Celebrity
Bincang-Bincang dengan Slank

15 Oct 2014


Apa kunci kesuksesan Slank?

Bimbim: Lirik lagu Slank semuanya mengajak untuk kebaikan. Apa yang dinilai orang membawa kebaikan akan diterima dengan baik oleh orang. Kami di Slank punya prinsip seperti ini: kalau ada teman yang berantem, kita akan damaikan, kalau ada yang terkena narkoba, kita akan ajak dia supaya berhenti. Tapi, kalau ada teman yang ketahuan maling… kita akan langsung ceburin dia di Kali Potlot. Kita bisa keras seperti itu, apalagi terhadap koruptor yang merugikan negara!

Abdee: Sama dengan kehidupan, perjalanan Slank pastinya melewati berbagai fase. Semua fase punya makna dan hikmah tersendiri yang membentuk Slank menjadi seperti sekarang ini. Bagi kami, yang penting jangan pernah putus asa. Lalui saja. Terus berjuang bersama dan lakukan apa yang terbaik. 

Kesulitan terbesar menjaga keutuhan Slank?

Bimbim: Tiga puluh tahun lebih berkarya bukan waktu yang sebentar. Melawan kebosanan adalah hal terberat yang harus kami lalui.  Sejauh ini, kami selalu berusaha adil dalam sosial. Ini yang membuat kami bisa bertahan selama ini. 

Ivan: Saat kami terkena drugs, benar-benar masa yang sulit. Namun, berkat banyak orang yang peduli kepada kami, terutama keluarga dan anak-anak Slank lain yang bersih (Ridho dan Abdee), kami bisa melaluinya. Kasih sayang mereka luar biasa, itu yang menyadarkan dan menyatukan kami kembali.

Dukungan pasangan terhadap karier bermusik? 

Ridho: Ada kalimat bijak yang mengatakan: di balik sukses pria ada wanita hebat di belakangnya. Seperti itulah istri di mata saya. Dia menjadi tim sukses saya. Saya yakin tak akan bisa menjadi seperti sekarang tanpa dorongan semangat dan pengertian dia. Untungnya fans Slank kebanyakan cowok, jadi istri juga lebih merasa tenang. Ha… ha… ha…. 

Ivan: Pernyataan yang saya ajukan kepada calon istri sebelum menikah adalah saya memiliki kegiatan yang tidak sama seperti orang lain. Kerja di hari libur, rekaman di bulan puasa, waktunya juga bukan seperti jam kerja orang kantoran. Dia harus bisa mendukung dan mengerti bahwa apa yang saya jalani ini adalah sebuah ikhtiar dan usaha untuk menafkahi keluarga. Ini yang menjadi persyaratan pertama untuk menjadi pasangan saya. Sejauh ini, istri saya bisa menerima. 

Pengalaman tergila para Slanker?

Kaka: Ada satu penggemar wanita Indonesia yang tinggal di Hong Kong kerap mengirimi saya surat 3-4 halaman yang disertai gambar vinyet. Dalam suratnya, ia selalu mengemis ingin punya anak dari saya. Entah jatuh cinta apa fanatik namanya kalau sudah seperti itu.  

Ridho: Pernah ada kiriman surat yang ditulis dengan darah. Pesannya, tak ingin Slank bubar. Dia bahkan mengancam akan membunuh Bimbim, jika Slank sampai bubar. 

Abdee: Macam-macam. Ada yang ke rumah dan menunggu sampai pagi, ada yang terus-menerus mengirimi SMS, e-mail, telepon, dan marah-marah kalau tidak digubris, sampai ada yang minta tanda tangan di badan untuk dijadikan tato. Saya jadi sadar apa yang kita lakukan bisa memengaruhi hidup orang lain. Itu yang membuat saya jadi lebih hati-hati dan bertanggung jawab dengan apa yang akan saya lakukan.   

Yang dilakukan di waktu luang?

Ridho: Berkumpul bersama keluarga. Seiring popularitas Slank, waktu bersama keluarga menjadi sesuatu yang mewah. 

Bimbim: Saya menikmati momen berkumpul dengan keluarga. Menikmati hiduplah… jalan-jalan keliling dunia, misalnya.  

Abdee: Di luar musik, saya aktif berorganisasi yang bertujuan sosial atau untuk alam dan masyarakat. Misalnya saja, di komunitas KOIN, komunitas kebudayaan Indonesia, dan komunitas Heal Our Music. Saya juga aktif terlibat dalam kelompok-kelompok diskusi yang berupaya menghidupkan  ekosistem industri kreatif, khususnya musik. 

Kalian sosok ayah yang seperti apa?

Kaka: Di rumah, saya bertindak sebagai good cop. Istri saya mendidik anak-anak dengan disiplin ketat. Misalnya saja, anak-anak sudah harus masuk kamar dan tidur tepat pukul 7 malam. Sementara saya lebih sering memberi kelonggaran pada anak-anak. 

Ivan: Sepertinya ini pertanyaan untuk istri dan anak-anak saya, ha... ha… ha…. Saya hanya berusaha untuk menjadi suami dan ayah yang baik bagi mereka. Entah bagaimana mereka menilainya. 

Seandainya tak jadi pemusik, apa yang kalian lakukan?
Bimbim: Dulu, saya sempat berpikir, jika gagal dalam musik, saya akan transmigrasi saja ke desa dan meminang gadis desa. Tapi, alhamdulillah… Slank bisa tetap eksis selama 30 tahun.
Ivan: Kalau tak jadi pemusik, saya akan jadi petani. Sekarang lagi tren orang-orang hidupnya serba sehat. Beras yang tidak mengandung pestisida, sayuran organik, ayam yang tidak disuntik hormon. Sepertinya bisnis itu akan  makin baik ke depannya. 
Abdee: Saya bersyukur karena sejak kecil sudah bercita-cita ingin jadi pemusik, dan tercapai. Tapi, seandainya tak jadi pemusik, saya mungkin menjadi technology geek karena saya sangat suka semua yang berbau teknologi. 

Bagaimana kalian merayakan ulang tahun? 
Kaka: Istri dan anak-anak selalu memberi kejutan di hari ulang tahun. Bukannya senang, saya malah ketakutan  tiap akan berulang tahun. Saya merasa usia jadi  makin bertambah.    
Ivan: Di usia yang sudah kepala 4, merayakan ulang tahun sudah beda. Momen ulang tahun jadi saat untuk introspeksi diri karena jatah umur sudah berkurang.  
Abdee: Saya bukan orang yang suka merayakan ulang tahun. Tapi, untuk SLANK, biasanya kami merayakannya dengan cara melakukan hal-hal baru. Tahun lalu misalnya, kami buat film layar lebar Slank Nggak Ada Matinya dan konser-konser. 

Kapan saat terendah dalam hidup Anda? 
Ridho: Saat Slank mengalami masa jatuh-bangun akibat narkoba. Awalnya kami sempat kesulitan mendapat izin show dari pihak kepolisian. Pemasukan tak cukup,   sampai saya harus berjualan furniture untuk menafkahi anak-istri. 
Kaka: Saat mati ide. 

Hal yang paling membahagiakan dalam hidup?
Kaka: Merilis album. Apalagi jika kemudian album tersebut diterima baik di pasar. Lega, rasanya kerja keras terbayar.
Ivan: Saat bisa bikin bahagia orang lain, minimal keluarga saya, teman, dan sahabat.
Abdee: Melihat perkembangan anak saya. Saya bersyukur dan merasa bahagia sekali. 

Punya tokoh yang menginspirasi?
Kaka: Bob Marley, Bung Karno, dan penyair Ismail Marzuki.  
Ridho: Sebagai musikus, saya banyak terinspirasi oleh Ian Antono, Eet Sjahranie, Blues Saraceno, Richie Kotzen, Jimi Hendrix, Budy Guy, dan Paul Gilbert. Di luar musik, orang tua dan keluarga adalah hero bagi saya.   
Abdee: Sejak remaja saya mengidolakan The Rolling Stones. Saya suka musiknya, orangnya keren-keren. Terlebih lagi, semangatnya! Bayangkan, di usia 70 tahun lebih mereka masih berkarya. Bisa dibilang, band ini enggak ada matinya, deh.  

Harapan atau impian yang belum terlaksana?
Kaka: Bikin konser dari Sabang sampai Merauke. Menjangkau hingga ke pelosok, minimal di tingkat kabupaten. Tak masalah kalau sampai harus manggung di lapangan kosong untuk bermain bola. Yang terpenting bisa mewujudkan impian Slankers di daerah untuk bisa bertemu kami. 
Ridho: Karena lahir di Ambon, saya merasa ingin memajukan pariwisata di Indonesia bagian timur, khususnya Ambon. Saya melihat potensi pariwisata yang melimpah di Ambon, mulai dari kuliner, pantai, laut, hingga benteng-benteng bersejarah. 
Abdee: Saya mimpi Indonesia bisa menguasai dunia lewat musik. 

Seandainya diberi power untuk bisa membuat Indonesia lebih baik, apa yang akan dilakukan? 
Kaka: Membuat rumah susun yang banyak agar  tiap orang punya tempat berteduh, dan membangun pabrik di mana-mana agar rakyat punya pekerjaan. Bangunan di atas lahan subur akan saya bongkar dan dikembalikan fungsinya jadi lahan pertanian.  
Ivan: Saya akan memberantas korupsi! Di Indonesia budaya korupsi sudah jadi lingkaran setan. Makanya, masalahnya enggak selesai-selesai. Saya juga ingin bisa kasih pendidikan gratis, kesehatan gratis. Karena, gaji kebanyakan orang pas-pasan, tunjangan enggak menentu, biaya kesehatan mahal, akhirnya bagaimana mau fokus benahin negara? Mereka pada akhirnya hanya sibuk memikirkan bagaimana supaya bisa survive. 
Abdee: Saya akan mengubah manusia Indonesia menjadi manusia yang cinta damai, antikorupsi, kreatif, berani mengambil risiko, berjiwa kesatria, berani berjuang, berani bertanggung jawab, menghargai orang lain dan perbedaan, dan mencintai alam. Semua hal-hal baik yang dibutuhkan bangsa ini untuk menjadi negara yang lebih baik.    



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?