Sex & Relationship
Perkawinan Jarak Jauh

3 Apr 2012

Tanya:

Saya (32) sudah empat tahun menikah dengan suami (33) dan belum dikaruniai anak. Enam bulan lalu, saya melamar beasiswa S-2 ke Inggris dan ternyata diterima dengan masa belajar 1,5 tahun. Saat mau berangkat, mendadak saya diliputi kebimbangan, bisakah kami bertahan dalam pernikahan jarah jauh yang tidak ‘diikat’ oleh kehadiran anak ini? Di sisi lain, saya tak mau menyia-nyiakan kesempatan berharga ini.

Jawab:

Semua keputusan yang kita ambil memang mengandung berbagai risiko yang harus dihadapi. Kecemasan akan terus mengganggu apabila Anda berpikiran negatif, seperti menyesali kondisi Anda yang belum juga dikaruniai anak setelah empat tahun menikah. Atau, memikirkan apa yang akan terjadi dengan hubungan Anda dan suami selama Anda belajar di luar negeri, hanya akan meracuni pikiran Anda.

Dalam kondisi seperti ini, Anda perlu membuka hati lebar-lebar dan berpikir jernih. Cobalah untuk menerima kenyataan bahwa mungkin memang belum waktunya bagi Anda berdua untuk mendapatkan anak. Tetapi, ini tidak menutup kesempatan Anda berdua untuk berusaha di lain waktu. Sebaliknya, Anda juga perlu mensyukuri bahwa Anda mendapatkan kesempatan untuk meneruskan pendidikan ke luar negeri, yang belum tentu bisa dinikmati orang lain.

Hubungan jarak jauh kini tak lagi jadi masalah dengan adanya berbagai cara berkomunikasi yang canggih. Yang perlu Anda lakukan adalah berpikiran positif, maka kehidupan Anda akan berjalan ke arah positif. Bila benak Anda dipenuhi pikiran negatif, maka hidup Anda akan terasa tak nyaman, penuh kecemasan dan akhirnya akan memengaruhi hubungan Anda dengan suami. Usahakan untuk hidup penuh harapan, karena ini akan lebih menyenangkan serta membawa kebahagiaan daripada hidup dalam kecemasan.

Irma Makarim (Konsultan)


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?