Trending Topic
Perjalanan 'Membaca' Zaman

27 Sep 2012

Selain menyajikan informasi gaya hidup dan dunia wanita, femina sejak lama telah menjadi trendsetter dalam menggelar berbagai event untuk komunitas. Semua berawal dari ketidaksengajaan oleh para pendiri femina. Sebuah langkah kecil yang secara tidak langsung telah ikut memajukan dan memberdayakan wanita Indonesia.

Perjalanan majalah femina menjadi sahabat wanita Indonesia ditandai dengan terbitnya majalah bersampul seorang wanita bertangan 10 dan anaknya, pada tanggal 18 September 1972. Edisi newborn itu sudah menyajikan artikel tentang tren belajar membatik sebagai hobi, mode pakaian,  make up dari pagi hingga malam hari, trik pencahayaan dan warna untuk rumah, dan lainnya. 

“Seorang femina bertangan 10 ternjata sudah mengalami perkembangan hingga memerlukan 1000 tangan. Tjampur tangan wanita dalam perputaran hidup terasa di segala bidang, entah pada ilmu pengetahuan atau organisasi2 sosial politik.” Kutipan inilah yang tertulis (mentah-mentah) di pengantar redaksi edisi pertama itu. Sebagai gambaran bahwa dari dulu wanita memang mengemban multiperan. Hal yang tidak mudah. Dan, femina hadir untuk menemani dan membukakan jalan. 

Tentu, situasi dahulu jauh berbeda dengan sekarang. Kiprah wanita di ruang publik masih sangat jarang. Masih ada norma tertentu yang memosisikan wanita tidak berdaya. “Femina hadir untuk lebih memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan wanita serta memperbaiki kualitas hidup wanita itu sendiri. Bagaimana caranya? Ada petunjuk-petunjuk melalui rubrik femina untuk keluar dari lubang itu. Bagaimana dengan uang yang ada, kehidupan bisa lebih menarik. Memasak lebih enak, penampilan lebih cantik, dan busana lebih fashionable. Zaman dahulu belum ada ready to wear, itulah mengapa femina membuatkan mode pola,” tutur Mirta Kartohadiprodjo, salah seorang pendiri femina, bersama dengan Widarti Gunawan dan Atika Makarim.

Sebagai general service magazine, wajar jika berbagai informasi yang disajikan femina, merangsang keingintahuan pembaca lebih dalam lagi. Mengenai hal ini, Widarti mengatakan, di mata para pembaca, rasanya femina sudah dianggap seperti 'kamus' serba ada. Dari problem rumah tangga, di mana beli cetakan kue, sampai soal pola baju untuk dibawa ke tukang jahit, ditanyakan ke femina. 

Alhasil, redaksi femina yang masih berkantor di garasi kediaman Pia Alisjahbana di Jl. Sukabumi, Menteng, kebanjiran pertanyaan. Pada masa itu, tahun ’70-an, namanya Google belum lahir, apalagi media sosial. Hanya ada dua saluran komunikasi: telepon dan surat pos. “Dari situlah muncul ide untuk membuatkan acara untuk pembaca. Tujuan awalnya sebetulnya untuk memindahkan rubrik populer di femina menjadi pertemuan, karena ada kesempatan tanya jawab,” tutur Widarti.

Semua acara yang diadakan femina sekarang, sebetulnya embrionya sudah ada sejak dahulu. Hanya, dalam bentuk yang lebih sederhana. Jika sekarang ada istilah kopdar (kopi darat) komunitas, maka dulu istilahnya ajang temu muka dan keakraban dengan pembaca. Beberapa kali femina menggelar acara untuk pembaca.

Yang pertama adalah pada bulan April (awal tahun 1980-an). Sekaligus dalam rangka memperingati Hari Kartini, femina menggelar acara yang bertema etiket masa kini, bertempat di gedung Panti Trisula Perwari Menteng. “Memperingati jasa Kartini tidak hanya dengan mengenakan baju ala Kartini, tetapi bagaimana menangkap kebutuhan wanita pada suatu masa. Saat itu, yang sedang dibutuhkan adalah pendidikan tentang etiket. Wanita sudah mulai diajak mendampingi suami ke berbagai pertemuan,” cerita Widarti. 

Acara itulah yang kemudian menjadi cikal bakal seminar Kartini yang secara rutin diadakan femina tiap tahunnya. Topik dan pembicaranya selalu beragam. Acara selingannya bervariasi dari tahun ke tahun. Fashion show, demo kecantikan, sampai mini bazar yang menggelar aneka produk kreasi wanita.

Kini, setelah 40 tahun, tak terhitung sudah jenis acara yang pernah diadakan femina untuk berbagai komunitasnya. Ada yang masih bertahan hingga kini, ada juga yang sudah digantikan oleh acara yang lebih bernas. Tiap dekade bisa berbeda, namun tujuannya sama, semua untuk wanita.

Acara di Tahun 1970-an
1.    Sayembara cerpen dan cerber sudah diadakan sejak tahun 1972. Dulu, namanya sayembara novel femina. Beberapa orang yang pernah menjadi juri adalah tokoh-tokoh sastra, seperti HB Jassin  dan Sapardi Djoko Damono.
2.    Lomba Perancang Mode. Sebuah ajang kreativitas untuk menggali bakat-bakat muda dalam dunia rancang busana.  Acara yang diprakarsai femina ini pertama kali diadakan tahun 1979. Dari LPM inilah nantinya lahir desainer kenamaan, seperti Samuel Wattimena, Carmanita, Stephanus Hamy, Widhi Budimulya, Musa Widiatmodjo, Denny Wirawan, dan banyak lagi.
3.    Tahun 1979, pengasuh majalah femina mengajak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jakarta mendirikan sebuah yayasan  sosial yang bertujuan membantu anak-anak dari keluarga kurang mampu yang membutuhkan dana pengobatan. Yayasan ini diberi nama Yayasan Sekar Mlatti.

Tahun 1980-an
1. Kursus masak di Hong Kong. Waktu itu 'judulnya' cara memasak menu masakan Cina yang halal. Kursus ini sempat berlangsung  6-8 kali.
2. Kursus bahasa Inggris ke London dan tur wisata keliling Eropa dengan bus. “Saat itu, sudah banyak wanita yang senang travel. Rasanya beda kalau menunggu diajak suami, jadi acara keluarga. Lagi pula, kala itu  nama femina sudah dianggap tepercaya. Selain karena isinya, juga ada kepercayaan pribadi pada pengasuhnya,” tutur Widarti.  
3. Tahun 1984, femina untuk pertama kalinya mengadakan acara nonton bareng film nasional bertajuk Hati Yang Perawan (dibintangi Nurul Arifin dan Deddy Mizwar). Bagi femina, film layar lebar ini menjadi spesial, karena diangkat dari sebuah novel karya Budiati Abiyoga, seorang pemenang dari Sayembara Novel (sekarang bernama Sayembara Cerber) Femina. Itu pula sebabnya digelar acara nonton bareng untuk pembaca.
4. Senam Jane Fonda yang diselenggarakan Klub Diet Femina pada hari Sabtu, 11 Agustus 1984, di The Jakarta Mandarin Hotel. Ini bukan senam yang dipandu oleh bintang film Hollywood, Jane Fonda, melainkan hanya gerakan senam yang diambil dari buku Ramping Bersama Jane Fonda.
5. Pada tahun 1985, femina menggelar festival pangan di Balai Sidang Senayan. Dari festival ini, muncul hidangan yang sempat menjadi populer dan didemonstrasikan pembuatannya: burger tempe. Festival pangan yang dihadiri Ibu Tien Soharto ini mengangkat tentang keanekaragaman pangan dan menjaga kuliner warisan nenek moyang.
6. Festival mode untuk pertama kalinya diselenggarakan oleh femina, Gadis, Ayahbunda, dan Dewi, pada tahun 1986, di Balai Sidang Senayan, Jakarta. Festival ini tidak hanya menggelar pergelaran busana, melainkan juga menampilkan 73 stan pelaku industri fashion tanah air. Pada ajang ini juga diberikan anugerah Piala Aparel,  yang diberikan oleh redaktur mode dari femina, Kompas, Sarinah, Sinar Harapan, Pertiwi, Rias, Gadis, dan Dewi. Anugerah ini diberikan kepada perancang yang paling produktif, yakni  Prayudi.  Untuk kategori merek busana terlaris, diberikan kepada Lily Salim dengan merek  Rosella. Festival ini merupakan cikal bakal ajang Jakarta Fashion Week yang kini sudah berlangsung untuk yang keempat kalinya.
7. Pemilihan Wajah Femina diadakan pertama kali tahun 1986. Berawal dari cita-cita sederhana, yaitu mencari model untuk menghias sampul depan majalah femina. Sebanyak 613 wanita muda dari berbagai kota di Indonesia mendaftar saat itu.   
8. Tahun 1987, digelar pemilihan sekretaris terbaik. Penyelenggaraan ini dianggap sebuah terobosan berani yang mampu menampilkan sisi profesionalisme jabatan ini. Sebelumnya, posisi sekretaris cenderung kurang dihargai.
9. Tahun 1987, femina menyelenggarakan acara unik, program penurunan berat badan. Lewat acara ini, 20 peserta diikutsertakan mengikuti program melangsingkan tubuh. Melihat hasil yang memuaskan, acara ini diulang kembali di tahun berikutnya.
10. Klub Dapur Femina menyelenggarakan acara memasak  tiap bulannya. Tempatnya berpindah, dari resto ke resto dan dari hotel ke hotel. Diisi dengan pelajaran masak dari chef andal.  
11. Lomba Masak Pria. Tak benar-benar lomba sebenarnya, karena peserta hanya terdiri dari orang-orang atau tokoh-tokoh selebritas yang dipilih atau sengaja diundang femina untuk ikut dalam acara tersebut. Namun begitu, acara ini mendapat liputan luas dari media massa. Maklum, para peserta yang diundang memang tokoh-tokoh dan selebritas yang beken di bidang masing-masing, seperti seniman Putu Wijaya, Didi Petet, Arifin C. Noer, pembalap Tinton Suprapto, Dubes Amerika Serikat, Paul Wolfowitz, dan tokoh kuliner Bondan Winarno.

Tahun 1990-an
1.    Saat ulang tahun ke-22 tahun 1994 lalu, femina menyelenggarakan pesta megah yang berlangsung di Kebun Raya Bogor. Pesta ini merupakan bentuk kepedulian femina kepada lingkungan hidup dengan memprakarsai pendirian Mitra Kebun Raya Indonesia, yaitu suatu wadah untuk pengadaan dana bagi peningkatan Kebun Raya Indonesia.   
2.    September 1994, diadakan lomba menulis untuk sekretaris dan seminar untuk wanita bekerja.
3.    Bekerja sama dengan Vaseline, mengadakan Program Wanita Bekerja Femina – Vaseline + Lomba menulis “Mengapa Anda Menjadi Wanita Bekerja”. Program ini berlangsung selama empat tahun berturut-turut, dan berlangsung di empat kota, yakni, Jakarta, Surabaya, Medan, dan Bandung.
4.    Tahun 1996, seminar Kartini bertema Wanita Masa Kini dan Peluang Bisnisnya. Femina sudah mulai menyadari bahwa wanita Indonesia sudah mulai banyak yang melirik bisnis.

Tahun 2000-an
1. Bersama dengan Biokos Martha Tilaar, femina menggelar lomba yang melibatkan ibu dan anak. Konsep lomba bagi wanita dewasa beserta ibunya ini terwujud dalam pemilihan Cantik Serasi 2 Generasi. Pemilihan ini sudah diadakan 3 kali berturut-turut.
2. Femina dan Sari Ayu mengajak masyarakat luas menominasikan tokoh wanita yang telah berbuat sesuatu bagi lingkungannya. Setelah menyeleksi nama-nama beserta prestasinya, penghargaan wanita abad ke-21 tahun 2000 diberikan kepada Delia Murwihartini (pengusaha), Sussi M.D. Kattipana (relawan), dan dr. Inne Susanti (ahli patologi). Penyerahan penghargaan dilakukan bersamaan dengan penyelenggaraan seminar menyambut Hari Kartini  tahun 2000.
4. Pada tahun 2008, untuk pertama kalinya diluncurkan program Wanita Wirausaha Femina.  Ini merupakan program inspirasi, edukasi, kompetisi, dan jejaring wanita wirausaha di Indonesia. Sebanyak 13.000 wanita Indonesia sudah bersentuhan dengan program ini melalui berbagai event yang diadakan di 13 kota di Indonesia.
3. Program Seminar Wanita Karier Femina-BII diadakan pertama kali tahun 2011. Mengambil tema: Strategi Mencapai Posisi Puncak. Salah satu keynote speaker yang hadir adalah Dirut Pertamina, Karen Agustiawan.  Pada tahun ini pula, kompetisi wanita karier BII  in Women’s Life & Femina, pertama kali diadakan. (f)



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?