Padahal, ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan sebelum seseorang memilih lensa kontak. Yang sudah pasti adalah kebutuhan mengoreksi kelainan mata agar dapat melihat lebih jelas, parameter kemampuan lensa kontak untuk meneruskan oksigen, dan apakah lensa kontak itu mengandung bahan yang berpotensi menyebabkan alergi.
Tak kalah penting, ukuran lensa kontak juga harus disesuaikan dengan ukuran kornea mata. Hal ini tentu tidak bisa dilakukan sendiri tanpa konsultasi ke dokter mata. Sebab, dr. Rini Mahendrastari Singgih, DSM, dokter mata dari Klinik Mahendra Indonesia, melihat, kebanyakan lensa kontak memiliki ukuran diameter terlalu besar (15 mm) dari ukuran kornea rata-rata.
“Banyak pemakai lensa kontak yang memilih ukuran besar karena efek atau warnanya terlihat lebih jelas. Padahal, lensa kontak yang terlalu besar membuat mata jadi sulit bernapas atau disebut juga hypoxia. Akibatnya, mata jadi lelah dan memerah,” katanya. Ukuran lensa kontak yang ia anjurkan adalah 13,8-14 mm.
Kesalahan lain yang dilakukan oleh banyak pemakai lensa kontak adalah pemakaian lensa yang terlalu lama dan perawatan atau penggunaannya yang kurang higienis. Padahal, ketika seseorang memutuskan untuk memakai lensa kontak, artinya mereka harus siap untuk berkomitmen dan disiplin soal kebersihannya. Misalnya, mencuci tangan sebelum menyentuh lensa, menyimpannya dalam tempat yang tertutup rapat, membersihkannya secara rutin, melepasnya sebelum tidur, dan menggantinya sesuai batas waktu penggunaan lensa kontak.
Pemakai lensa kontak, terutama yang sifatnya hanya kosmetis, harus pandai membuat strategi sehari-hari untuk menghindari iritasi atau gangguan penglihatan lainnya. “Kalau akan menghadiri suatu acara dan berencana untuk tinggal di sana lebih dari 2 jam, sebaiknya membawa kacamata, supaya lensa kontak tidak dipakai terlalu lama,” sarannya. (f)