Health & Diet
Perlukah Profylactic Mastectomi

1 Sep 2013


Menurut dr. Sonar Soni Panigoro, SpB.Onk., M.Epid, Direktur Utama RS Kanker Dharmais, pada kasus  Angelina Jolie, setelah hasil tes BRCA1 dan BRCA2 positif menunjukkan risiko terkena kanker payudara 87%, profylactic mastectomi merupakan tindakan pencegahan yang tepat. "Selain profylactic mastectomi, tindakan pencegahan terhadap kanker lainnya hanya bersifat umum, seperti mengurangi makanan berlemak, tidak merokok atau minum minuman beralkohol, berolahraga, dan mengurangi stres," ujar dr. Sonar.

Setelah menjalani profylactic mastectomi, risiko Angelina Jolie terhadap kanker payudara turun drastis menjadi kurang dari 5% saja. Dokter sonar menjelaskan bahwa meski profylactic mastectomi sangat efektif, tindakan ini tidak akan menurunkan risiko hingga 100%. Karena sebenarnya, kelenjar payudara tidak terbatas pada payudara itu saja.

Secara teoretis, di sepanjang milk line, mulai dari ketiak hingga selangkangan, ada kelenjar payudara, tapi tidak berkembang. Normalnya, kelenjar itu akan hilang pada kehamilan 10 minggu.

Namun, profylactic mastectomi bukan tindakan pencegahan terhadap kanker payudara yang tepat untuk semua orang. Ada beberapa pertimbangan onkologi, medis, dan psikologis yang perlu diperhatikan. Untuk pertimbangan onkologi, perlu dilihat seberapa besar risikonya terhadap kanker payudara yang bisa dilihat melalui tes BRCA1 dan BRCA2. "Tapi, kita lihat juga, seberapa perlunya orang tersebut melakukan tes BRCA1 dan BRCA2 dengan pertimbangan kemungkinan faktor genetis mutasi gen tersebut," lanjut dr. Sonar.

Setelah syarat onkologi terpenuhi, akan dilakukan pertimbangan medis yang memperhitungkan kondisi kesehatan orang tersebut. Pertimbangan lain yang sangat penting adalah psikologis. Bagaimana kesiapan mental orang itu. Setelah payudara diangkat, nilai estetikanya bisa direstrukturisasi dengan implan payudara.

Dengan prosedur dan bahan silikon yang tepat, hal ini aman dilakukan dan tidak akan menimbulkan risiko medis. Namun, implan payudara tidak akan mengembalikan fungsi payudara, seperti menyusui. Sensitivitasnya pun akan hilang. Hal ini yang perlu dipahami wanita yang ingin melakukan profylactic mastectomi maupun mastektomi untuk pengobatan kanker.

    Dokter Sonar mengatakan bahwa sejak tahun 1970-an, mastektomi tidak lagi dijadikan satu-satunya tindakan pengobatan kanker payudara stadium awal. Dengan metode breast conserving surgery, dokter hanya akan mengangkat sebagian organ payudara tempat tumbuhnya sel kanker, sambil melakukan penyinaran untuk mematikan sel kanker yang tersisa. Cara ini bisa mempertahankan bentuk dan fungsi payudara.
    Meski profylactic mastectomi merupakan tindakan pencegahan kanker payudara yang efektif pada seseorang dengan mutasi gen BRCA1 dan BRCA2, tindakan ini tak mutlak harus dilakukan. "Pertimbangannya kembali pada kesiapan mental orang tersebut. Karena, setelah mengetahui besarnya risiko secara genetis, seseorang tetap bisa melakukan pencegahan dengan mengurangi konsumsi makanan berlemak dan yang mengandung bahan kimia, berhenti merokok dan minum minuman beralkohol, berolahraga, serta menghindari stres," sarannya.
    Yang perlu diingat, penyebab kanker terbesar, lebih dari 90%, adalah faktor nongenetis. Jadi, seandainya pun seseorang dengan risiko genetis telah melakukan profylactic mastectomi dan mengurangi risiko genetis kanker payudaranya, ia tetap berisiko terkena kanker lain karena adanya faktor risiko nongenetis.(EKA JANUWATI)



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?