Tip Menulis
Mirip Bukan Berarti Plagiat

5 Apr 2016


Foto: Fotosearch

Saya menulis novel pertama saya berjudul "Semusim, dan Semusim Lagi" setelah selesai membaca novel "The Outsider" (L'Etranger) karya pengarang Prancis, Albert Camus. Waktu itu, saya sedang semangat belajar menulis, dan kagum setengah mati dengan novel itu. Kekaguman ini mendorong saya untuk menulis novel yang mirip--setidaknya menurut perasaan sendiri. Bisa dibilang "Semusim, dan Semusim Lagi" semacam surat cinta saya untuk Camus.

Kadang menulis itu--apalagi ketika baru memulainya--rasanya seperti terus-terusan berada di kegelapan. Mengambil inspirasi dari karya lain bagaikan ‘meminjam obor’ untuk sedikit menerangi jalan.

Untuk menghindari tuduhan plagiat, ya, jangan menyontek. Pertama-tama harus dibedakan dulu antara ‘mirip’ dengan ‘nyontek’. Bisa saja gaya narasi yang seorang penulis gunakan, mirip dengan novel tertentu. Tapi, dalam proses penciptaan karya, si penulis tidak boleh menyalin secara utuh plot atau karakter tokoh di novel yang menginspirasinya itu.

Ide cerita dan detail harus diciptakan sendiri, berdasarkan gagasan dan pengalaman si penulis. Kalau dikerjakan dengan serius dan tulus, niscaya akan terhindar dari tuduhan plagiarisme. Soalnya, setiap pengarang akan menggali bahan tulisan dari dirinya sendiri, yang selalu unik.

Bagi saya, seseorang dikatakan plagiat kalau dia menyalin secara utuh kalimat dan gagasan orang lain, lantas mengakuinya sebagai kalimat atau gagasan sendiri. Dalam dunia akademik (karena saya juga pengajar) batasannya lebih jelas dan baku. Tapi saya kira di sastra pun sama. Plagiarisme itu tindakan mencuri.

Di sisi lain, saya tipe penulis yang tidak percaya orisinalitas. ‘Tak ada hal baru di bawah matahari’, kata pepatah. Seorang penulis akan sangat kesulitan kalau dalam setiap karyanya ia harus menulis hal yang belum pernah dikatakan orang lain. Sebenarnya yang bisa penulis lakukan hanyalah mencoba menuturkan ulang segalanya dengan cara yang segar dan berbeda.

Jika karya Anda diplagiat, lakukan penuntutan. Bukankah ada hak cipta alias copy right. (f)

Andina Dwifatma, Penulis Novel. 


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?