Foto: Des
Tepat pukul 06.00 Waktu Indonesia Tengah (WITA), bendera start dikibarkan oleh Bupati Tana Toraja, Ir. Nicodemus Biringkanae. Diawali dengan lomba lari kategori lomba lari Full Marathon (42K) yang diikuti oleh 58 orang termasuk para pelari elit dari Kenya dan Perancis. Disusul kategori 23K dengan 122 orang peserta. Sementara garis start untuk kategori 10K dan 5K, berada di Lapangan Bhakti, Rantepao, Kabupaten Toraja Utara, sekitar 18 kilometer dari Kota Makale.
Sakti Parantean, Ketua Panitia Toraja Marathon 2016 mengatakan bahwa pemisahan letak garis start dilakukan agar masyarakat Toraja di kedua kabupaten sama-sama merasakan kemeriahan. Namun, garis finish untuk ke 4 kategori lari tersebut dipusatkan di Lapangan Bhakti.
Toraja Marathon merupakan ajang Full Marathon pertama di Pulau Sulawesi yang digelar pertengahan Agustus 2016 lalu. Panita pun memilih rute terbaik dan menantang, sehingga para perlari dapat benar-benar merasakan indahnya alam dan budaya Toraja. “Rute lari berupa road dan semi trail, sebagi melawati kota dan juga perkampungan,” ujar Sakti.
Lintasan lari melewati kampung adat berusia ratusan tahun, persawahan, pemukiman adat hingga pemakaman kuno seperti, pemakaman para raja Suaya, dan goa alam Tampang Allo. Serta desa wisata Bebo dan Kete’ Kesu.
Toraja memang dikenal dunia sebagai daerah yang memiliki budaya dan adat istiadat yang sangat beragam dan unik. Alamnya indah dan asri. Dihiasi oleh perbukitan, gunung dan bebatuan granit, serta lembahnya yang hijau. Sungai berair jernih membelah perbukitan, menyusuri perkebunan kopi rakyat hingga sawah yang membentang luas. Semuanya tersaji untuk para pelari.
Di beberapa titik di lintasan lari, terlihat masyarakat berkumpul, mereka bersorak-sorai, melambai dan bertepuk tangan menyemangati para pelari. Ada pula anak-anak sekolah yang tergabung dalam tim drum band unjuk kemampuan mereka.
Kepada femina, beberapa pelari mengungkapkan, mereka ikut lomba lari Toraja Marathon, bukan hanya sekadar untuk menang atau untuk menyelesaikan lari hingga garis finish, tetapi ingin menikmati alam, budaya, adat istiadat Toraja. Tak sedikit dari para pelari yang berhenti untuk berfoto di tempat pemakaman khas Toraja. “Pemandangannya indah, tanpa polusi, lari pun jadi segar,” kata Fitri Ismiyanti, pelari asal Surabaya, Jawa Timur yang mengikuti kategori 23K.
Untuk mengembalikan stamina dan menghindari terjadi dehidrasi pelari yang melewati rute naik-turun, Wings Food menyediakan water station setiap 2,5 kilometer. Di sana para pelari dapat memperoleh dan menikmati minuman ISOPLUS, serta buah segar seperti, pisang dan semangka. (f)