Travel
Mengunjungi Negeri Dongeng

14 Apr 2012

Ibu kota Denmark (sejak 1417) ini mungkin belum menjadi tujuan wisata favorit bagi orang Indonesia. Tak banyak tawaran wisata memotret kelebihan negara yang dahulu dihuni bangsa Viking ini. Lanskap kota yang penuh bangunan bersejarah berarsitektur indah ini memang mengagumkan. Namun, yang paling istimewa, negeri ini terkenal sebagai surganya pengendara sepeda.
Kota Pencinta Sepeda

Tak ada gedung pencakar langit. Di dalam kota, juga tak banyak mobil pribadi berlalu-lalang seperti halnya di Jakarta. Pajak kendaraan bermotor dibuat sangat tinggi, sebagai salah satu upaya menjaga lingkungan. Tak heran, 35 persen warganya memilih bersepeda ke sekolah dan ke tempat kerja. Pemandangan menarik setiap pagi dan sore adalah saat para warga Kopenhagen berangkat dan pulang kerja. Pria dan wanita dalam busana stylish, mengayuh sepeda dengan earphone warna-warni menutup telinga.

Jika ditotal, warga Kopenhagen bersepeda 1,2 juta kilometer setahun. Sebaliknya, mereka hanya bepergian dengan metro sebanyak 660.000 kilometer per tahun. Kenaikan bersepeda sebanyak 25 persen itu tercatat sejak tahun 1998 dibandingkan tahun sebelumnya. Saat ini Kopenhagen memiliki 390 kilometer jalur bersepeda dengan traffic light tersendiri. Kurang lebih 30.000 pengendara sepeda melintasinya dalam sehari. Saat ini sedang dalam penyelesaian, jalur khusus highways dari kota ke daerah-daerah suburban. 

Menggunakan sepeda yang tersedia di halaman belakang hotel (jika ingin menyewa seharian harus membayar sekitar 100 khrone), saya dan teman-teman juga mencoba bersepeda di sore hari, meski hanya dari hotel ke kafe yang jaraknya tak terlalu jauh. Tak bisa lebih jauh lagi, karena masih belum punya nyali untuk tersesat.


Torvehallerne KBH, Pasar Modern

Pasar ini menjadi salah satu tempat bersantai di tengah kota. Bangunan kaca yang modern ini menjadi unik karena berada di antara gedung-gedung tua yang megah. Di dalamnya, turis bisa bergabung dengan penduduk yang sedang berbelanja buah, sayur, keju, bumbu-bumbu, bunga, sampai berbagai macam kue.

Saya sempat mengagumi berbagai bunga mawar  aneka warna yang seikatnya hanya 10 khrone. Lalu membeli sepotong nougat dan sekantong olives segar. Saya memandang orang-orang yang berlalu-lalang sambil memesan cappuccino. Tempat ini memang menjadi tempat pertemuan yang menyenangkan karena letaknya yang strategis. Ketika akhir pekan saya kembali ke sana, di luar pasar ini sudah berjejer pasar kaki lima yang menjual benda-benda second-hand. Kebanyakan adalah barang-barang antik.



Round Tower 

Di mana pun kita berwisata, selalu dicari menara untuk melihat bangunan kota dari atas, sekaligus sebagai landmark kota itu. Begitu juga di kota ini. Terletak di pusat kota, Round Tower tak pernah sepi dikunjungi turis.

Dibangun oleh Raja Christian IV pada tahun 1637 dan selesai 5 tahun kemudian, tempat ini awalnya dirancang sebagai tempat  observasi astromomi di abad ke-17. Menuju puncak menara setinggi 34,8 meter, saya harus mengitari koridor menanjak (tanpa tangga) sebanyak 7 putaran. Namun kelelahan itu terbayar, karena dari atas, saya bisa menikmati seluruh pemandangan Kopenhagen. Indah.

Turun dari tower, saya memanjakan lidah dan menghangatkan tubuh dengan berbagai jajanan khas kota ini. Berbagai kue Danish, crepes nuttella pisang, atau kacang chestnut hangat dijajakan di kafe-kafe maupun di stall dengan sepeda di sekeliling tower.






Warna-Warna Nyhavn

Inilah tempat pertemuan paling populer di Kopenhagen. Jajaran gedung warna-warni di pinggir pelabuhan itu, sebagian besar adalah kafe dan restoran. Di antara deretan rumah-rumah di Nyhavn yang dibiarkan seperti aslinya ini, salah satunya adalah rumah yang pernah ditinggali Hans Christian Andersen.

Nyhavn atau New Harbour  menyimpan cerita bersejarah. Selama ratusan tahun Nyhavn memiliki reputasi tidak baik. Inilah tempat para pelaut ‘menghibur diri’. Baru pada akhir 1970-an Nyhavn mengalami pergeseran image. Kini, tempat ini menjadi tujuan menghabiskan sore hingga larut malam, baik bagi para turis maupun penduduk.

Saat udara dingin pun, banyak tamu ingin duduk di pinggir pelabuhan sambil menikmati udara segar, ditemani lilin dan selimut yang tersampir di semua kursi restoran. Saya berkesempatan berkeliling Nyhavn dan mencoba kanal tur di siang hari dari sana. Lalu saya menghabiskan sore hingga malam di salah satu restoran, berbaur dengan penduduk. Saya sepuasnya menikmati keindahan tempat ini.


Istana, Kastil, dan Little Mermaid

Salah satu daya tarik Kopenhagen adalah berbagai taman  yang indah di tengah kota. Salah satunya Orstedsparken.  Tempat ini adalah lokasi lingkaran benteng tua di Denmark yang sudah tidak dipakai sejak tahun 1870. Bentuk asli bangunan masih dipertahankan, dan menjadi daya tarik para pelancong. Uniknya, para turis juga ditawarkan berkunjung dengan naik rickshaw (becak yang didatangkan dari India). Tivoli, salah satu taman yang tertua di dunia ini, juga sayang dilewatkan.

Istana dan kastil sudah pasti menjadi bagian dari sejarah kota ini. Yang menarik, pergantian tugas prajurit penjaga pun menjadi atraksi menarik bagi turis setiap harinya. Agak sulit jika mau berfoto bersama beberapa prajurit di sana. Kalaupun bisa, kesempatan hanya beberapa detik saja dengan jarak berfoto yang sudah mereka tentukan.

Saya sempat mengunjungi kastil Amalienborg, bangunan dengan arsitektur Roccoco yang megah. Keindahan arsitektur yang sama juga bisa saya temukan di beberapa bangunan museum yang tersebar di tengah kota, seperti Danish Museum of Art & Design, The National Museum, Louisiana Museum of Modern Art, dan National Galery of Denmark,
Saya juga tak melewatkan kesempatan berfoto di depan ikon Kota Kopenhagen, Little Mermaid. Ikon ini bisa disebut sederhana, jika dibandingkan dengan ikon-ikon kota-kota lain di Eropa. Sebenarnya tak ada yang istimewa. Patung setinggi 1,2 m, dengan berat 175 kg, ini hanya menggambarkan tokoh dongeng karya penulis terkenal yang lahir di kota ini, Hans Christian Andersen. Miniatur Little Mermaid itu menjadi buah tangan yang dijual dengan berbagai variasi bentuk di toko-toko suvenir.


Shopping di Strogate

Strogate disebut sebagai shopping center dengan rute pejalan kaki yang terpanjang di Eropa. Tumpukan tas belanjaan akan menjadi problem  karena akan membuat kaki  makin berat, sementara berbagai toko mengundang untuk dihampiri. Bottega Veneta, Kassandra (tempatnya sepatu Jimmy Choo, Prada, dan lainnya), toko eksklusif Birger Christensen, Storm, Henrik Vibskov, Zarah Voight (Danish fashion jewellery), desainer lokal Sabine Poupinel. Belum lagi toko yang berharga miring, seperti  H&M, Strand, Clarks, dan Disney’s Store.

Kopenhagen   populer dengan barang-barang second hand dan vintage.  Toko-toko yang terkenal adalah Time’s Up (vintage para disainer), Kitsch Bitch (barang tahun ‘70 - ‘80-an), Décor (gaun, coat, dan koleksi unik lain), dan Magnolias second hand (high ends brands dengan harga miring). Belum lagi toko-toko kecil yang menjual topi dan baju-baju musim dingin yang sangat menarik.

Kopenhagen juga terkenal dengan berbagai desain yang unik, mulai dari kursi, aneka lampu, hingga peralatan makan. Di Strogate inilah bisa ditemui sebagian dari barang-barang tersebut. Berbagai sarung bantal, lampu-lampu meja mungil dan unik, sampai sendok di satu sisi dan garpu di sisi lain (agar praktis dibawa), semua ingin dibawa pulang. Perlu waktu berjam-jam menikmati semuanya.
                                                             
Saya mampir pula ke Royal Kopenhagen. Di sinilah orang mencari Porselen Royal Copenhagen (hand painted)  yang terkenal itu. Selain membeli suvenir khas (antara lain mug porselen dua paduan warna), saya juga bisa melihat-lihat jejak sejarah lewat berbagai peranti makan yang tersedia. Perusahaan yang awalnya terinspirasi dari keramik Cina ini, sampai saat ini merupakan pemasok peralatan makan Kerajaan Denmark.


Smorrebrod dan Danish Bakery

Denmark terkenal dengan berbagai Danish bakery yang lezat. Selama berada di sana, berbagai makanan itu bisa dinikmati dengan teh khas kota ini (yang juga sering dibeli sebagai oleh-oleh).

Selain itu, makanan yang wajib dicoba adalah smorrebrod atau open sandwich. Selembar  (panjang) roti berwarna kecokelatan (long rye bread), yang diisi smoked salmon, dada ayam dengan mayones, roast beef, dan sayuran segar. Berbagai saus membuat sandwich ini makin lezat. Uniknya, tak ada roti lain yang menutup topping tersebut. Di restoran besar, harga satu porsi smorrebrod bisa mencapai 145 khrone.

Sayangnya, saya tak sempat mampir ke restoran setempat, Noma, di tengah kota. Resto ini disebut mendapat berbagai penghargaan, antara lain 2 Michelin Stars dan resto terbaik 2010.

Salah satu oleh-oleh yang menarik untuk dibawa pulang adalah selai dalam bentuk tube, untuk isi roti atau biskuit. Selain rasa keju yang populer, juga tersedia rasa kaviar. Kota ini memiliki beragam keju dengan pelengkapnya, crackers gandum yang lebarnya setengah roti tawar.



Tip

1. Emirates berangkat dari Jakarta ke Kopenhagen seminggu 2 kali. Jika Anda punya waktu lebih,  ketika transit di Dubai, rencanakan mampir 1 malam untuk menikmati tur di padang pasir (siang hingga malam hari). Anda bisa melakukannya sebelum ke Kopenhagen, atau dalam perjalanan pulang kembali ke Jakarta.

2. Bepergian keliling kota dengan kendaraan umum, bisa membeli 1 kartu akses. Sayangnya, keterangan dalam bahasa Inggris masih minim. Jadi, turis hanya bisa mengandalkan nomor bus, atau nama gedung-gedung. Kehilangan arah di tengah kota, bagi turis bisa membuat kelelahan. Kalau sudah begitu, panggil saja rickshaw (becak). Perjalanan menuju hotel yang tak jauh dari tengah kota kurang lebih 10 menit saja, dan diminta membayar 25 hingga 30 khrone.

3. Sepeda bisa ditemukan di mana-mana. Bagi para turis, di belakang hotel dan pusat-pusat kota, sepeda bisa disewa dengan memasukkan koin pada penguncinya.

4. Transportasi publik di kota ini sangat bagus. Terdapat bus dan metro ke semua penjuru kota. Bagi para turis, rickshaw  (Copenhagen Rickshaw dan Flying Tigers Rickshaw), dan water bus juga bisa dicoba. Dengan water bus, Anda akan diajak menyusuri tepi kanal pelabuhan di tengah kota (kanal tur). Digerakkan dengan tenaga  listrik yang mengambil daya dari tenaga kincir air. Rute kanal tur, berawal dari selatan, sampai ke utara, membawa penumpang selama 2 jam berkeliling mengitari Kopenhagen. 
 
5. Menjelajahi kota juga bisa dengan berjalan kaki. Bawa sepatu yang menghangatkan kaki dan nyaman untuk berjalan jauh.

6. Sebelum memutuskan kapan wisata ke Kopenhagen, cek berbagai acara yang diadakan di bulan-bulan tertentu. Biasanya Juni adalah jadwal diselenggarakannya  underground music festival, Copenhagen Carnival, Juli adalah Copenhagen Jazz Festival, dan Agustus adalah jadwal Copenhagen Fashion Festival. Atau cek di www.visitcopenhagen.com

Asteria Elanda




 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?