Celebrity
Fokus dan Dedikasi

5 Jan 2015


Selama lebih dari satu dekade, ketekunan dan keuletan Paula Verhoeven berhasil mengantarnya menaiki tangga kesuksesan. Semua pencapaian yang ia raih itu tidak didapat secara instan. Berawal dari ajang pemilihan Gadis Sampul 2001, kini Paula menjadi model ‘langganan’ di perhelatan fashion show terbesar di Asia Tenggara, Jakarta Fashion Week. Paula terus memperkaya pengalaman serta kemampuan diri dari tiap fashion show  yang diikuti.
Mental gadis bertinggi badan 183 sentimeter ini  juga sudah cukup teruji. “Saya jatuh keserimpet hingga terjerembap di catwalk saat memperagakan busana Didi Budiardjo di atrium sebuah mal. Orang-orang berpikir itu bagian dari atraksi, lalu setelah terjatuh saya bangun dan senyum cuek, seperti tidak terjadi apa-apa,” ceritanya, tersenyum.
Kesempatan bekerja sebagai model di Milan juga menjadi pengalaman yang menguatkan eksistensinya di dunia modeling. “Selain homesick saya juga harus melawan dinginnya cuaca yang ‘menggigit’ hingga 0 derajat Celsius sampai membuat kulit saya bersisik dan bibir pecah-pecah,” kata wanita yang memiliki impian menjadi model Victoria’s Secret ini.
Paula berkisah bahwa persaingan model di luar negeri sangat sengit, karena pekan mode di sana tidak sebanyak di Indonesia. Dari ratusan model hanya 6 orang yang terpilih. Hebatnya, Paula tak kalah berkompetisi. Berkat kerja kerasnya, ia mampu mendapatkan pekerjaan sebagai model tetap di sebuah showroom rumah mode di Milan. Ia pun tak harus capek bolak-balik casting seperti model lainnya.     
  “Semua itu  saya jalani saja. Do my best! Setelah balik ke Indonesia, rasanya lebih bersyukur. Enggak mau gampang mengeluh. Di Indonesia model bisa dapat pekerjaan nonstop. Bahkan, di bulan puasa sekalipun, tak sepi job, masih ada show busana muslim. Sedangkan di Singapura misalnya, kerjaan ramai hanya pada saat fashion week,” jelas model yang bolak-balik Jakarta-Singapura, sejak bergabung dengan agensi Upfront Models Singapore, 4 tahun silam, ini.
Paula juga sempat merasakan karier modelnya yang terpuruk. Pada Desember 2006, berat badan Paula mencapai 70 kg karena kegemarannya menyantap mi instan, nasi goreng, mi goreng, pecel ayam, ikan lele, dan junkfood tiap hari. Tentunya bagi seorang model, hal ini adalah mimpi buruk. Akibatnya, tidak ada fotografer yang mau memotretnya, tidak ada pula agensi yang mau mem-booking-nya.
Di tengah keterpurukan tersebut, Paula bertekad untuk bangkit dan meninggalkan gaya hidup tak sehat. Termasuk rajin sharing dengan Ade Rai dan Melanie Putria, yang mengajarkannya untuk tidak mengonsumsi makanan yang mengandung garam ataupun yang digoreng.
“Itu adalah sebuah titik balik. Memperbanyak sayuran, sumber protein dan hewani adalah pakem wajib. Mengatur porsi makanan agar tidak berlebihan serta mengatur waktu makan juga penting. Yang utama, mengubah mindset bahwa makanan enak itu bukan sekadar enak di lidah, tapi bagaimana makanan itu bermanfaat untuk tubuh,” urai Paula, yang bersyukur bisa sukses melewati rintangan berat dalam hidupnya.
Sejak saat itu, baginya hidup sehat sudah menjadi kebutuhan, bukan keharusan. Apalagi di dunia hiburan di mana penampilan dan performance menjadi penilaian nomor satu. Menurutnya, untuk menjaga bentuk tubuh ideal, perlu konsistensi dan kontinuitas dalam berolahraga.                                      
 “Hampir tiap hari saya datang ke pusat kebugaran, biasanya saya berlatih angkat beban, treadmill, ikut kelas rpm (bersepeda), body pump untuk membentuk otot. Lalu, sekali-sekali ikut kelas yoga dan pilates. Kalau tidak ada waktu, di rumah saya melakukan sit up, push up, squat sebelum dan sesudah bangun tidur untuk mengencangkan otot,” ungkap Paula.    Paula menambahkan, selain berolahraga, terus menggali potensi diri dan berpikiran positif turut membantunya untuk meraih apa yang dicapai sekarang.
”Kuncinya fokus pada sesuatu yang dijalani dan pantang membandingkan kesuksesan orang lain dengan diri sendiri. Lebih baik memperbaiki diri, karena saya percaya hal ini akan membuka jalan menuju kesuksesan,” tandasnya.(WORO HARTARI TRIANTI)



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?