Travel
Lady Sofia Dari Bulgaria

2 May 2014



Wanita-wanita berambut pirang panjang hilir mudik dengan kostum lengkap musim dingin: boots selutut, syal, topi, dan kacamata hitam. Udara dingin yang hampir menembus angka 0 derajat Celsius tampaknya tidak membuat mereka kehilangan nyali untuk bergaya. Justru sebaliknya, mereka malah  makin modis. Saya, Fabiola Lawalata, menikmati pemandangan dinamis itu dari balik kaca di suatu kedai kopi di Vitosha Boulevard, salah satu jalan utama paling populer di Kota Sofia.


Bersebelahan dengan Presiden

Saya masih harus mencubit kulit tangan saya, memastikan saya tidak bermimpi. Tak pernah saya membayangkan berada di ibu kota Bulgaria ini. Maklum, negara ini nyaris tidak terdengar suaranya, kecuali di kancah pertandingan olahraga dunia semacam olimpiade. Memang, atlet-atlet andalan mereka cukup sering berlaga di cabang olahraga gulat, sepak bola, atau senam ritmik dan sering merebut medali emas.
Ini pengalaman perdana saya menginjakkan kaki di tanah Bulgaria. Kesan pertama tiba di Sofia begitu menyenangkan, terutama karena prosedur imigrasinya tidak ribet. Hal ini penting untuk saya, sebagai pemegang paspor hijau yang beberapa kali apes diinterogasi petugas imigrasi panjang lebar. Apalagi, saya bisa keluar dari bandara dengan taksi murah dan pengemudi yang ramah dan berusaha sebisa mungkin untuk berbicara bahasa Inggris.
Untuk urusan cuaca, saya tidak bisa banyak komplain. Saya tiba di bulan Desember yang dingin. Jadi, saya sudah membekali diri dengan pakaian hangat dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Selama berabad-abad kota ini beberapa kali ganti nama. Mulai dari Serdica, Sredetz, dan sekarang disebut Sofia. Saya mengibaratkan Kota Sofia seperti wanita muda yang tidak memakai make up, namun tetap terlihat cantik alami. Kota ini begitu klasik karena dipenuhi bangunan tua seperti gereja dan museum dengan berbagai gaya, tapi juga trendi berkat deretan pertokoan dan kedai kopi modern di sepanjang Jalan Tsar Ivan Shishman.
Pusat Kota Sofia terbilang kecil, semua atraksinya bisa dikunjungi dalam sehari saja. Wisatawan biasanya memulai rute keliling kota yang berawal dari istana kepresidenan Bulgaria. Istana ini belum begitu tua, dibangun pada tahun 1950-an. Seperti layaknya istana kepresidenan, sudah pasti penjagaan ketat ada di  tiap penjuru bangunan. Ritual pergantian penjaga istana berubah  tiap jam. Seragam yang mereka gunakan juga berbeda mengikuti musim.
Saya kebetulan menikmati upacara pergantian penjaga yang bisa dibilang sederhana ini. Derap langkah dan tatapan tajam ke depan dari para tentara penjaga begitu menyenangkan untuk diperhatikan. Konon, pada hari Rabu minggu pertama  tiap bulannya, pada pukul 12 siang, pergantian tentara ini dibuat lebih heboh dengan menggunakan musik, sementara prajurit juga berteriak sambil mengacungkan senjata.
Presiden Bulgaria, Rosen Plevneliev, ternyata berkantor di satu area dengan Sofia Balkan Hotel, juga salah satu tempat penting yang harus dikunjungi para wisatawan.
“Anda tahu mengapa ada banyak pria berjas hitam memakai earphones di lobi hari ini?” tanya porter hotel, memecah keheningan di lift. Pria dengan perawakan tinggi besar,  mungkin berusia di atas 50 tahunan, ini membantu saya membawa tas bawaan dari lobi hotel menuju kamar yang akan saya tinggali selama di Kota Sofia ini.
“Hmm, tidak. Apakah mereka sedang menunggu orang penting?” tanya saya.
“Ya, mereka sedang menanti Bapak Presiden,” katanya.
“Presiden? Maksudmu Presiden Bulgaria?” tanya saya, memastikan.
“Ya, presiden kami,” jawabnya mantap.
Mungkin wajah saya terlihat kaget, karena sang porter pun buru-buru meyakinkan saya, “Jangan khawatir, hotel ini adalah tempat yang paling aman.”
Mestinya saya cek dua tiga kali sebelum akhirnya booking di hotel ini, semata karena saya sudah naksir dengan tampilan lobi cantik, lampu kristal menjuntai, dan kamar standar  yang ukurannya besar itu. Ternyata seru juga menginap di hotel tempat orang-orang VIP berlalu-lalang. Lobinya tidak pernah sepi, dan ternyata letak kamar saya    hanya 10 kamar dari kamar yang pernah dipakai oleh Bill Clinton dan tamu-tamu dunia  lainnya, seperti Madonna dan Kylie Minogue.


Kota Gereja dan Masjid Tua

Jika suatu kota, seperti Sofia, dibangun sejak ribuan tahun silam, sudah pasti bangunan yang mengelilingi kota ini pun adalah juga berusia tua. Seperti halnya St George Rotunda, yang merupakan bangunan tertua yang dilindungi di Kota Sofia. Tersembunyi di balik megahnya bangunan Istana Presiden dan Hotel Sofia Balkan, bangunan ini berulang kali mengalami restorasi besar sejak dibangun pada abad ke-4.  Dari berbagai teori yang ada, Gereja St George ini dinyatakan sebagai salah satu rumah ibadah umat Kristen paling awal di dunia.
Sofia tidak melulu mengenai gereja. Bangunan keagamaan lainnya pun ada berdiri bersampingan, seperti Banya Bashi Mosque yang merupakan peninggalan zaman Kekaisaran Ottoman. Masjid ini merupakan salah satu yang tertua di benua Eropa, dibangun pada tahun 1576 di bawah tanggung jawab Mimar Sinan. Arsitek ini juga yang menyelesaikan bangunan Blue Mosque di Istanbul, Turki.  Sinan dianggap sebagai arsitek terbesar dari periode klasik arsitektur Ottoman. Masjid tua yang bisa menampung 700 jemaah ini masih berfungsi sampai sekarang.
Islam sendiri masuk ke Bulgaria sudah sejak abad 9, dan mulai berkembang pada penyebaran kekaisaran Ottoman. Menurut catatan sejarah, ada sekitar 2.300-an masjid peninggalan Turki. Kini, jumlah masjid jaih berkurang dan populasi Islam di Bulgaria hanya sekitar 7% dari populasi.
Sekadar duduk-duduk di taman yang banyak tersebar di kota ini pun sangat menyenangkan. Di musim dingin sekalipun,  matahari yang bersinar cukup menghangatkan tubuh. Apalagi saat jam makan siang tiba, kursi-kursi taman tampak dipenuhi para pekerja yang sedang menikmati makan siang mereka.
Salah satu taman indah yang menjadi favorit saya adalah yang terletak berhadapan dengan Ivan Vazov National Theatre. Desain bangunan teater ini sungguh memukau, dengan warna merah dan emas mendominasi dinding-dindingnya. Terkadang ada pemain biola jalanan yang mencari sedikit nafkah dengan memainkan musik-musik klasik di depan bangunan teater ini. Sungguh menghangatkan hati. Untuk sesaat saya lupa bahwa waktu itu suhu udara hanya 5 derajat Celsius.
Di Sofia, pasar antik ini bisa ditemukan di  Aleksandar Nevski. Tidak perlu menunggu akhir pekan, pasar antik di Sofia buka  tiap hari. Di sini saya menemukan berbagai macam harta dari masa lalu, seperti gramofon, topi   militer Rusia, memorabilia komunis, biola tua, perhiasan perak, hingga lukisan bergambar tokoh-tokoh agama. Pandai-pandailah menawar, apalagi jika Anda terlihat seperti turis.
Pasar antik ini mudah ditemui karena berada di satu lokasi dengan bangunan Katedral Alexander Nevsky, salah satu bangunan megah yang menjadi kebanggaan penduduk Sofia. Katanya, ini adalah salah satu gereja ortodoks terbesar di dunia.
Alexander Nevsky adalah seorang tsar Rusia yang menyelamatkan Rusia dari serangan pasukan Swedia pada tahun 1240. Terlihat puluhan lilin yang dinyalakan para jemaat, satu lilin yang menyala berarti ada doa yang dipanjatkan. Para jemaat yang berdoa di depan lukisan atau patung tersebut mengakhiri doa dengan cara mencium patung dan lukisan tersebut. Di dalam ruangan gereja dibiarkan kosong tanpa ada kursi karena pada saat misa para jemaat berdiri.


Untuk Pecinta Keju

Karena pengaruh sejarah dan letak geografis, kuliner Bulgaria sangat mirip dengan masakan Turki dan negara-negara Mediterania lainnya. Untuk hidangan pembuka, shopska salad yang menjadi favorit saya. Ini adalah salad yang berisi tomat, mentimun, paprika, bawang, dan keju feta Bulgaria.
Makanan utamanya berupa daging domba yang dibakar di atas panggangan tradisional. Teman makannya adalah moussaka atau lapisan terung, zucchini, kentang, daging giling, tomat, paprika, irisan daun oregano, garam, merica, dan keju yang dipanggang di oven. Tak lupa, potongan roti fresh from the oven selalu ada di atas meja makan.




TIP
1. Mata uang:  lev Bulgaria (BGN), 1 BGN = Rp8.400.
2. Penerbangan ke Sofia bisa melalui Doha dan Bukares, atau melalui Istanbul. Beberapa low cost airline Eropa seperti Wizz Air juga melayani penerbangan ke Sofia.
3. Sofia Vrazhdebna Airport adalah bandara utama Bulgaria. Bandara ini terletak 10 km dari pusat Kota Sofia.
4. Bila ada waktu, sempatkan untuk mengunjungi Rila Monastery, biara paling terkenal di Bulgaria, sekitar 1 jam perjalanan dengan menggunakan bus dari Sofia.
5. Istanbul, Turki, dapat dijangkau dengan bus, terletak kurang lebih 600 km. Tersedia bus  tiap harinya dengan durasi perjalanan sekitar 8-10 jam, tergantung kepadatan lalu lintas dan antrean di perbatasan. Tiket bus bisa langsung dibeli di counter bus  di terminal Sofia.(f)






 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?