri [10]

29 Dec 2011

<< cerita sebelumnya

“Tante!” Troy mencium tangan Henny. “Mari, masuk!” ajak Troy.

Orang-orang yang kebetulan sedang menjenguk Mira, menatap Vivi. Mereka berbisik-bisik menyebut nama ’Vivi Natali’. Vivi mulai galau. Tapi, ia lebih galau lagi ketika melihat wanita yang sedang terbaring lemah dan pria yang berada di sampingnya. Hatinya ciut. Dunianya terasa gelap. Pikirannya kacau. Mengapa aku harus dihadapkan pada situasi seperti ini? Benarkah ia Mira, wanita yang pernah menghancurkan kariernya? Ia mengenali wajah Mira dari foto yang ditampilkan majalah Wanita, saat wanita itu membuka aibnya.

Vivi tak tahu harus berbuat apa. Ia ingin berlari, namun tidak mungkin. Apa kata orang nanti. Suasana yang semula tenang pasti akan kacau. Henny juga bingung hendak mengatakan apa. Ibu dan anak itu berpandangan.

Pria itu… tidak! Apakah aku tidak salah lihat? Bukankah itu Tiyo, pria berengsek yang pernah hidup bersamanya, tanpa sebuah ikatan perkawinan? Apa hubungannya dengan Mira? Apakah pria itu masih keluarganya?

Peristiwa masa lalu kembali terbayang di pelupuk mata Vivi. Ia benar-benar muak ketika laki-laki itu memberikan senyuman padanya. Ingin sekali ia melontarkan sumpah serapah pada laki-laki itu. Namun, situasinya tidak memungkinkan. Vivi makin bingung ketika laki-laki tua itu menyapa ibunya.

“Henny.”

“Mama mengenalnya?” tanya Vivi, heran.

Mengapa ibunya mengenal pria itu? Apakah ibunya juga tahu bahwa dirinya dulu dinodai oleh laki-laki itu? Vivi makin tidak tenang. Jantungnya berdebar keras. Henny diam saja. Dipandangnya Uli, yang berada di sampingnya. Wajah Henny dan Uli terlihat tegang. Namun, tak satu pun kata yang terlontar dari bibir mereka. Ada yang tidak beres. Seperti ada rahasia yang disimpan rapat. Vivi berucap dalam hati.

Pikiran Henny juga dipenuhi berbagai pertanyaan. Apakah Troy anak dari Mira dan Bram? Lalu, ia nanti akan menjadi besanku? Tidak, semua ini tidak boleh terjadi. Perkawinan sedarah, walaupun lain ibu, tetap saja tidak boleh.

Yang tak kalah kagetnya atas kejadian ini adalah Mira. Selama ini ia memang menanti kehadiran Henny. Namun, ia tak pernah tahu bahwa calon menantunya adalah Vivi, orang yang kariernya pernah ia hancurkan karena sebuah dendam masa lalu.

“Ma, kenalkan, ini calon istri Troy. Vili namanya,” ujar Troy, bersemangat. Ia tidak tahu tentang gejolak perasaan yang terjadi dalam hati ibunya, Bram, Vivi, Henny, dan juga Uli.

“Vivi?”

“Vili, Ma. Bukan Vivi,” kata Troy, meralat.

“Sama saja. Itu nama kecilku. Singkatan dari Vivi Natali!” ujar Vivi, menjelaskan dengan nada datar.

Orang-orang yang sedang menjenguk tahu diri. Mereka tahu, tak sopan jika mereka mendengarkan perbincangan selanjutnya. Perlahan-lahan mereka menyingkir keluar dari kamar itu.

“Jadi, Mama mengenalnya?” tanya Troy.

“Troy, ini Vivi Natali, anak Tante Henny yang pernah Mama ceritakan. Mama malu sekali,” ujar Mira, tersedak. Tangisnya tertahan. Ia tak sanggup memandang wajah Henny dan Vivi.

“Henny, apakah kamu bersedia memaafkan aku?” kata Mira, pelan.

Henny menarik napas panjang. Dadanya sesak. Dalam benaknya, Mira selalu ia kenang sebagai seorang wanita yang tak punya hati. Ia benar-benar jahat. Kehidupannya hancur, tubuhnya jadi cacat, dan karier putrinya berantakan. Bagaimana mungkin ia bisa memaafkan wanita itu dalam sekejap?

Perasaannya bergejolak, antara ingin berusaha memaafkan dan terus menyimpan kebencian. Henny sempat menyesal, mengapa tadi harus ikut membesuk calon mertua putrinya itu. Andaikan ia berdiam diri saja di rumah, tentunya ia tidak akan segelisah ini.

Henny memandang putrinya. Vivi mengangguk. Tampaknya, ia setuju untuk memaafkan wanita yang saat itu sedang berjuang melawan maut. Mira menahan napas. Jantungnya berdebar kencang, menanti jawaban yang akan diberikan Henny.

“Mira, kami memaafkan semua kesalahanmu. Biarlah ini menjadi sisi kelam kehidupan kita yang harus dilupakan!” ujar Henny, akhirnya, yang disambut Mira dengan senyum.

Sementara itu, Bram yang berdiri di samping Mira, terus diliputi tanda tanya. Jadi, Vivi, yang pernah menjadi istri simpananku itu adalah anak Henny, istrinya terdahulu? Apakah setelah berpisah darinya, Henny menikah lagi dan memiliki anak? Atau, jangan-jangan ia darah dagingku? Tidak, tidak mungkin! Bram menatap wajah Vivi dalam-dalam. Ada kemiripan dengannya. Terutama bentuk hidung dan matanya.

Dari sorot matanya, terlihat jelas Vivi menyimpan amarah yang membara. Ia tidak rela laki-laki itu hadir dalam kehidupannya.

“Siapa laki-laki itu, Ma?” Vivi berbisik pelan. Ia masih penasaran. Mungkin, ia ayah Troy. Tapi, mengapa Troy tidak memperkenalkan padanya sejak awal?

Henny menghela napas panjang. Sudah saatnya ia mengungkapkan siapa ayah kandung Vivi sebenarnya.
“Ia ayah kandungmu. Maafkan Mama karena selama ini telah membohongimu. Mama takut, kamu tidak dapat menerima kenyataan. Namun, rasanya, saat ini adalah waktu yang tepat untuk membuka rahasia yang selama bertahun-tahun ditutup rapat.”

“Mama tidak sedang bercanda, ’kan?” Wajah Vivi terlihat tegang. Bagaimana mungkin sosok laki-laki berengsek itu muncul sebagai ayah kandungnya?

“Tidak, Sayang, ia benar-benar ayah kandungmu, yang bertahun-tahun menghilang. Mungkin inilah cara Tuhan mempertemukan kita semua!” kata Uli, ikut menjelaskan.

Vivi ingin berontak dan berlari. Ia tidak bisa menerima laki-laki yang selama ini amat dibencinya sebagai ayahnya. Namun, tak mungkin kebencian itu diperlihatkan pada ibunya ataupun pada Troy. Ia takut, mereka akan tahu betapa kotornya dirinya.

“Jadi, dia anakku, anak kita Henny?” Suara Bram tercekat. Ia telah menghancurkan anaknya sendiri.

“Ya, Vivi anak kandungmu. Ketika kamu meninggalkanku, aku sedang mengandung anakmu. Tapi, kamu tidak pernah peduli padaku. Aku sempat mendekam di penjara dan melahirkan anak kita di sana!”

Hati Bram benar-benar hancur. Lebih hancur lagi ketika Vivi dengan terpaksa mau menjabat tangannya. Ia tahu, hati Vivi pun hancur. Andaikan di situ hanya ada dirinya dan Vivi, ingin sekali ia mengatakan, “Papa rela jika saat ini juga kau membunuh Papa, asalkan kau mau memaafkan Papa!”

Tapi, hal itu tak mungkin diucapkannya. Ia tidak ingin menyakiti perasaan Henny lagi.

“Henny, sebelum aku pergi, aku ingin anak kita dipersatukan dalam ikatan perkawinan!” pinta Mira.

“Bukankah perkawinan sedarah itu tidak boleh? Troy anakmu dari Bram, ’kan?”

Mira menggeleng. Diraihnya tangan Troy dan Vivi. “Troy adalah anakku dari Tony. Aku titipkan mereka padamu, Hen! Dan, aku ingin kau dan Bram kembali bersatu.”

Henny dan Bram saling berpandangan. Mungkinkah benang cinta yang dulu putus bisa kembali menyatu? Seberkas sinar cinta yang dulu redup kini mulai bersinar kembali. Pancaran itu terlihat dari sorot mata Henny ketika memandang Bram.

Henny tertegun. Mungkin, inilah jalan hidup yang harus ia lalui. Kembali mendapatkan cinta saat usianya sudah senja. Kebahagiaan yang luar biasa pun dirasakan oleh Uli.

Hanya Vivi yang hatinya terkoyak. Andaikan laki-laki itu tidak menghancurkannya, mungkin ia bisa menerima kehadirannya sebagai ayah dan ia rela memanggilnya dengan sebutan ’Ayah’. Vivi ingin berteriak. Ia ingin memaki, tapi tak sanggup. Ia ingin membunuh laki-laki itu, tapi tak bisa. Ia ingin menghancurkan laki-laki itu, tapi ia tak berdaya.

Ia hanya kuat menahan semua beban hidup ini karena satu alasan: ibunya. Ia tak mungkin merampas kebahagiaan sang bunda, dengan membeberkan cerita masa lalunya yang kelam. Tapi, ia tak ingin dihantui perasaan bersalah terus-menerus. Ia memantapkan hati untuk mengambil Thalia, bidadari kecilnya, dari panti asuhan.

Entah cerita apa yang akan dikarangnya tentang gadis kecil itu, agar Troy dan ibunya tak mengetahui cerita sebenarnya. Itu akan jadi rahasia hidupnya yang baru, yang tak pernah akan ia ungkapkan kepada siapa pun. (Tamat)


Penulis : Dennise




 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?