Money
Indonesia: Tipe Investor Konservatif

11 May 2015

Investasi sudah menjadi kebutuhan banyak orang. Meski begitu, financial planner dari ZAP Finance, Prita Ghozie, menyarankan, sebaiknya seorang investor perlu meningkatkan profilnya sejalan dengan waktu. Karena kita perlu berani mengambil risiko untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Berani menerima tantangan?

Rian Kaslan, Head of Wealth Management and Business Strategy Commonwealth Bank, mengatakan bahwa investasi emas dan tanah merupakan jenis investasi yang sangat digemari di Indonesia. “Pilihan ini sesuai dengan kebiasaan sejak dulu. Namun, seiring waktu, pemahaman akan literasi keuangan telah membuat masyarakat yang menggunakan instrumen  investasi yang terkait dengan pasar modal, seperti obligasi, saham, dan reksa dana, juga makin meningkat,” ujarnya.
   
Yang dimaksud dengan literasi keuangan adalah kombinasi dari pengetahuan tentang keuangan, keterampilan, sikap, dan prilaku yang dibutuhkan untuk membuat keputusan keuangan yang bijaksana berdasarkan situasi dan kondisi pribadi untuk meningkatkan kesejahteraan keuangan. Menurut Rian,  tiap orang –khususnya kaum wanita yang sering memegang keputusan penting dalam keuangan keluarga-- sudah seharusnya perlu meningkatkan literasi keuangan mereka. Apalagi, menurut data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), saat ini literasi keuangan wanita Indonesia lebih rendah bila dibandingkan pria, yaitu 19% berbanding 25%.
   
Selain itu, produk perbankan yang berupa tabungan deposito juga digemari masyarakat Indonesia. “Dana yang ada di deposito itu jumlahnya besar banget,” tutur financial planner Indra Hadiwijaya. Sementara, untuk kalangan berada, properti merupakan pilihan investasi favorit, kemudian disusul dengan reksa dana dan unitlink.
   
Bila dilihat dari profilnya, masyarakat Indonesia memang masih tipe investor yang konservatif. Demikian menurut Prita. “Artinya, mereka masih ragu-ragu berinvestasi di produk yang berisiko tinggi,” ujarnya, sambil menyebut hal ini kemungkinan dilandasi oleh ketidakpahaman mereka akan berbagai risiko dalam investasi. “Akhirnya, mereka belum mengelola keuangan dengan baik,” tambahnya.
   
Menurut Prita, selama ini  klien-klien yang ia tangani untuk perencanaan keuangan memang umumnya memulai investasi dengan profil yang konservatif. Lalu, lama-kelamaan  mereka akan mulai mencoba investasi yang lebih moderat hingga kemudian berani ke yang agresif. “Sepertinya, dengan pertambahan pengalaman investasi dan pemahaman akan risiko, klien kami jadi lebih berani mengambil risiko yang lebih besar dengan harapan imbal hasil yang lebih tinggi,” tuturnya. (f)
   



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?