Setelah 2 tahun berhubungan, Anda dan kekasih berencana menikah. Meski kondisi ekonomi keluarga berbeda, Anda bersedia menerima pinangan kekasih karena mengagumi sifatnya yang sabar. Namun karena kekasih Anda tidak mampu membiayai pesta pernikahan, orang tua Anda yang menanggung seluruh biaya pesta, termasuk memberi sejumlah dana kepada keluarga kekasih untuk menyokong kondisi keuangan mereka.
Masalahnya, kini Anda meragukan niat kekasih. Ia kerap menanyakan kondisi perusahaan keluarga Anda, sehingga Anda curiga ia tidak jujur tentang kondisi keuangan keluarganya. Ada kekhawatiran kekasih hanya mengejar materi, membuat Anda sempat terpikir untuk membatalkan pernikahan. Bagaimana cara saya mengatakan pada kekasih Anda?
Menurut Psikolog Monty Satiadarma, seharusnya selama dua tahun Anda membina hubungan dengannya, Anda dan dia sudah saling mengenal baik kondisi sosial ekonomi keluarga bahkan termasuk kebiasaan di dalam keluarga. Cukup aneh jika Anda sendiri mendadak curiga karena baru menyadari ragam perangkat elektronik di rumah calon pasangan mengingat orang tuanya yang berpenghasilan terbatas.
Layak dipertanyakan kembali apakah Anda berdua memang sudah cukup mengenal pribadi dan keluarga masing-masing? Jika Anda sendiri merasa ada kejanggalan dari apa yang semula Anda ketahui, tidak ada salahnya menunda, menangguhkan bahkan mungkin membatalkan hubungan Anda. Sesal di kemudian hari tidak banyak gunanya kecuali memberikan pengalaman hidup yang mungkin harus juga diubah ke dalam pola relasi hubungan baru. Sebaliknya, penundaan mungkin akan memperpanjang waktu persiapan sebelum keputusan akhir dibuat namun lebih memberikan rasa aman dalam memperoleh jawaban atas kejanggalan yang Anda rasakan.
Tidak ada salahnya Anda bertanya langsung kepada kekasih tanpa mengecilkan kondisi ekonomi keluarganya. Layak juga Anda mengetahui dari mana ia memperoleh perangkat elektronik mahal di tengah keterbatasan ekonomi. Sampaikan kepada kekasih keuangan Anda saat ini cenderung masih tergangtung orang tua Anda, jadi setelah menikah kelak hendaknya Anda berdua tidak bergantung kepada orang tua. Jangan berharap kekasih secara otomatis memperoleh jatah kedudukan dalam perusahaan keluarga. Akan lebih baik juga jika Anda berdua kemudian tidak mencampuri usaha keluarga, dan berusaha untuk mengembangkan kehidupan bersama secara mandiri.
Sedangkan menurut Psikolog Irma Makarim, awalnya, Anda tertarik pada kekasih karena sifatnya yang penyabar. Tetapi keadaan berubah ketika Anda melihat perilaku kekasih, serta kondisi keluarganya yang menimbulkan kecurigaan akan adanya ketidakjujuran penggunaan dana yang Anda berikan kepadanya. Apalagi kini perhatiannya lebih terarah pada keuangan perusahan keluarga Anda. Prasangka Anda bahwa kekasih mengejar materi, tetapi bisa jadi inilah alasan ketertarikannya menikahi Anda. Bagai bumerang, perilakunya kini mulai membuat Anda ragu meneruskan rencana pernikahan ini.
Dalam kondisi seperti ini, lihatlah lagi apakah keputusan Anda menikah ini dipengaruhi oleh alasan yang dewasa dan rasional? Demikian juga ketika Anda berniat membatalkannya. Beberapa orang menyesal karena tetap meneruskan perkawinannya, walaupun sebelumnya berkeinginan keras memutuskan hubungannya karena alasan tertentu.
Jangan menghindari hal ini karena tak berani mengatakannya atau karena takut melukai hati pasangan. Anda berhak mengungkapkan alasan Anda atau mengatakan bahwa kini nilai-nilai dan perilakunya tak lagi cocok dengan sikap hidup Anda. Mungkin kekasih akan kecewa atau marah terhadap penolakan Anda. Tetapi segala pemikiran dan perilakunya adalah tanggung jawabnya sendiri bukan Anda. Sedangkan Anda yang harus bertanggungjawab atas sikap dan kebahagiaan Anda sendiri. Janganlah memaksakan sebuah hubungan kalau di antara Anda berdua tak lagi ada rasa percaya dan kecocokan.(f)