Food Trend
Cerita Buah Naga

14 Apr 2015

Sungguh menyenangkan bisa menikmati  segelas jus buah naga merah di sebuah restoran apung di tepi Sungai Pawan, Kota Ketapang, Kalimantan Barat, saat matahari menggantung tinggi dan udara sekitar terasa panas. Tegukan demi tegukan jus yang sejuk menenteramkan hati dan pikiran, sementara burung-burung air dan sampan nelayan berseliweran di bawah rangka jembatan besi yang melintang di sungai itu.

BUAH ‘KELENTENG’
Kulit buahnya bersisik, seperti naga dalam dongeng. Karenanya, orang lantas menyebutnya  buah naga atau dragon fruit dalam bahasa Inggris. Uniknya, orang  Inggris justru menyebutnya pitaya.
   
Bagi orang Betawi atau Jakarta, buah naga bukan buah aneh. Dahulu, anak-anak kerap menyebutnya sebagai  ‘buah kelenteng’. Ini karena buah berkulit merah, pink atau kuning ini biasa hadir sebagai buah saji atau sesembahan di altar kelenteng. Tak sembarang orang mampu menyajikannya.

Hanya orang-orang tertentu yang mampu membeli buah langka impor ini, yang di Jakarta hanya ada pada bulan-bulan  tertentu, itu pun hanya bisa didapat di pedagang tertentu di Pasar Glodok.
   
Karena bentuknya bersisik --sehingga   dianalogikan seperti ‘kepala’ naga-- dan banyak terlihat di kelenteng, pembeli dan peminatnya pun umumnya kaum Tionghoa, maka banyak yang mengira buah impor satu ini berasal dari negeri Tiongkok. Padahal, dari  data yang didapat memastikan bahwa buah yang banyak memiliki manfaat obat ini justru berasal dari Amerika tengah, khususnya Meksiko. Siapa pula yang mengira, masyarakat Indianlah  yang pertama kali mengetahui manfaat buah ini,  lalu membudidayakannya di abad-abad lampau.



SEKUNTUM DURI

Dalam novel klasik dunia seri Winetou Kepala Suku Apache karya Dr. Karl May, ada dikisahkan tentang seseorang  yang tersesat di Gurun Prairi, dan selamat dari kelaparan karena menemukan buah kaktus yang enak dimakan. Ya, Dr. Karl May, yang saat menulis novel-novel tersebut justru belum pernah datang ke  Amerika,   sedang berkisah tentang keberadaan buah naga di benua baru itu.

Buah naga memang buah dari beberapa jenis tanaman kaktus. Pada tahun 1870, bangsa Prancis membawa buah naga dari Guyana ke Vietnam sebagai tanaman hias. Isi buah naga yang manis rasanya kemudian dikonsumsi secara meluas di Vietnam. “Di seputar Ho Chi Minh City ada banyak kebun buah naga di pinggir jalan, dan jadi objek wisata kuliner menarik. Bukan cuma buah-buah segar  yang dijual di kios-kios sederhana, tapi juga ragam camilan buah naga,” ungkap Resti, seorang backpacker.

Tak bisa disangkal, dari Vietnam, buah naga merambah ke Tiongkok bagian selatan serta kawasan Indocina lainnya,  juga Thailand. Dari negara-negara itu pula buah naga menyusup masuk pasar Indonesia. Namun begitu, baru pada tahun 2000 pehobi tanaman Indonesia memasukkan bibitnya dari Thailand.

Tanaman  buah naga sangat cocok dengan kondisi iklim dan alam Indonesia. Tanaman ini tumbuh optimal pada ketinggian 0-350 mdpl dengan curah hujan sekitar 720 mm per tahun. Suhu udara ideal bagi pertumbuhan buah naga kira-kira 26º-36º C.
Dari sekadar tanaman hias dalam pot, kebun-kebun buah naga muncul di banyak tempat di Indonesia: Malang, Batam, Pontianak, dan lainnya, termasuk  di kaki Gunung Salak di Bogor, Jawa Barat. Kini, buah naga tak hanya hadir di seputar kelenteng ataupun menjelang Imlek, melainkan juga di banyak tempat dan nyaris tanpa musim. Buah ini umumnya diperoleh dari kebun-kebun yang ada di Indonesia.


WIJAYAKUSUMA

Sepanjang tahun, tumbuhan kaktus penghasil buah naga terus berbunga dan menghasilkan buah-buah ranum yang lezat.  Bunga-bunganya tumbuh di sirip-sirip daun tempat tumbuhnya duri. Bunga-bunga itu mekar di malam hari, dan diserbuki serangga pada pagi harinya. Bila kelopak-kelopak bunga itu layu dan berguguran, dari ‘pusat’ bunga pun muncul ‘benjolan’ yang makin lama makin besar, terbungkus pelepah-pelepah semacam  sisik. Itulah buah naga.

Sebenarnya, Indonesia punya jenis tumbuhan kaktus endemik, yang menghasilkan buah dengan cita rasa manis asam, persis  rasa isi buah naga. Tumbuhan itu adalah wijayakusuma (Epiphyllum oxypetanum Haw.), yang selama ini hanya dikenal sebagai tanaman obat, tanaman hias, dan tanaman mistik. Bunga wijayakusuma --seperti bunga buah naga-- yang hanya mekar di tengah malam dan layu keesokan paginya ini dipercaya punya kekuatan magis untuk menolak bala dan penyakit. Bahkan, dalam kisah pewayangan di Jawa, bunga wijayakusuma dipersonifikasikan sebagai Jamus Kalimasada, pusaka milik Yudhistira –sulung Pandawa– yang dipercaya mampu menolak bala.

Sulur batang wijayakusuma mirip daun yang memanjang seperti pita, dan   di ujungnya kembali tumbuh sulur baru yang serupa. Berbeda dengan jenis kaktus penghasil buah naga, yang sulur-sulurnya menggembung berbentuk segitiga. Namun, perilaku berbunga dan berbuahnya sama persis.

Sama seperti kaktus penghasil buah naga, bunga-bunga wijayakusuma juga muncul dari tepi sulur daun atau batang, dan hanya mekar di tengah malam untuk kemudian kuncup lagi di siang hari. Pada pusat bunga itu pula kelak muncul buah-buah berwarna merah atau kuning. Tekstur dan tampilannya sama persis dengan buah naga. Isi buah ada yang putih dan ada yang merah, dengan rasa yang sama persis dengan buah naga. Hanya, ukuran buah  wijayakusuma relatif kecil, tak lebih besar dari ukuran biji salak. Kalangan tertentu banyak mencari buah wijayakusuma  untuk dijadikan obat. Entah obat apa.


MERAH-PUTIH-KUNING
Isi buah naga manis dan sedikit asam. Ada banyak jenis kaktus berbuah. Namun, yang umum dikembangkan hanya 4 jenis, yakni:

1) Hylocereus undatus  yang buahnya berwarna merah dengan daging buah putih
2) Hylocereus polyrhizus yang buahnya berwarna merah muda dengan daging buah merah
3) Hylocereus costaricensis yang kulit buahnya berwarna sangat merah dengan isi buah merah kehitam-hitaman
4) Selenicereus megalanthus yang kulit buahnya kuning dengan daging buah putih.

Namun, di kalangan pedagang, buah naga cenderung dipasarkan berdasarkan isinya, yakni buah naga merah  dan buah naga putih. Uniknya, untuk  buah naga berkulit kuning, walau isinya ada yang putih dan merah bahkan kuning, semua tetap disebut buah naga kuning.


MANFAAT OBAT

Tak salah bila ada anggapan bahwa buah naga membawa berkah. Tak cuma daging buahnya yang bisa disantap langsung dan dibuat menjadi ragam olahan makanan, bahkan (seperti buah manggis) kulitnya kini diekstrak menjadi bahan ramuan obat dan  minuman kesehatan.

Buah naga juga banyak mengandung  senyawa betakaroten, yang tak kalah banyak dengan kandungan betakaroten dalam wortel. Cocok untuk mereka yang punya masalah dengan kesehatan mata. Buah naga juga dipercaya dapat melindungi tubuh seseorang dari serangan radikal bebas serta menjauhkan diri dari serangan penyakit kanker, karena memiliki kandungan antioksidan  yang tinggi.

Ada kandungan fosfor dan kalsium alami pada daging buah naga yang mampu membantu menyehatkan tulang dan gigi. Sehingga, sangat baik dikonsumsi oleh wanita yang sedang hamil. Mengonsumsi buah naga juga membuat kita tak mudah terserang penyakit, karena kandungan vitamin C-nya yang tinggi dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Ingin tampil lebih cantik dan segar? Haluskan daging buah naga secukupnya, gunakan sebagai masker alamiah penghilang jerawat.

Dalam 100 g buah naga  terkandung kalori 60 kkal, protein 0,53 g, karbohidrat 11, 5 g, serat 0,71 g, kalsium 134,5 mg, fosfor 87 mg, zat besi 0,65 mg, vitamin C 9,4 mg, serta kandungan airnya sebanyak 90%.




DARI CAKE HINGGA KERUPUK



Buah naga disukai banyak orang. Isinya bukan cuma dimakan sebagai buah segar atau  dalam bentuk jus, tapi juga dimanfaatkan sebagai bahan membuat kue.

Di Vietnam dan Thailand misalnya, kita bisa dengan mudah menemukan  penjual   es buah, yoghurt,  kue bolu, ataupun cake dengan bahan baku buah naga.
   
Ragam produk kuliner berbasis buah naga kini juga mulai marak ditemukan di pusat-pusat wisata di banyak kota di Indonesia, khususnya di  Batam di Kepulauan Riau,  Pontianak di Kalimantan Barat,  Malang di Jawa Timur, dan Bandung di Jawa Barat.

Tak cuma yoghurt, kue bolu, cake, tapi juga keripik buah naga yang (tentu saja) cita rasanya bukan asin, melainkan manis. Bahkan di Garut, Jawa Barat, kini sudah bisa didapat dodol buah naga. (f)




 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?