Langkahnya di atas catwalk yang luwes dan penuh percaya diri, serta ekspresi yang menonjolkan karakter pakaian yang ia peragakan, berhasil merebut perhatian para juri Wajah Femina 2012. Ia pun dinobatkan sebagai Pemenang Penghargaan Khusus Best Catwalk Wajah Femina 2012. Namanya Dianna Suriani (21), model dan mahasiswi Fakultas Sastra Universitas Airlangga, asal Surabaya. “Saya hanya ingin membuat ibu saya bangga,” ujar Dianna, mengungkap motivasinya.

Bagi Dianna, sang ibunda tercinta, Atik Hartoyo, adalah inspirasi dan motivator terhebat dalam hidupnya. Wajar saja jika ia mempersembahkan piala tersebut untuk ibunya. “Sejak dulu, saya tidak pernah menang lomba apa pun. Jadi, inilah prestasi pertama saya,” paparnya, senang.

Pengalaman selama lebih dari tiga tahun di dunia modeling tidak membuatnya cepat puas. Ia merasa perlu mendapatkan pengakuan sah atas eksistensinya di dunia ini. Meski sempat merasa tidak percaya diri, ia menjajal keberuntungan dengan mengikuti Wajah Femina 2012. “Jangankan untuk menang, saya saja sempat sangsi bisa masuk unggulan. Rasanya, foto-foto peserta lain banyak yang lebih bagus,” ujarnya.

Bukan main senangnya Dianna ketika namanya masuk dalam daftar unggulan. Sadar bahwa ia harus bisa memanfaatkan peluang ini sebaik mungkin, ia pun mempersiapkan diri untuk menghadapi babak demi babak. “Persiapan utamanya mental dan fisik. Untuk mental, saya menyiapkan diri untuk bersaing secara positif dan membuka diri untuk menyerap ilmu selama karantina, baik itu dari pengajar maupun sesama finalis. Kalau persiapan fisik, saya mengatur pola makan agar berat badan tetap ideal dan mengonsumsi vitamin agar tetap fit,” paparnya.

Ia mengatakan,  keberuntungan yang datang dalam hidupnya berawal dari coba-coba. Demikian juga dengan kiprahnya di dunia modeling. Wanita kelahiran 6 Desember 1990 ini pertama kali menjejakkan kaki di dunia modeling saat masih duduk di bangku SMA. Berawal dari keisengan menemani teman menjalani pemotretan, Dianna ditawari menjadi model hingga akhirnya jatuh hati pada dunia modeling. Dengan tinggi 171 cm dan berat badan 51 kg, ia memenuhi proporsional tubuh seorang model. 

Sayang, antusiasme untuk menggeluti dunia model tidak mendapat restu dari ibundanya. “Sewaktu SMA, saya pernah terpilih mewakili sekolah di sebuah lomba modeling. Tapi, karena Ibu tidak mengizinkan, saya akhirnya mengundurkan diri,” paparnya, sedih. Rasa hormatnya yang besar terhadap sang ibu membuatnya memilih menurut dan fokus pada kewajibannya sebagai pelajar.

Saat baru menyandang status mahasiswa, Dianna kembali mendapat kesempatan menekuni dunia modeling. Cinta lama yang sempat dikuburnya bersemi kembali. Hampir setahun, ia backstreet dari ibunya, diam-diam menekuni profesi baru sebagai model, sambil menjalani kuliah. Rahasia ini terbongkar saat ia pulang ke rumah dengan potongan rambut pendek, seusai menjadi model di sebuah hair show.

“Ibu saya kaget melihat rambut baru saya. Akhirnya, saya berterus terang bahwa selama ini saya diam-diam sering mengambil job modeling,” tuturnya. Sebagai orang tua tunggal, ibunya harus membesarkan kedua putrinya seorang diri. Citra negatif dunia hiburan membuat sang ibu khawatir, dan tidak ingin putri sulungnya terjerembab dalam pergaulan yang menyesatkan. 

“Saya berusaha meyakinkan Ibu bahwa saya bisa menjaga diri, ingin menekuni profesi ini dengan serius, dan tetap menjadikan kuliah saya sebagai prioritas utama,” papar mahasiswi Sastra Indonesia yang tengah merampungkan skripsi ini. Melihat keseriusan dan komitmen Dianna yang kuat, akhirnya sang ibu memberikan restu. Satu syaratnya. nilai-nilainya harus tetap bagus.