FAVORIT BACKPACKERS
Bangkok adalah perpaduan kejutan dan petualangan yang sempurna bagi Anda yang ingin berwisata ke luar negeri tanpa mengeluarkan terlalu banyak uang. Harga akomodasi yang sangat terjangkau membuat panduan wisata Lonely Planet masih menyebut daerah ini sebagai tujuan wisata terfavorit backpackers dunia.
Sebagai ilustrasi, hanya dengan Rp 595 ribu, Anda sekeluarga bisa bermalam di Hotel Holiday Inn Express yang berlokasi di pusat kota Bangkok. Tarif ini sudah mencakup berbagai fasilitas seperti akses internet cepat dan sarapan prasmanan di Express Start breakfast bar. Anda yang ingin menjaga kebugaran selama berwisata, bisa mampir di rooftop, di mana siapapun bisa memanfaatkan peralatan di pusat kebugaran, atau sekedar beryoga di taman. Uniknya, di hotel yang berlokasi beberapa langkah dari stasiun National Stadium ini, tamu benar-benar dapat menikmati pemandangan di jendela hotel yang langsung mengarah ke lapangan stadion.
SUPER HEMAT
Meski berfasilitas hotel berbintang, namun Anda tetap bisa menghemat ala backpacker sejati. Jika keberatan menggunakan jasa laundry dari hotel, hanya dengan 10 bath (setara dengan Rp 3000), Anda bisa mencuci dan menyetrika sendiri pakaian Anda hingga 5 kg. Untuk menghemat budget makan tanpa keluar hotel, Holiday Inn bahkan menyediakan buku panduan menu dari restoran luar yang bisa dipesan antar.
Dari hotel ini, tamu bisa mengakses BTS yang akan mengantar mereka ke berbagai pusat perbelanjaan seperti pasar akhir pekan Chatuchak, The Erawan Shrine, Amarin Plaza, bahkan hingga ke Central Pier di sungai Chao Praya. Asyiknya lagi, hanya dengan berjalan kaki, Anda akan sampai di lokasi-lokasi menarik seperti Jim Thompson House, Bangkok Art and Cultural Centre, MBK Shopping Centre, serta Siam Paragon dan Siam Discovery.
RAJA SUTRA THAILAND
Tak sampai lima menit berjalan kaki dari Holiday Inn Express ke Soi Kasemsen, Rama 1 Road, Anda akan sampai ke sebuah area yang teduh dengan rimbunnya pepohonan dan jajaran rumah khas Thailand berwarna merah bata. Semarak lampion raksasa indah aneka warna di pelataran seakan mengajak pengunjung berjalan lebih ke dalam.
Di sisi kiri halaman, seorang pria tengah duduk mengaduk “bola-bola” berwarna kuning dalam sebuah tungku berisi air mendidih. Setelah mengamati lebih dekat, semua mata pengunjung terbelalak takjub setelah menyadari bahwa “bola” itu tak lain adalah kepompong ulat sutra. Setelah beberapa lama, “bola-bola” kuning itu ternyata terurai menjadi helaian benang sutra. Satu meter dari tungku panas, duduk seorang wanita cantik dalam pakaian khas Thailand sedang memintal aneka warna benang sutra.
Bisa jadi, kekaguman akan pemandangan inilah yang membuat mantan arsitek berkebangsaan Amerika bernama Jim Thompson langsung jatuh cinta pada sutra Thailand. Setelah menyelesaikan misinya ke Thailand sebagai tentara Amerika, Thompson muda kembali ke negeri gajah putih itu untuk menetap dan mengembangkan sutra Thailand. Tokoh legendaris itu kemudian dikenal sebagai King of Thai Silk setelah mempopulerkan sutra Thailand ke dunia pada dekade 1950 – 1960-an dengan mendirikan Thai Silk Company.
MISTERI SANG LEGENDA
Di bagian dalam museum, berdiri sebuah rumah cantik, yang tak lain adalah kediaman Thompson. Dengan membeli tiket masuk museum seharga 50 – 100 bath, pengunjung dipandu untuk memasuki rumahnya yang berada persis di pinggir sungai itu. Perabotan dalam setiap ruangan masih terjaga rapi. Meski tidak diperbolehkan untuk mengambil gambar di dalam rumah, namun berada di dalamnya, membuat siapapun merasa seketika dekat dengan sang legenda. Anda akan diajak melihat berbagai lukisan, keramik, dan patung koleksi Thompson yang memang adalah penyuka benda-benda antik.
Pada dinding ruang kerja Thompson, pemandu tur mengajak pengunjung untuk mengamati sebuah benda menyerupai kalender. Ia berkata, “Berdasarkan penanggalan Thailand, Thompson diharapkan untuk berhati-hati menjelang usianya yang ke-61.” Entah kebetulan atau sudah diramalkan, pada usia itu, sang legenda sutra Thailand itu dinyatakan hilang.
Pada 26 Maret 1967, saat menginap di Moonlight Cottage, Malaysia, ia berjalan kaki ke hutan dan tak pernah kembali. Selama berhari-hari, ratusan orang dikerahkan untuk mencari jejaknya. Namun Thompson tak pernah ditemukan. Hingga kini, hilangnya milyuner Amerika ini masih menjadi misteri kehilangan terbesar di Asia Tenggara.
Empat dekade berlalu, nama Thompson masih tetap hidup dalam ingatan warga Thailand, dan masih akan terus “tertulis” dalam setiap helai kain sutra di negara itu. Hingga kini, karya Thompson masih diburu para penggemar fashion dunia. Di bagian depan halaman rumahnya, sebuah toko tempat berbagai produk scarf, taplak meja, busana, hingga beauty case Thompson, selalu dipadati pengunjung. Di seberang outlet, sebuah restoran khas Thailand juga dibangun sebagai kenangan akan karyanya memajukan kain tradisional negara itu.
RIN