Trending Topic
Ketika Gender Makin Fleksibel

3 Nov 2018



 
Menurut Lini Zurlia, aktivis queer dan feminis dari Arus Pelangi, gender fluid meliputi peran, ekspresi, dan identitas. Karena itu pengertian gender fluid yang masih awam bagi sebagian besar orang, terdengar sangat kompleks.
 
"Gender fluid gampangnya adalah seseorang bisa saja mengidentifikasi dirinya sebagai perempuan pada satu waktu, tapi di waktu lain ia merasa tidak lagi cocok dengan identitas tersebut dan mengidentifikasi diri sebagai gender yang lain, atau benar-benar tidak peduli dengan segala kotak-kotak gender identitas dan role itu," ujar Lini.
 
Terminologi gender fluid digunakan para peneliti untuk melihat perkembangan terhadap individu yang tidak mau lagi pusing dengan pengkategorian sebagai wanita, pria, ataupun transgender.
 
“Menurut saya, gender fluid ini seperti pemikiran yang menolak batasan-batasan yang selama ini ada, misalnya batasan bagaimana seorang anak perempuan harus berperilaku. Misalnya, perempuan tidak boleh tertawa lebar,” ujar Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi., Psi., psikolog yang berkecimpung dalam dunia pendidikan anak.
 
Monty P. Satiadrama, psikolog dari Universitas Tarumanegara, melihat kemunculan gender fluid sebagai upaya untuk meruntuhkan batasan yang menimbulkan kesenjangan gender, meniadakan batasan aturan sosial, dan membebaskan diri dari kaidah konvensional.
 
“Paham tersebut banyak dianut oleh remaja dan dewasa awal yang relatif ingin memberontak terhadap kaidah sosial yang ada. Hal ini merupakan bentuk pemberontakan kaum muda terhadap kemapanan, selaras dengan kondisi gejolak perkembangan mereka dalam periode badai,” jelas Monty.
 
Lingkungan menjadi salah satu faktor yang berpengaruh, terutama bagi para remaja yang masih bergulat dengan pencarian identitas diri. Apa yang menjadi tren di lingkungan pergaulan, atau apa yang dilakukan oleh idola mereka, akan memengaruhi pemikiran mereka juga. Kemerdekaan berekspresi menjadi bagian dari kebutuhan mereka dalam pencarian identitas diri. Hal ini pun ditemukan oleh Vera di banyak kasus yang ditemuinya.
 
Dalam konteks Indonesia yang sangat lekat dengan budaya patriarki, manusia yang dilahirkan sebagai pria atau wanita harus tumbuh dan berkembang sesuai dengan peran gender yang diharapkan masyarakat.
 
"Ketika seseorang tidak merasa cocok dengan ekspektasi tersebut, muncullah pemikiran, mengapa saya tidak bisa sekadar menjadi manusia saja. Mengapa saya harus menjadi pria dengan segala kewajibannya? mengapa saya harus menjadi wanita yang harus melaksanakan semua peran domestik? Itulah yang mendorong gender fluid," papar Lini.
 
Lini sendiri mengategorikan diri sebagai pribadi yang memberontak dari peran gender yang diharapkan orang tua, keyakinan, dan masyarakat. Meski, ia tetap mengidentifikasikan diri sebagai wanita. Mereka yang melawan pengotakan gender tersebut kemudian mengidentifikasi dirinya sebagai gender fluid, bergantung pada keputusan individu.
 
“Saya pernah mendengar selintas tentang gender fluid, tapi saya tidak betul-betul paham apa maksudnya. Dalam pikiran saya, jika ini menyangkut mengingkari jenis kelamin yang sudah digariskan oleh Yang Mahakuasa, ini sesuatu yang salah. Dosa,” ujar Bima, ayah dari empat anak. Pendapat Bima ini juga menjadi pendapat mayoritas dari beberapa orang tua yang dimintai pendapat tentang gender fluid.
 
Pemikiran ini kemungkinan lahir dari pemikiran bahwa peran, identitas, dan ekspresi gender yang cair itu mencerminkan orientasi seksual seseorang. Padahal menurut Lini, tidak sesederhana itu.
 
Gender sangat berbeda dengan orientasi seksual atau ketertarikan, karena gender ini paras luar, maka ia mudah diidentifikasi. Berbeda dengan orientasi seksual, yang berada di hati individu yang paling dalam, dimana ia bisa tertarik dengan seseorang. Karena itu, gender fluid seseorang umumnya tidak memengaruhi orientasi seksual seseorang. Dan memang lazimnya begitu," jelasnya.
 
Kalau ada orang yang mengidentifikasi diri sebagai gender fluid, ia bukan pria bukan juga wanita atau transgenser, belum tentu secara ketertarikan mereka tertarik pada sesama atau yang berbeda. Gender itu belum bisa menggambarkan orientasi seksual seksual seseorang. (f)

Baca Juga:

Sajak Sri Mulyani: Puisi Menyayat Hati Untuk Korban Lion Air JT 610
Kasus Penculikan Anak di Tangerang Selatan Ternyata Hoax. Begini Cara Cek Berita Hoax.
Ini Cara Menebak Karakter Seseorang dari Tulisan Tangannya


Topic

#gender

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?