Trending Topic
Sosok Pemimpin Pilihan di Mata Lintas Generasi

10 Jul 2018


Foto: AFP


Pesta demokrasi Pilkada 2018 (27/6) telah sukses terlaksana. Menurut Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU), Arief Budiman, ada 158 juta pemilih yang akan berpartisipasi pada Pilkada 2018, hampir 80% dari total pemilih nasional.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyatakan tingkat partisipasi pemilih pada Pilkada Serentak 2018 sebanyak 73,24 persen dari total daftar pemilih tetap sebanyak 152.079.997 orang. Dari tingkat partisipasi itu, tingkat partisipasi wanita merupakan yang tertinggi, mencapai 76.67 persen. Sedangkan untuk pemilih laki-laki sebanyak 69.32 persen.

Jika kebanyakan pemilih adalah wanita, seperti apakah calon pemimpin yang ideal di mata mereka? Lebih jauh, jika dikelompokkan lagi antar generasi (Generasi X, Generasi Y, dan Generasi Z), apakah ada perbedaan sosok ideal pemimpin di mata masing-masing generasi?

Beberapa waktu lalu, Femina bersama Accenture dan Jurnal Perempuan melakukan Survei Pemimpin Pilihan Perempuan terhadap 1.580 responden dengan metode kuantitatif. Dari hasil survei yang dilakukan di seluruh Indonesia secara daring ini, menunjukkan ternyata ada perbedaan sosok pemimpin ideal di mata lintas generasi.

Bagi Generasi X (usia 37 tahun ke atas) dan Generasi Y (usia 22-36 tahun), kedua kelompok usia ini sudah pernah punya kesempatan memilih di tahun-tahun sebelumnya. Sementara dari kelompok usia termuda yaitu Generasi Z (usia di bawah 21 tahun), mereka baru pertama kalinya mendapat kesempatan memberi suara.

Generasi yang lebih muda semakin tidak peduli pada partai yang menjadi pendukung seorang calon pemimpin. Jika pada mereka yang berasal dari generasi X ada 34, 1 persen  responden yang menganggap partai pendukung pemimpin pilihan mereka penting. Sementara pada generasi X, jumlahnya 22,7 persen. Dan pada generasi Z, hanya 15,9 persen yang menganggapnya penting. 
 
Bagi Generasi X dan Generasi Y, partai pendukung calon pemimpin pilihan mereka lebih penting ketimbang kesamaan agama dengan mereka. Namun, pada generasi Z yang terjadi justru sebaliknya. Mereka ternyata lebih mengutamakan kesamaan agama (19,9 persen) sang pemimpin, ketimbang mempertimbangkan partai pendukungnya (15,9 persen).

Kesadaran untuk memilih calon pemimpin yang tak hanya pandai berpolitik, tapi juga memiliki karakter dan sikap yang baik di rumah, sangat menentukan responden dalam memilih calon pemimpin. Kesadaran ini lebih tinggi pada Generasi Y dan Z dibadingkan Generasi Z.

Generasi Y dan Generasi Z sepakat bahwa faktor pemimpin bersikap kasar menjadi faktor teratas yang membuat mereka enggan memilih, masing-masing sebesar 75,6 persen dan 78,1 persen. Sedangkan Generasi X berpendapat tidak akan memilih jika pemimpin pernah melakukan KDRT (74,4 persen).

Sedangkan untuk kinerja yang diharapkan, masing-masing generasi punya ekspektasi yang berbeda, sesuai dengan kebutuhan mereka.

Pada Generasi Z, calon pemimpin haruslah melibatkan perempuan dalam pembangunan menjadi faktor penting (70,9%), sedangkan Generasi Y lebih menginginkan sosok pemimpin pilhannya mendukung program anti kekerasan (75,5%), dan bagi Generasi Z mengharapkan adanya ketersediaan lapangan kerja (70,2%). Hal ini bisa dimaklumi karena pemilih Generasi Z berada di kelompok usia masih menempuh studi atau baru lulus studi. (f)

Baca Juga: 
Gen Z Tak Kalah Antusias Ikuti Pilkada Serentak, Ini Alasannya

Tingkat Partisipasi Wanita Tertinggi, Ini 6 Fakta Menarik Pilkada Serentak 2018

Ternyata, Figur Pemimpin yang Jujur dan Berintegritas Lebih Disukai Pemilih Wanita

 


Topic

#Pilkada, #suaraandaberharga, #pilkadaserentak

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?