Career
Aturan Trip Bisnis Bareng Bos (Bagian II)

1 Nov 2011

Berapa kali dalam setahun Anda bepergian dengan atasan? Setidaknya mungkin satu kali. Antara bangga, dipercaya mendampingi bos untuk tugas penting (sambil jalan-jalan lagi!), juga gamang, membayangkan bakal banyak ‘ranjau’ yang bisa membuat hubungan personal Anda dengannya malah runyam. Apalagi kalau perginya menginap dan sampai berhari-hari.

Di luar kantor, tak ada lagi dinding pemisah ruang. Terlalu santai, Anda bisa dianggap sok dekat dan tidak sopan. Terlalu formal, Anda bisa dianggap karyawan yang kaku. “Yang penting, tepislah anggapan bahwa trip ini tegang dan menyeramkan. Trip dengan bos tak ubahnya trip dengan rekan kerja. Hanya, etika harus lebih dijaga,” kata Cherry Zulviyanti Riadi, Psi, konsultan senior Experd. Yuk, pelajari situasi, agar sikap Anda pas di mata bos.

Saya dan bos diundang klien ke acara gathering di tepi pantai. Acara akan berlangsung siang hari di udara terbuka. Harus berbusana apa?

Sebelum berangkat, ajak bos untuk mendiskusikan tipe busana yang akan dipakai. Busana Anda harus sesuai dengan tipe busana pilihan bos. Dengan tampil senada, Anda akan mendukung citra baik bos di depan klien. Ini berarti, citra Anda di mata bos juga akan terdongkrak.

Anda boleh lega bila keinginan bos sejalan dengan Anda, yaitu berbusana semiformal untuk acara di pantai yang panas itu. Tapi, bila bos ingin tetap berbusana formal, sebaiknya imbangi setidaknya dengan padanan celana panjang dan kemeja katun, serta sepatu wedges. Anda tetap tampil profesional, namun tetap merasa nyaman!

Bos meminta saya membawakan barang-barang bawaannya. Menurutinya, saya kerepotan, karena jumlahnya banyak dan berat. Tapi, untuk menolak, rasanya tidak sopan.

Hierarki di kantor tak ada hubungannya dengan tugas ‘fisik’, seperti membawakan barang bawaan bos. Bila bawaan Anda sendiri tak banyak, tak ada salahnya, sih, membantu bos membawakan laptop-nya. Tapi, untuk koper yang berat, siasati dengan meminta bantuan porter. Sebenarnya, bos yang berpikiran maju justru akan tersinggung, bila tanpa seizinnya, Anda menyentuh koper-kopernya.

Ternyata saya sekamar dengan bos (sesama wanita). Waduh, bagaimana kalau saya mendengkur?

Pertama, usahakan agar Anda berdua mendapatkan kamar dengan dua bed. Dengan begitu, masing-masing tak terganggu karena adanya orang lain di tempat tidur. Kedua, bila Anda bertipe pendengkur, minimalkan kemungkinan mendengkur dengan tidur dalam posisi miring. Sebelum tidur, katakan, “Maaf, ya, Bu, bila nanti saya mendengkur.” Ia akan memahami. Malah, bisa jadi bos leluasa berkata balik, “Maaf juga, ya, kalau nanti saya mengigau.”

Namanya juga sekamar, hal-hal seperti itu mungkin saja terjadi. Bila sebaliknya, bos yang mendengkur, apa boleh buat, Anda mungkin perlu terjaga sampai pagi hari. Dan... tak usahlah bilang pada bos keesokan harinya.

Jika sekamar, bagaimana bila saya perlu menggunakan kamar mandi dalam waktu lama?

Sebelum masuk ke kamar mandi, tanyakan apakah bos ingin menggunakan kamar itu terlebih dulu. Jika tidak, silakan Anda menggunakannya. Gunakan kamar mandi secepatnya dan seperlunya saja. Siapa tahu bos berubah pikiran saat Anda berada di kamar mandi.

Sebaiknya Anda tidak mendominasi area wastafel dengan perlengkapan mandi Anda. Sebelum keluar kamar mandi, pastikan ruangan kering dan bersih. Tidak ada genangan air, cermin tidak berembun karena uap air panas, tidak ada pula rontokan rambut.
Gunakan pula kamar mandi untuk berganti pakaian. Sebagai staf, Anda akan dianggap tidak sopan, bila bertukar baju di depan bos. Namun, bila bos dengan santai berganti pakaian di depan Anda, agar tak rikuh, berpura-puralah pergi ke kamar mandi, sibuk membereskan koper, atau lakukan apa saja untuk menyingkir secara halus.

Bos pulang dengan pesawat lebih pagi. Sewaktu saya check out, pihak hotel menagih saya untuk pengeluaran minibar dan laundry yang lupa dibayar oleh bos. Mahal! Saya harus bagaimana?

Jangan risau. Bayarlah dulu dengan kartu kredit Anda. Setelah bertemu di kantor, sampaikan hal itu pada bos. Dia tentu akan membayar ‘utang’-nya pada Anda. Anda tak perlu tekor untuk keperluan ekstra ini. Lain soal bila bagian keuangan di kantor membekali Anda dana entertainment sebagai pegangan. Di sejumlah kantor, uang itu bisa digunakan untuk membayar tagihan makan di luar pengeluaran yang tidak ditanggung oleh klien atau pengundang.

Begitu bergembira menikmati night out bersama, bos pria kelepasan bicara. Dia melontarkan kata-kata bernada intim. Besoknya, ia menghindar. Haruskah saya mengikuti ‘permainan’-nya?

Entertainment selepas jam kerja saat perjalanan bisnis memang umum terjadi. Masalahnya, bila bos terlalu banyak minum minuman beralkohol, bisa saja ia lepas kendali. Biasanya, sih, ia tidak seperti itu. Meski kejadian itu memalukan, ingatlah, jangan sampai tujuan perjalanan bisnis gagal. Bila bos menghindar, bersikaplah seolah hal itu tak terjadi.

Tapi, beda halnya bila insiden itu mengarah pada pelecehan seksual, apalagi terjadi di depan klien. Cari waktu untuk bicara empat mata dengan bos. Katakan, “Tentang kejadian semalam, saya sangat keberatan dengan sikap Bapak. Saya merasa sangat tidak nyaman.” Bila bos merespons, “Maafkan saya,” tanggapi singkat dengan, “Ya, Pak.” Tapi, jangan dengan, “Ya, Pak, tidak apa-apa.” Ini penting untuk mencerminkan ketegasan Anda, sekaligus mengamankan posisi Anda yang tentunya masih ingin bekerja di kantor tersebut. Bahasa tubuh yang konsisten dengan keinginan hati adalah kunci untuk keluar dari masalah pelecehan seperti ini. (f)

Mau tahu apa yang harus Anda lakukan dalam kondisi lain saat trip dengan bos? Klik di sini!




 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?