Trending Topic
Kehidupan Ayah Rumah Tangga: Penuh Dinamika

19 Mar 2013


Menurut Ratih Ibrahim, psikolog yang banyak menangani persoalan rumah tangga, beralih fungsi pria, dari pencari nafkah utama menjadi ayah rumah tangga, membutuhkan sejumlah proses, karena begitu banyak dinamikanya. Berdasarkan pengalaman menangani klien, Ratih melihat bahwa kesadaran para pria untuk lebih banyak mengambil alih fungsi pengasuhan dan urusan rumah tangga di Indonesia, dominan pada kelas menengah.

“Latar belakang pendidikan menjadi penyokong penting bagi para pria kelas menengah untuk memiliki mind set yang berbeda. Mereka tidak segan untuk memosisikan diri sebagai ayah rumah tangga, tanpa harus terbebani secara mental,” tuturnya. Meski demikian, tantangan selalu muncul pada awal keputusan diambil.

Sorotan publik sudah pasti. Belum lagi pandangan dari keluarga terdekat, baik dari pihak istri maupun suami. Keluarga besar pasti tak akan begitu saja menerima keputusan yang ‘di luar jalur’ ini. Dan tekanan itu bukan hanya ditujukan kepada pihak suami, tetapi juga pihak istri. Tak jarang, wanita kehilangan kata-kata ketika teman-temannya bertanya pekerjaan suaminya, sehingga muncul desakan pada pasangannya agar punya pekerjaan selain hanya di rumah.

Adrian Maulana misalnya, pada awalnya sering mendapat pertanyaan dari keluarga tentang keberadaannya sebagai ayah rumah tangga. Bukannya kesal, ia memilih menjelaskan dengan santun. “Saya sampaikan bahwa profesi di bidang jasa memang demikian. Kadang-kadang sangat sibuk, tapi tidak jarang juga punya banyak waktu luang di rumah. Dan, menjadi seorang ayah rumah tangga adalah pilihan saya hasil kompromi dengan istri,” tegasnya.

Boleh jadi, istilah ayah rumah tangga masih akan banyak diperdebatkan di negeri kita, sehingga belum banyak yang mau secara terbuka mengakuinya. Tapi, hal ini sudah bukan hal yang asing di beberapa negara maju, seperti Amerika dan Australia. Di sana sudah mulai banyak muncul pria-pria yang secara terbuka bersedia mengambil alih tugas istri. Sehingga, muncul istilah beragam mengenai mereka, antara lain a stay at home dad, stay at home father, house dad, househusband,  ataupun  house-spouse.
   
Di Amerika, keberadaan a stay at home dads mulai merebak luas di akhir abad ke-20. Di kala itu wanita makin banyak masuk ke sektor publik. Dan, ketika mereka menikah, persoalan domestik adalah menjadi tanggung jawab berdua. Itulah sebabnya,  dalam keluarga Amerika, hal yang sangat wajar bila suami-suami yang memasak, membersihkan rumah, dan berbelanja. Mereka sangat terampil melakoni peran domestik itu.
   
Di Australia pun tak jauh berbeda. Hal itu tergambar dari beberapa film serial dari Australia, antara lain serial berjudul House Husband. Di serial itu digambarkan pria-pria yang dengan sangat telaten mengurus keperluan anak-anaknya dan terampil mengatur rumah tangga. Tidak ada rasa canggung ataupun gengsi. Mereka dengan bangga menyebut diri dalam status pekerjaan sebagai: house dad atau house husband.
   
Film-film serial bertema house husband itu ternyata juga menginspirasi pria-pria Jepang untuk bersedia menjadi ayah rumah tangga dan mempersilakan istri mereka meniti karier di luar rumah. Mereka menganggap itu adalah tren dan sangat menarik untuk diikuti. Sehingga, akhir-akhir ini angka pria yang bersedia menjadi ayah rumah tangga di Jepang meningkat.
   
Tapi, untuk membuat ayah rumah tangga menjadi hal yang wajar di Indonesia, menurut  Andrinof Chaniago, peneliti dan pengamat dinamika perkotaan dari Universitas Indonesia, masih memerlukan waktu yang panjang. Menurut Andrinof, pria Indonesia yang berani menegaskan serta memosisikan dirinya sebagai ayah rumah tangga adalah sosok luar biasa.

Memang, sih, kian banyak pria, utamanya kelas menengah di kota besar seperti Jakarta, yang rela bertukar peran dengan pasangannya dalam rumah tangga. Tapi, untuk urusan buka-bukaan statusnya di depan publik, nanti dulu… masih belum banyak yang mau terbuka.
   
“Maklum, begitu banyak proses yang harus mereka lalui, termasuk menjawab persepsi lingkungan yang mengedepankan pria sebagai kepala keluarga, yang pasti belum serta-merta bisa menerima,” ungkap Andrinof.  Sekali lagi, mereka yang sudah berani tampil terbuka, merupakan hal yang luar biasa. Karena, berarti mereka siap sebagai pelopor dengan risiko yang meliputi psikologis maupun realitas.

“Apalagi sejauh ini umumnya tantangan terberat justru datang dari kalangan terdekat, seperti istri, keluarga sendiri, dan kerabat. Sehingga, masih banyak pria yang masih belum bisa membayangkan diri bisa secara penuh bertukar peran dengan istri,” tutur Andrinof. Karena itu, kebanyakan para bapak rumah tangga ini memulainya dengan memiliki pekerjaan yang waktunya lebih fleksibel.



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?