Trending Topic
Apakah Generasi Z Lebih Toleran Terhadap Perbedaan?

11 Jul 2018


Foto: Shutterstock

Untuk menangkap aspirasi wanita terhadap pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak 2018,  Femina Group, Accenture, dan Jurnal Perempuan, menggelar survei Pemimpin Pilihan  Perempuan yang dilaksanakan secara online pada Maret hingga pertengahan Mei 2018 lalu. Survei yang dilakukan secara kuantitatif ini diikuti oleh 1.580 wanita 15 tahun keatas dari seluruh Indonesia. Survei ini bertujuan untuk melihat sosok pemimpin ideal di mata wanita dan bagaimana wanita melihat dinamika politik di Indonesia saat ini.
 
Salah satu hasil yang perlu dicermati adalah temuan tentang responden yang cenderung memilih calon pemimpin yang seagama dan satu etnis dengan mereka.
 
Pada wanita berusia 22 – 36 (generasi Y), ada 14,4 persen yang cenderung memilih pemimpin seagama, dan jika ada pilihan calon yang tidak seagama, 18,3 persen tidak akan memilihnya.
 
Sementara wanita yang berusia 37 tahun ke atas (generasi X), ada 18,9 persen yang cenderung memilih calon pemimpin karena kesamaan agama. 16,7 persen dari wanita generasi yang sudah beberapa kali memberikan suara dalam pemilihan langsung ini tidak akan memilih calon yang berlainan agama.
 
Angka ini menandakan adanya kecenderungan intoleransi dalam memilih calon pemimpin politik. Bagaimana dengan generasi Z yang berusia 17 – 21 tahun? Apakah generasi muda harapan masa depan bangsa ini cenderung lebih toleran?
 
Ternyata angkanya malah lebih besar. Ada 19,9 persen responden dari generasi Z yang akan memilih calon pemimpin karena kesamaan agama. Jika ada calon yang tidak seagama dengan mereka, maka ada kecenderungan untuk tidak dipilih (23,1 persen ).
 
Pada generasi Z juga masih ada kecenderungan  untuk tidak memilih calon pemimpin yang berlainan etnis dengan mereka. Jelas ini menjadi hal yang patut diwaspadai, mengingat pada mereka lah masa depan demokrasi di negeri ini akan bergantung.
 
Kecenderungan yang mengkhawatirkan ini juga pernah terungkap dari survei yang dilakukan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 1 hingga 7 Oktober 2017, melibatkan 2181 responden: 264 guru, 58 dosen, 1522 siswa, dan 337 mahasiswa. Survei ini dipublikasikan akhir tahun 2017.
 
Hasil dari survei itu menunjukkan adanya pengaruh intoleransi dan radikalisme menjalar ke banyak sekolah dan universitas di Indonesia. 

Menurut survei tersebut, terdapat 51,1 persen responden mahasiswa/siswa beragama Islam yang memiliki opini intoleran terhadap aliran Islam minoritas, yang dipersepsikan berbeda dari mayoritas, seperti Ahmadiyah dan Syiah. Selain itu, 34,3 persen responden yang sama tercatat memiliki opini intoleransi kepada kelompok agama lain selain Islam. 

Survei tersebut juga menunjukkan, 48,95 persen responden siswa/mahasiswa merasa pendidikan agama memengaruhi mereka untuk tidak bergaul dengan pemeluk agama lain. Lebih gawat lagi, 58,5 persen responden mahasiswa/siswa memiliki pandangan keagamaan pada opini yang radikal. 

Menurut Saiful Umam, Direktur Eksekutif PPIM UIN Jakarta, kondisi pada generasi Z Indonesia, yaitu yang lahir setelah 1995, seperti api dalam sekam, belum menyala tapi ada potensi untuk menjadi api.

Saiful menyebutkan, ada empat faktor yang bisa jadi pemicu intolerasni. Pertama, guru atau dosen yang menanamkan pemikiran itu. Kedua, akses internet dan media sosial untuk mendapatkan pengetahuan agama. Ketiga, persepsi tentang kinerja pemerintah terutama dalam masalah ekonomi dan hukum. Anak-anak muda generasi Z menganggap kesenjangan ekonomi antara yang kaya dan miskin berada dalam taraf yang parah. Keempat, persepsi umat Islam sebagai korban yang terdzalimi. Sekitar 36,79 persen siswa dan mahasiwa percaya non-muslim lebih  diuntungkan dalam bidang ekonomi, dan bertanggungjawab atas ketimpangan sosial ekonomi di Indonesia,” terangnya seperti dikutip dari NU online.
 
Hasil ini merupakan peringatan bagi siapa pun, bahwa kondisi Indonesia masih rawan terguncang  oleh isu intoleransi, terutama menjelang masa pemilihan pemimpin politik. (f)
 
Baca Juga:

Gen Z Tak Kalah Antusias Ikuti Pilkada Serentak, Ini Alasannya
Tingkat Partisipasi Wanita Tertinggi, Ini 6 Fakta Menarik Pilkada Serentak 2018
Ini Survei Tentang Pemimpin Pilihan Wanita
 


Topic

#survei, #pikadaserentak2018, #pilkada, #suaraandaberharga

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?