Trending Topic
Kopi Lokal 'Diinternasionalkan'

9 Jan 2012

Minum kopi memang telah menjadi budaya yang mengakar kuat di berbagai daerah. Namun, Andreas Maryoto, pemerhati sejarah kuliner dan penulis buku Jejak Pangan: Sejarah, Silang Budaya, dan Masa Depan, tidak memungkiri bahwa masuknya brand kedai kopi asing membawa pengaruh besar untuk membuat kopi lokal lebih diterima oleh masyarakat urban. “Dalam hal ini harus kita akui, ini adalah efek positif dari  globalisasi. Gaya hidup minum kopi makin terbentuk,” katanya.

Kampanye kedai kopi asing yang mengangkat kopi-kopi Nusantara, seperti kopi Sumatra, juga menjadi pemicu orang kita untuk kembali mencintai kopi lokal. Ibaratnya, ketika Malaysia mengklaim batik, ramai-ramai orang Indonesia jadi cinta batik. “Ketika orang Indonesia melihat –katakanlah kopi Mandailing- terpampang di kedai kopi di mancanegara, maka dia seperti tersadar akan kekayaan negerinya. Dan kemudian  timbul perasaan, mengapa harus  negara lain yang menikmati kopi kita,” kata Andreas.

Dalam pandangan Andreas, orang-orang yang pernah tinggal atau sekolah di luar negeri juga menjadi salah satu faktor penting yang menjadi penggerak fenomena kembali ke kopi lokal ini. Dalam hal ini, Muhammad Abgari (29) yang bersama Irvan Helmi (29) mendirikan Anomali Café, bisa menjadi contoh.

Ketika kuliah di Australia, Abgari melihat sendiri betapa kopi asli Indonesia dihargai di sana. “Orang asing sudah lama mengenal kopi arabika Sumatra atau Jawa, tapi masyarakat Indonesia sendiri belum banyak yang mengenalnya. Untuk itu, target kami mendirikan kafe ini sebenarnya untuk membuat kopi Indonesia menjadi raja di negeri sendiri,” ujar Abgari.

Tetapi memang, untuk membuat kopi lokal menjadi favorit di negeri sendiri bukan soal mudah. Karena, sulit memang mendapatkan biji kopi lokal dalam pasar dalam negeri. “Dulu memang sulit sekali mendapatkan biji kopi pilihan karena biji kopi berkualitas bagus diekspor semua. Sekarang, saya rasa sudah mulai lebih mudah diperoleh,” kata Andreas.

Meski mengaku cukup kesulitan mendapatkan biji kopi lokal kelas premium di pasar dalam negeri,   Abgari optimistis ke depannya ada peluang yang menjanjikan. “Harus diakui, masih banyak masyarakat Indonesia yang lebih menikmati kopi dalam bentuk sachet. Namun, beberapa tahun belakangan ini, minum kopi berkualitas di kedai merupakan bagian dari lifestyle. Saya rasa ini peluang yang bagus untuk mulai mencintai produk lokal,” katanya.

Sejalan dengan pernyataan Andreas, mungkin awalnya memang dipicu dengan membeli kopi bermerek di kedai kopi franchise asing, namun lama-kelamaan akan mencoba dan menemukan bahwa kopi lokal yang jauh lebih nikmat. “Bagaimanapun, secara 'genetis' lidah orang Indonesia sudah terbiasa dengan kopi,” tutur Andreas. (f)



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?