Trending Topic
3 Inisiatif Menyebarkan Nilai Toleransi dalam Masyarakat

26 Aug 2016


Foto: Fotosearch

Di tengah maraknya kekerasan berbasis SARA, mereka aktif menyebarkan nilai toleransi dan perdamaian. 

Gerakan Gusdurian Menyasar Pemuda
Alissa Wahid, 44, Putri Alm. Abdurrahman Wahid & Koordinator Jaringan Gusdurian Indonesia

Sepeninggal Gusdur tahun 2010, kami merasa perlu mewarisi buah pikir positifnya kepada generasi-generasi penerus. Hingga akhirnya kami membentuk jaringan Gusdurian. Ada 9 nilai pemikiran Gusdur, yaitu ketauhidan, kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, pembebasan, persaudaraan, kesederhanaan, kekesatriaan, dan kearifan lokal.

Sembilan nilai ini menjadi esensi perjuangan ribuan anggota jaringan Gusdurian di 120 Indonesia dan beberapa negara lainnya, seperti Arab Saudi, Malaysia, hingga Australia. Tidak ada batasan siapa yang boleh bergabung. Semua orang, dari berbagai latar belakang suku, agama, ras, dan gender berbeda pun boleh berjalan beriringan bersama kami menyebarkan kedamaian. 
           
Para Gusdurian tak memberi ruang bagi intoleransi. Bahkan, dukungan toleransi tidak terbatas hanya di aspek suku, ras, agama, dan budaya, kami juga merangkul mereka-mereka yang transgender sekalipun. Selama kami manusia, maka kami semua setara.
           
Penting untuk menanamkan nilai-nilai tersebut sedini mungkin. Memang, saat ini kami belum konsentrasi pada anak-anak, tapi lebih kepada para muda-mudi. Kenapa? Karena mereka masih punya semangat yang tinggi dan diyakini dapat menularkan antusiasme serta pemikiran positif tersebut kepada kawan-kawannya. Bahkan, kelas pemikiran Gusdur yang rutin kami laksanakan dihadiri oleh mereka yang berusia 20-35 tahun.

Toleransi tak memiliki batas dan sekat, Gusdurian juga tidak terikat tempat. Kegiatan para Gusdurian bisa Anda lihat di  www.gusdurian.net, twitter @GUSDURians, dan Facebook Page @GUSDURian. Gusdurian baru saja membuka situs kabarkan.org dan twitter @kabarkan_org untuk menjadi jalur untuk melaporkan hatespeech dan diskriminasi bagi masyarakat.
 
Pertukaran Anak Daerah
Ayu Kartika Dewi, 33, Co-Founder SabangMerauke

SabangMerauke (SM) merupakan sebuah komunitas yang melakukan pertukaran pelajar antardaerah di Indonesia dan bertujuan menanamkan nilai kebinekaan sejak dini. Kami percaya bahwa paparan terhadap tempat, orang, dan kebudayaan yang berbeda akan membantu seseorang untuk berpikiran lebih terbuka, lebih mampu menerima perbedaan sebagai sebuah kewajaran yang bermuara pada sikap toleran.
           
Adapun, kegiatan yang SM lakukan adalah mengajak sejumlah anak-anak tingkat SMP dari berbagai kota di Indonesia untuk tinggal bersama keluarga yang memiliki latar belakang ras, suku dan agama yang berbeda-beda dari mereka di Jakarta.
Anak-anak ini akan menghabiskan waktu tiga minggu untuk melalui berbagai macam aktivitas yang mengakomodasi tiga pilar penting SabangMerauke, yaitu toleransi, pendidikan, dan keindonesiaan. Untuk penanaman materi toleransi, salah satu yang dilakukan adalah dengan mengunjungi tempat-tempat  ibadah sekaligus berdiskusi dengan para pemuka agama.
           
Namun memang, dalam implementasinya, banyak tantangan yang harus kami hadapi. Salah satunya adalah menggalang dukungan, baik keikutsertaan dalam program maupun dukungan finansial. Kami harus bekerja ekstra keras agar mendapatkan kepercayaan dari masyarakat tentang betapa pentingnya edukasi toleransi bagi anak-anak ini, yang tak hanya diajarkan di ruang kelas, tapi juga harus mereka alami dan rasakan.

SabangMerauke juga giat menyebarkan semangat toleransi lewat media sosial mereka Facebook @SabangMeraukeID, twitter @SabangMeraukeID, dan IG @sabangmerauke. Jika Anda ingin bergabung dengan kegiatan mereka, Anda bisa mendaftar lewat situs www.sabangmerauke.id.
 
Hingga ke Mancanegara
Maya Tanama, 59, Bendahara
CISV Indonesia
CISV adalah komunitas global yang berdedikasi mengenalkan semua orang dari berbagai tingkat usia yang dibentuk oleh Rose Marie Kartodirdjo, Mira R. Wisendha, dan  almarhumah Hestia Utomo sejak tahun1991. Para delegasi akan ditanamkan nilai-nilai toleransi, cinta damai, penghormatan atas keragaman sekaligus menjadi persahabatan secara global.

Selain mengadakan perkemahan lokal di dalam negeri, CISV juga mengadakan pertukaran budaya antarnegara yang mengizinkan para delegasi yang terdiri atas anak-anak sampai dewasa untuk mengikuti summer camp dan interchange di berbagai negara tujuan. Ada yang ke Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Jerman, atau 70 negara lainnya yang tergabung dengan komunitas CISV global.

Mereka tidak hanya mempelajari kekayaan budaya asing yang belum pernah mereka ketahui, tapi juga beradaptasi dengan kebiasaan mereka yang bisa jadi sangat bertolak belakang. Misalnya saja, ketika ikut tinggal dengan keluarga di Vietnam, anak-anak harus terbiasa makan menggunakan sumpit. Atau, ketika mengikuti perkemahan di Jepang, kita semua harus terbiasa dengan budaya mandi mereka yang dilakukan bersama-sama.

CISV Indonesia berkantor di Citilofts Sudirman, Floor 15, No. 25A, Jakarta Selatan. Telepon: +62 21 25558926, dan Email: Indonesia@cisv.org (f)
 

Baca:
Mengapa Masyarakat Kita Mudah Mengalami SARA?
 


Topic

#intoleransi

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?