Sex & Relationship
Kemesraan Spontan

25 Sep 2011

Sesuatu yang tidak direncanakan memang mengandung risiko. Bisa gagal, tapi tak jarang pula berakhir sukses.

Kehidupan kota besar yang hectic sering kali menjadi hambatan bagi suami istri untuk merencanakan kencan. Apalagi kalau keduanya sama-sama bekerja. Jalanan yang macet, kesibukan kerja yang padat, dan anak-anak yang belum bisa ditinggal, sering kali membuat pasangan suami istri nyaris kehabisan energi untuk menikmati keberduaan.

Bahkan, tak jarang mencuri waktu untuk ngobrol di malam hari pun, sulitnya minta ampun. Apa saja kiatnya agar tak berujung dengan kegagalan?

Kemesraan suami istri perlu terus dipelihara, agar perkawinan tidak menjadi gersang. Menurut Rostiana D. Nurjayadi, psikolog dari Universitas Tarumanagara Jakarta, kalau memang tak memungkinkan untuk direncanakan, tak ada salahnya membuat kencan-kencan yang bersifat spontan agar tetap punya waktu untuk indehoy berdua.

“Sejauh hubungan suami istri tidak sedang bermasalah, dan keduanya punya ikatan emosional yang kuat, kencan-kencan spontan justru bisa menjadi oase-oase kecil yang menyejukkan,” ujar Rostiana.

Pasalnya, hal-hal yang tak direncanakan biasanya menimbulkan ‘letupan-letupan’ di dalam hati. Ini sangat menyegarkan bagi kehidupan pernikahanan yang sudah monoton dan rutin.

Tak perlu susah-susah merencanakan second honeymoon yang dahsyat, misalnya dengan pergi ke tempat-tempat romantis di luar kota atau luar negeri. Selain membutuhkan banyak biaya, juga perlu waktu khusus yang harus dirancang jauh-jauh hari. Karena itu, sambung Rostiana, kencan-kencan spontan alias kencan dadakan menjadi jalan keluar yang efektif dan –pastinya– jauh lebih hemat. Misalnya, nonton ke bioskop atau mencoba restoran baru, ketika jadwal keduanya sedang santai.

Selain menimbulkan surprise, hal-hal yang spontan biasanya juga akan memancing kembali semangat avonturir manusia. Mengutip teori Erick Berne tentang Analisis Transaksional, Rostiana menyebutkan, pada dasarnya manusia memiliki tiga unsur kepribadian, yaitu unsur anak-anak (bermain, bertualang, bereksperimen, semua dianggap lucu), unsur dewasa (realistis, penuh pertimbangan), dan unsur orang tua (melindungi, menasihati). Ketiga unsur itu dibutuhkan seimbang agar seorang manusia dapat sehat secara psikologis. (f)


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?