Travel
Lukisan Musim Semi Alpen

24 Aug 2012



Kereta Api Salju
Kereta warna merah memasuki Stasiun Kleine Scheidegg. Ini adalah stasiun terakhir kereta yang menghubungkan beberapa distrik di Interlaken.
     Mata langsung terpikat pada Hotel Bellevue des Alpes, bangunan yang didirikan tahun 1840 dan menjadi ikon Alpen. Belum lagi, lembah itu dibingkai panorama trio puncak bersalju Alpen yang terkenal: Eiger (3.970 meter di atas permukaan laut/dpl), Monch (4.099 meter dpl), dan yang tertinggi Jungfrau (4.158 meter dpl).
     Pada 118 tahun lalu, jalur kereta listrik mendaki kecuraman gunung menuju puncak Jungfrau (Jungfraubach) dirintis oleh Adolf Guyer-Zeller. Sepanjang perjalanan menanjak 400 meter ke puncak, kereta berhenti beberapa kali untuk memberi kesempatan penumpangnya turun menyaksikan keindahan gletser lewat jendela.     
 






Lukisan di Istana Es
 
Sebuah lukisan dinding yang bercerita tentang ekspedisi pertama ke puncak Alpen membentang sepanjang terowongan di dalam ruangan bernama Ice Palace. Tayangan audiovisual di kompleks wahana Jungfraujoch-Top of Europe ini juga dilengkapi The Sphinx Hall, sebuah atraksi sinema meteorolgi dan astronomi berteknologi IMAX.
    Sepanjang 250 meter perjalanan tur, saya tak harus banyak berjalan kaki. Sebagian area dilengkapi travelator. Selain lukisan, terdapat pula patung es aneka binatang dan diorama Pegunungan Alpen. 
    Dari yang tadinya hanya ingin meneguk segelas cokelat hangat, saya terdorong untuk sekalian mengisi perut yang lapar. Turun ke lantai bawah, di sebuah restoran self-service, saya memilih menu mi goreng. Setelah itu, saya membawa pulang sebuah lonceng kecil dari toko suvenir.







Gletser Terpanjang di Dunia  
     
Sebuah lift membawa saya ke lantai atas. Cukup impresif melihat semua material dan inovasi diangkut dari Zurich menuju tempat terpencil tersebut.  
    Keluar dari lift, pemandangan glacier terpampang lewat jendela kaca. Terlihat pula sekumpulan orang berfoto di ruang terbuka. Sebuah teras  landai di atas hamparan salju.
    Sempat ciut hati saya melihat licinnya jalan es itu, apalagi hanya ada tali di tepian jalan untuk berpegangan. Tapi, kapan lagi saya bisa menikmati pemandangan bebas ke Aletsch Glacier?
    Tahun 2001, gletser terpanjang di dunia (24km) ini dinobatkan sebagai Unesco World Heritage. 
    Saya pergi ke sisi lain bangunan. Burung-burung berbulu hitam hinggap di kabel listrik di atas bangunan. Cukup mengherankan ada fauna yang mencapai daerah setinggi itu. Salah satu sisi tembok bangunan berhias untaian gembok aneka rupa. Rupanya, wisatawan berbagai negara meninggalkan ‘cindera mata’nya di sana.       
       







Indahnya Interlaken

Interlaken luasnya tak sampai 5 kilometer persegi, dan penduduknya pun hanya 6.000 orang. Interlaken, dari kata ‘di antara dua danau’, areanya berada di antara Danau Brienz dan Danau Thun.
     Berjalan-jalan menjelang sore di tengah kota, tampak warga lokal dan wisatawan berbaur di kafe-kafe pinggir jalan. Toko suvenir ramai menawarkan pisau Swiss Army yang kondang, makanan khas, dan kerajinan. Seorang teman menawari saya ikut melihat pertunjukan membuat cokelat di restoran Schuch.
     Saya lalu menyusuri tepian kanal. Bangunan rumah penduduk di sepanjang tepian sungai kebanyakan mempertahankan gaya lama. Umumnya berupa bangunan dua lantai dari kayu warna cokelat tua atau muda. Kontras dengan warna kusen yang putih dan daun  jendela warna merah, hijau, jingga, atau warna mencolok lainnya.
     Halaman rumah ditumbuhi bunga perdu warna-warni yang bermekaran, mengingatkan saya pada keindahan gambar-gambar kartu pos. Angsa dan itik berbulu tosca berenang tenang di Sungai Aare, anak-anak berlarian, gambaran sempurna kota mungil yang damai.






Paralayang Di Tengah Kota

Di hari-hari musim semi, warga Interlaken menjamu para turis dengan petualangan alam bebas. Tak hanya berselancar es di padang salju, sport di udara juga ramai peminatnya. Mulai dari paralayang sampai sky diving. Ada pula  petualangan sepeda gunung, water ski, dan bungee jumping.
      Melepas lelah usai menjelajah kota, saya duduk-duduk santai di kursi taman. Taman luas di kawasan Hoheweg, dikelilingi penginapan, restoran, butik arloji, dan pusat hiburan. Sambil menyeruput kopi pengusir dingin, saya menonton orang yang sedang terbang paralayang.    
      Di seberang jalan, pasangan kekasih mengusung papan ski. Wajah mereka kemerahan, berbincang sambil tertawa-tawa. Dari pelat mobil yang lantas mereka naiki, terlihat bahwa mereka warga Zurich (117 kilometer jaraknya berkendara). Suasana aktivitas olahraga memang kental terasa di kota ini. Maraton, triathlon, dan lomba lari kelas dunia kerap berlangsung di sini.
 






Menginap di Mana?

>>Hotel Du Nord
Hoheweg 70, CH 3800, Interlaken
Berlokasi di dekat taman kota. Tamu hotel dapat menikmati panorama kota dan Alpen. Staf hotel yang ramah menyajikan tradisi Swiss dengan makan pagi ala pedesaan Eropa. Didirikan pada tahun 1847, hotel bersejarah ini tetap terasa nyaman.
Tarif Kamar: mulai dari Rp2,5juta/malam

>>The Royal St Georges
Hoheweg 139, CH 3800, Interlaken
Hotel bersejarah dekat stasiun kereta Interlaken Ost.
Tarif kamar: mulai dari Rp1,5 juta/malam








Bersantap di Mana?


>>Folklore Restaurant Spycher
Strandbadstrasse 44 CH - 3800 Interlaken
Menyajikan makanan tradisional Swiss, ditemani permainan alat musik alphorns (trompet kayu superpanjang) dan yodelling (siul) oleh musikus senior setempat.
Harga per porsi: Rp60 ribu - Rp189 ribu


>>Grand Restaurant Schuch
Hoheweg 56, Postfach 282, Interlaken
Tempat yang tepat bila Anda ingin selingan makanan Asia di antara menu rutin Eropa. Menu hidangan Thailand menggugah selera, disiapkan oleh chef yang didatangkan dari negeri Siam. Menu seafood-nya pun layak dicoba.  Harga per porsi: Rp184 ribu - Rp443 ribu








Belanja di Mana?
>>Kirchhofer Haute Horlogerie
Hoheweg 46 – 3800 Interlaken
Butik arloji mewah dan fashionable. Sebagian besar arloji Swiss merek ternama dijual di sana: Cartier, Tag Hauer, bahkan koleksi terbatas Patek Philippe.   



























Transportasi
>>Dari stasiun kereta yang menjadi satu kompleks dengan bandara Zurich, terdapat kereta Eurail yang langsung menuju stasiun kereta  Interlaken Ost.  Tarif kelas 2 PP: sekitar Rp2 juta/ orang
>>Menuju Jungfraujoch, dapat menumpang kereta dari Interlaken Ost, dengan transit di Grindelwald dan Kleine Scheidegg. Tarif PP: sekitar Rp1,3 juta/ orang
(ANGELA H.WAHYUNINGSIH)








 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?