True Story
Insiden Anak Jatuh ke Kandang Gorila dan Peringatan untuk Para Orang Tua

31 May 2016


Foto: Dok. CincinnatiZoo.org

Entah bagaimana awalnya, seorang bocah berusia 4 tahun, terjatuh ke kandang gorila di area Gorilla World, Kebun Binatang Cincinnati, Ohio, Amerika Serikat pada Sabtu (29/5). Kepanikan langsung menyebar, para pengunjung ramai berteriak. Dalam 10 menit situasi berubah menegangkan, staf kebun binatang lalu memutuskan untuk menembak gorila bernama Harambe itu. Ia tewas seketika. Sedangkan si bocah hanya mengalami luka ringan, dan segera dibawa ke rumah sakit dan malamnya sudah boleh pulang ke rumah.
 
Seorang pengunjung mem-post video ini di Twitter, memperlihatkan ibu si bocah menangis terisak dan memanggil anaknya, “Ibu sayang kamu, Nak! Ibu di sini!” Tak ayal, insiden ini segera menjadi viral.
 
Dalam pernyataan resminya, Direktur Kebun Binatang Cincinnati, Thayne Maynard menegaskan, penembakan merupakan jalan akhir yang diambil untuk menangani situasi serupa dan menyelamatkan nyawa anak tersebut. Jika dibius, ada risiko gorila itu akan merasa kesakitan dan bereaksi agresif yang akan membahayakan si anak. “Kami menyesali insiden tragis ini harus berakhir dengan kematian gorila langka.”
 
Kendati demikian, salah satu saksi menyatakan Harambe sepertinya tidak berniat melukai anak itu. Brittany Nicely, seorang ibu yang sedang berada di sana bersama kedua anaknya, menyaksikan sejak awal saat bocah lelaki itu berada di sisi dalam pembatas kayu dan kawat di kandang gorila. Ia berusaha meraih si bocah, namun terlambat. Bocah itu jatuh ke parit dangkal di dalam kandang yang berjarak sekitar 3,05 meter dari lantai pengunjung. Harambe, meraih si bocah, namun tujuannya tidak bisa diprediksi. Ia berdiri melindungi si bocah, tapi tak lama ia membelah air dan menyeret si bocah.
 
Insiden ini memicu perbincangan ramai di dunia maya. Pertama, kok si bocah ini bisa ‘menembus’ pembatas keamanan 'rumah' gorila? Ini merupakan kejadian pertama di Gorilla World sejak dibuka pada tahun 1978. Kedua, banyak netizen mempertanyakan kelalaian ibu si bocah. Komentar mereka pun tak kalah keras. Menurut Britanny, kejadian itu terjadi sangat cepat. Sebagai sesama orang tua, ia berempati pada kerepotan si ibu tadi. Tak adil jika kita menuding anak itu dibiarkan.“Saya lihat si ibu membawa tiga anak, termasuk bayi dalam gendongannya,” seperti yang ia ceritakan pada New York Times.
 
Menurut Chairul Saleh, Wildlife Specialist WWF Indonesia, situasi ini pasti sangat dilematis bagi tim Kebun Binatang Cincinnati, terutama saat memutuskan harus mengakhiri hidup Harambe. Sebagai konservasionis, ia menyayangkan jika ada spesies langka yang mati akibat tindakan manusia. Setiap spesies adalah aset bangsa. Namun, keselamatan pengunjung kebun binatang juga jadi tanggung jawab pengelola.
 
“Setiap kebun binatang pasti sudah punya standar keselamatan yang harus dipenuhi. Misalnya, ada prasyarat kandang satwa harus dalam jarak tertentu dari pengunjung. Ini bukan hanya agar tidak membahayakan, tapi juga pertimbangan agar satwa merasa nyaman di habitat buatan,” jelas Chairul. Dalam situasi ini, ia berpendapat, tidak ada yang bisa disalahkan. Ini adalah murni kecelakaan yang tidak diharapkan oleh kedua belah pihak.
 
Perilaku agresif satwa sebetulnya jarang ditemui. “Satwa itu takut pada manusia. Biasanya mereka menyerang hanya karena nalurinya berkata ia akan diganggu. Namun, di kebun binatang sekalipun, kita tidak bisa memprediksi perilaku satwa. Apalagi, pasti ada anggapan mereka masih kental dengan sikap liar,” papar Chairul yang juga menekuni dunia primata. Di tanah air, ia aktif dalam kegiatan konservasi orangutan yang lebih banyak berpusat di Kalimantan.
 
Kebun binatang merupakan bentuk konservasi ex situ, yaitu pelestarian spesies di luar habitatnya. Selain peran konservasi, kebun binatang juga memiliki peran penting edukasi tentang konservasi dan keanekaragaman hayati pada masyarakat luas. Ini sekaligus menjadi peringatan bagi para orang tua untuk lebih berhati-hati dan menjaga anak saat berada di kebun binatang atau kawasan konservasi lainnya, seperti area Taman Nasional.

Di situs change.org muncul petisi berjudul Justice for Harambe yang diinisiasi oleh Sheila Hurt. Ia menulis, insiden penembakan Harambe lebih disebabkan oleh kelalaian orang tua si anak dan pihak kebun binatang tidak bertanggung jawab atas kemungkinan trauma dan luka pada anak. Petisi itu menuntut pihak-pihak terkait seperti kepolisian dan dinas sosial perlindungan anak setempat untuk menginvestigasi lingkungan rumah si anak sebagai upaya mengantisipasi kemungkinan insiden karena kelalaian orang tua di masa mendatang. Hingga saat berita ini ditulis, petisi itu telah ditandatangani oleh lebih dari 307.716 orang.
 
Para aktivis konservasi sedunia turut merasa kehilangan Harambe, si gorila punggung perak. Spesies yang tinggal di dataran rendah ini memang berada di ambang kepunahan karena perusakan hutan tropis yang jadi habitatnya, serangan penyakit dan perburuan satwa liar ilegal. Jumlah gorila punggung perak yang tersisa dan hidup di alam liar di Afrika hanya sekitar 175 ribu ekor. Harambe, lahir di penangkaran dan sehari sebelum ia ditembak baru saja berulangtahun ke-17. Para pengunjung kebun binatang Cincinnati meletakkan bunga di patung gorila sebagai ungkapan duka atas kepergian si punggung perak. (f)


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?