Trending Topic
Berjuang Di Awal Pernikahan

13 May 2014


Makin banyak pasangan menikah memilih tinggal berjauhan demi mengembangkan karier atau kesempatan memperoleh penghasilan lebih tinggi. Didukung dengan menjamurnya budget airlines dan kemudahan berkomunikasi, jarak tak lagi menjadi kendala. Tapi, bagaimana dengan persoalan hati?

Berjuang di Awal Pernikahan

Suami-istri sibuk membangun karier dan bahkan rela hidup terpisah demi mengakomodasi kebutuhan aktualisasi dirinya, itu biasa. Perilaku ini, menurut psikolog sosial Dra. Ratna Djuwita Chaidir, Dipl. Pschy., disebabkan  makin tingginya tingkat pendidikan, laki-laki maupun perempuan.
“Akibatnya, kebutuhan untuk mengaktualisasikan dirinya pun meningkat. Apalagi, kini wanita memiliki kesempatan yang sama dengan pria. Sehingga, membangun karier menjadi penting artinya baik bagi pria maupun wanita,” ungkap Ratna.  
    Terbukanya kesempatan melanjutkan sekolah ke luar negeri maupun tantangan mengemban tanggung jawab lebih besar ditawarkan perusahaan tak hanya pada pria, tapi juga wanita. Tak jarang mereka yang merupakan karyawan andalan dipercaya mengelola cabang di daerah, atau disekolahkan lagi. Selain memperkaya pengalaman dan skill, mutasi ke daerah atau luar negeri sering kali memberikan benefit ekonomi tentunya. Kesempatan untuk meningkatkan perekonomian serta challenge dalam pengembangan karier mereka, biasanya jadi alasan utama mereka merelakan tinggal berjauhan.

Menurut  relationship psychotherapist & coach, Monica Kumalasari, umumnya pasangan yang mau menerima kondisi ini adalah pasangan baru menikah yang masih sama-sama berjuang untuk meningkatkan karier dan mengumpulkan uang. “Mereka cenderung rela menyampingkan kebutuhan kebersamaan demi tujuan masa depan mereka.”. Tak tertutup kemungkinan banyak juga pasangan yang sudah mencapai jenjang karier tinggi memilih menjalani karier masing-masing di lain kota karena merasa sayang menampik kesempatan bagus.
        Bisa dimengerti, ada banyak kebutuhan yang harus dipenuhi pasangan muda, mulai dari cicilan rumah, kendaraan bermotor, hingga tabungan pendidikan anak. Makin lama kebutuhan hidup  makin mahal sehingga demi bisa memenuhinya, banyak yang terpaksa mengambil pilihan hidup berjauhan.
Ada juga yang rela terpisah, karena faktor lain. Enggan hidup di kota Jakarta yang macet, penghematan, hingga melihat pergaulan anak-anak lebih baik di daerah.
Banyak orang hijrah ke Jakarta karena memberi penghasilan dan pengembangan karier yang lebih tinggi ketimbang di daerah.  Namun, biaya hidup di kota Jakarta juga tak murah dan harga tanah selangit. Sehingga tak heran jika banyak orang, terutama pasangan muda, yang tinggal di pinggiran Jakarta atau kota sekitar seperti Bogor, Tangerang, Depok, dan Bekasi. Orang-orang yang tinggal di pinggiran kota atau kota lain ini disebut sebagai penglaju (commuter). Setiap harinya mereka harus berangkat pagi-pagi sekali dan pulang larut malam karena jarak tempuh yang jauh dan terjebak macet.
    Melihat kenyataan kerasnya hidup di kota besar seperti Jakarta, mulai muncul fenomena penglaju jarak jauh yang memilih berpisah dari keluarganya demi menghemat tenaga. Ketimbang setiap hari harus pulang-pergi menghabiskan waktu 2-3 jam sekali jalan, mereka memilih berpisah dan bertemu keluarga seminggu sekali saja. Sang suami kos di dekat kantor, sementara keluarganya tetap menetap di kota asal.

Hasil penelitian Accenture, sebuah perusahaan konsultan manajemen tahun 2012 lalu. Penelitian itu menemukan bahwa 70% wanita karier berbeda usia di seluruh dunia yang memiliki masa kerja lebih dari 7 tahun percaya bisa mencapai kesuksesan. Hal itu mencerminkan bahwa wanita makin yakin dalam mengejar aktualisasi dirinya. 
Walau demikian, Monica menilai perlu adanya prioritas bagi wanita berkeluarga yang hendak merantau. Jika memiliki anak usia balita yang masih membutuhkan kedekatan dengan ibu, akan lebih bijaksana jika keputusan tersebut ditunda dulu. “Sebab, tetap saja wanita lebih telaten dan sabar dalam mengurus anak ketimbang pria,” cetusnya.  (REYNETTE FAUSTO) 




 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?