Career
Model Kepemimpinan Si Bos

15 Jun 2011

Dulu, kebanyakan model kepemimpinan yang diterapkan adalah menempatkan bawahan sebagai pelayan (autokratik) atau anak (paternalistik). Sekarang, kedua model ini sudah dianggap usang, karena hanya bisa mencapai target perusahaan dalam jangka pendek. Sebagai gantinya, kini banyak perusahaan yang mulai menerapkan model kepemimpinan pelayan atau servant leadership, yang memprioritaskan pemberdayaan karyawan sebagai ‘tiket’ untuk mencapai target dan keuntungan bagi perusahaan dalam jangka panjang.
 
Menurut pakar motivasi, Mario Teguh, kesuksesan karier seorang pemimpin sangat ditentukan oleh kemauan dan kemampuannya untuk melayani. “Mengapa seorang karyawan diberikan kompensasi gaji? Karena, mereka dinilai berharga. Mengapa mereka dianggap berharga? Karena, mereka dianggap penting untuk perusahaan. Mengapa mereka dianggap penting? Karena, mereka bersedia untuk melayani. Nah, hal yang sama juga berlaku untuk seorang pemimpin. Agar Anda dianggap penting (yang berarti juga berpengaruh), Anda juga harus mau dan siap melayani,” jelas Mario.

Dalam esensinya, pemimpin pelayan menawarkan sebuah konsep kepemimpinan yang mencetak pemimpin lain (regenerasi) dan bukan hanya mencetak anak buah. Pemimpin pelayan berpikir bahwa pada waktunya nanti, ia akan menyerahkan jabatannya kepada pemimpin lain. Sehingga, ia harus mempersiapkan anak buahnya menjadi pemimpin masa depan. Karena itu, pemimpin pelayan akan memosisikan bawahannya sebagai partner untuk mencapai tujuan bersama.

Dalam penerapannya, kepemimpinan pelayan sering kali berbenturan dengan budaya perusahaan yang tidak produktif dan sudah ada sebelumnya. Untuk mengatasi hambatan tersebut, seorang pemimpin pelayan pemula lebih baik menjadi agent of change (agen perubahan) dahulu.

Pemimpin bisa saja menegur bawahan dengan keras, tanpa harus kasar dan mematikan potensinya. Selain harus mampu memilih kata-kata yang tepat saat menegur bawahan, pemimpin pelayan juga harus membekali diri dengan kemampuan ’bercerita’ (story telling). Artinya, agar pemimpin bisa mengubah budaya perusahaan, ia harus mampu berbicara kepada seribu orang seperti kepada satu orang. Hal ini merupakan ilmu komunikasi yang sulit, karena pemimpin harus lebih dulu mengetahui latar belakang dan tujuan para bawahannya bekerja. (f)

 



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?