Sex & Relationship
Kepuasan Seks = Orgasme?

11 Sep 2015


“Kalau bicara orgasme, hanya dengan mengandalkan masturbasi, seseorang bisa mengalami orgasme. Tetapi, belum tentu puas secara seksual,” ungkap Prof. Dr. dr.  Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS. Menurutnya, orgasme dan kepuasan seksual adalah dua hal yang berbeda. Orgasme adalah semata-mata sensasi kenikmatan seksual. Sementara itu, kepuasan seksual bersifat mendalam dan lebih holistis, karena tidak hanya fokus pada orgasme, tapi juga melibatkan emosi.

Namun, absen atau minimnya pendidikan seks membuat orang masih memandang topik yang satu ini sebagai hal tabu. Berbagai masalah dan gangguan yang muncul selama proses bercinta tidak boleh keluar dari empat dinding kamar. Alhasil, ada banyak kebingungan, rasa frustrasi, dan kemacetan komunikasi di antara  pasangan yang membuat aktivitas bercinta  menjadi kehilangan semarak, bahkan berubah menjadi trauma.

Di Jepang  misalnya, selain tekanan di tempat kerja dan baby blues, rupanya banyak wanita enggan untuk bercinta karena trauma akibat rasa sakit saat bercinta. “Tetapi, para wanita ini tidak memberi tahu pasangannya tentang apa yang mereka rasakan. Sebagai gantinya, mereka memilih menghindari aktivitas bercinta,” ujar Alice Pacher, seperti yang dikutip oleh situs forum East Asian Junior Sociologist 2014.

Laporan Face of Global Sex (2012) yang dilakukan Durex mengungkap bahwa orang muda di Asia agak terlambat dalam memperoleh pendidikan seks. Ketika para remaja di Austria, Jerman, dan Meksiko telah menerima pendidikan seks di usia 12 tahun, maka remaja di Malaysia baru pada usia 15 tahun.

“Minimnya pendidikan seks ini dapat berdampak pada pengalaman bercinta pertama yang traumatis, di mana proses intercourse tidak disertai dengan pemanasan atau foreplay yang cukup. Akibatnya, istri kesakitan, bahkan vaginanya mengalami perdarahan. Tidak sedikit juga para suami yang memandang seks sebagai hak secara sepihak, sehingga meski tahu bahwa istrinya sedang kecapekan atau tidak mood, ia tetap memaksa melakukan hubungan,” ujar Prof. Wimpie.

Tidak heran jika mandeknya komunikasi dan anggapan tabu untuk bersuara soal seks, membuat para istri menderita, menelan kepahitan seorang diri, dan akhirnya memilih untuk menghindar dari seks.   

Tingginya kepuasan seks di India sebenarnya tidak menjadi anomali atau keanehan. “Ini bisa terjadi, karena di India tidak ada faktor penghambat, seperti yang ditemui di negara-negara Asia lainnya,” ujar Prof. Wimpie. Hal ini tentunya dilatari oleh budaya di India, di mana edukasi terhadap kemerdekaan ekspresi dan eksplorasi dalam kehidupan seksual ini telah terbuka sejak masa prasejarah. Misalnya, pada lukisan gua di Pegunungan Ajanta, patung-patung erotis abad ke-9 yang ditemukan pada candi-candi Hindu di Chandella, dan yang paling terkenal: Kamasutra, kitab Vatsyayana yang ditulis di sekitar abad 1 hingga 6 Masehi.

Peninggalan-peninggalan ini begitu menyatu dalam budaya masyarakatnya, sehingga mereka tidak memandang seks sebagai sesuatu yang tabu. Sebaliknya, mereka melihat proses sanggama sebagai bagian dari ilmu pengetahuan serta seni yang memiliki bobot filosofis yang tinggi.

“Bagi mereka, seks bukanlah hal yang tabu, sehingga mereka bisa membicarakannya tanpa takut mendapat justifikasi dari lingkungan sosial. Komunikasi yang terbuka ini sekaligus membantu istri atau suami untuk saling memahami kebutuhan pasangannya demi mencapai kepuasan bersama,” jelas Prof. Wimpie.

It takes two to tango. Dengan kata lain, seks bukanlah kerja keras sepihak. Lebih daripada soal teknik bercinta, seks merupakan mekanisme alami yang tidak hanya menyatukan fisik, tapi juga emosi dan hati. Ada kebutuhan untuk dicintai dan dihargai yang menjadi kunci penting dalam mencapai gulungan gelombang kepuasan. Dalam hal ini, baik istri maupun suami memiliki kebutuhan dan kedudukan yang sepadan.

Naomi Jayalaksana



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?