Celebrity
Candu Nabila

19 Feb 2014

Peran sang ibu, Sulistyaningsih Firna Hari (50), sangat besar dalam menggiring
Nabila Arlita Nadiana (24), pemenang II Wajah Femina 2013, untuk terjun dan menggeluti dunia modeling. Namun, semua pencapaiannya saat ini berawal dari keinginan sang ibu untuk "melunakkan" sifat tomboi Nabila.

"Memanjat pohon, main layangan, dan bersepeda adalah kegemaran saya saat kecil. Beberapa kali saya terjatuh dari sepeda dan mengalami luka-luka. Beruntung, bekas lukanya bisa hilang,” ungkap Nabila tertawa, mengenang masa kecilnya.

Saat masih duduk di bangku kelas 6 SD, ibunya mengikutkan Nabila pada pemilihan model cilik, Putri Kartini, yang diadakan oleh salah satu pusat perbelanjaan di Semarang. “Saat itu, Ibu membaca koran, ada informasi lomba pemilihan model cilik. Ibu pun mendaftarkan saya. Hasilnya, saya meraih juara pertama,” tuturnya.

Setelah debut kemenangannya, Nabila terus aktif mengikuti berbagai lomba modeling yang diadakan di kotanya. Nabila  makin mantap ingin menekuni dunia yang telah membuatnya jatuh cinta ini. Ia pun mengasah talentanya di Soraya Haque Modeling School di usianya yang masih belia.

Keaktifannya mengikuti lomba-lomba modeling dari SD hingga SMP membuat namanya  makin dikenal orang, termasuk beberapa fashion designer. Ketika duduk di bangku SMA, salah seorang desainer Semarang, Ave Sanjaya, mengajak Nabila untuk membawakan koleksi rancangannya dalam sebuah fashion show.

Pengalaman melenggang untuk pertama kalinya di catwalk itu berhasil melecut hasrat wanita bertinggi badan 172 cm ini untuk  makin serius menekuni bidang modeling. Ia pun kembali belajar modeling di Totok Shahak Modeling School, Semarang.

“Mengukir prestasi itu bagaikan candu. Dunia modeling memberikan kesempatan pada saya untuk mencetak prestasi,” ujar wanita penggemar buku Tuesdays with Morrie ini. Lomba demi lomba modeling tak pernah ia lewatkan, salah satunya pemilihan Wajah Natasha, tahun 2011 silam.

Lagi-lagi ia berhasil menorehkan kebanggaan bagi sang ibunda dengan berhasil menjadi pemenang runner up di ajang pemilihan tersebut. Namun, pemilihan Wajah Femina menjadi salah satu kompetisi yang ia incar sejak lama. “Saya ingin sekali bisa membuktikan kualitas diri saya karena Wajah Femina adalah kompetisi yang tak hanya mengandalkan kecantikan fisik semata,” ungkapnya.
 
Kini, mimpi yang ia rajut sejak kecil, satu per satu telah ia wujudkan. Di tengah kebahagiaannya, ia berharap sang ayah --yang telah berpisah darinya sejak ia berusia 5 tahun karena perceraian orang tuanya-- bisa turut bangga pada prestasinya. “Saya menyadari bahwa jalan hidup  tiap orang berbeda-beda. Sekalipun jalan hidup saya tak sempurna, saya  hanya ingin melakukan yang terbaik dalam hidup saya dan menjadi kebanggaan bagi orang-orang terdekat saya,” katanya.

Kemenangan ini tak lain sebagai hadiah bagi perjuangan sang bunda yang telah membesarkannya seorang diri. “Saya banyak belajar dari sosok Ibu yang tak pernah mengeluh, tak mudah menyerah, selalu berjuang demi anaknya. Beliaulah yang selalu memberikan energi-energi positif kepada saya,” ujar Nabila, terharu.

Walau sibuk dengan kegiatannya sebagai model, Nabila tetap mengutamakan pendidikan. “Saya sempat berhenti dari dunia modeling untuk fokus mengerjakan skripsi. Hasilnya pun cukup memuaskan, saya meraih indeks prestasi (IP) 3,3,” kata sarjana satra Inggris, Universitas Diponegoro ini, bangga.

Perceraian orang tua memang sempat membuatnya menjadi sosok tertutup dan pendiam, namun keadaan itu juga yang memperkuat dan memperkokoh mentalnya hingga menjadi wanita kuat. Nabila membuktikan diri sebagai wanita kuat dan mandiri dengan mengejar prestasi di bidang modeling dan mulai mengembangkan sebuah online shop sejak tahun 2012 lalu, setelah menamatkan kuliahnya.

Ia menjual sepatu kulit secara online dan usaha sablon kaus. Harganya tergolong murah, untuk sepasang sepatu kulit, ia jual dengan harga maksimal Rp200.000. Sedangkan untuk kaus, ia jual dengan harga Rp60.000 sampai Rp120.000. “Semuanya saya desain sendiri. Untuk produksi sepatu, dikerjakan oleh 4 orang, dan untuk sablon kaus, dikerjakan oleh 3 orang,” ujarnya. 

Bisnis itu ia lakoni dengan kesadaran bahwa profesi modeling tak bisa lama dijalani. “Seorang model suatu ketika akan berkeluarga dan menjadi seorang ibu. Maka dari itu, saya termotivasi untuk mencari sumber penghasilan lain untuk jaminan hidup di masa depan,” katanya, optimistis.

Kini, ia merasa hidupnya  makin banyak tantangan dan peluang terbuka. Bagi Nabila, hidup juga sebuah perjalanan yang tidak pernah bisa diduga. “Tidak ada satu pun dari kita yang bisa mengetahui akan berada di titik mana diri kita suatu saat kelak. Maka, saya lebih memilih fokus mengerjakan hal nyata yang ada di depan mata,” tutur wanita yang sedang mewujudkan mimpinya untuk menggeluti dunia akting dan presenting.

DESMAN MENDROFA
FOTO: DOK. FEMINA



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?