Sex & Relationship
Ups, Wanita Juga Punya Kecenderungan Tidak Setia

28 Feb 2017


Foto: Pixabay
 
Menurut teori Darwin, hewan jantan memiliki kecenderungan untuk memiliki pasangan lebih dari satu betina, karena hewan jantan pada satu musim kawin dapat membuahi banyak betina. Pandangan ini rupanya juga merembet ke dalam kehidupan manusia; di mana masyarakat masih memiliki standar ganda tentang pria dan wanita.  Bagi masyarakat, pria yang memiliki lebih dari satu pasangan masih ‘diperbolehkan’, sedangkan wanita yang memiliki lebih dari satu pasangan sangat ditentang. 

Meskipun manusia berbeda dari hewan, namun –bila Darwin lebih teliti lagi-- sebenarnya hewan betina juga memiliki kecenderungan untuk menarik perhatian lebih dari satu pejantan (terutama pada saat ovulasi). Penelitian yang dilakukan oleh David Schmitt dari Bradley University, Amerika Serikat, menyimpulkan, ternyata wanita (manusia) juga memiliki kecenderungan untuk memiliki lebih dari satu pasangan, meskipun umumnya dibatasi oleh budaya, moral (agama), dan aturan dalam masyarakat.

Namun, menurut penelitian Lee dan Koss --dua tokoh psikologi dewasa (adult psychologist)-- yang berjudul The Marriage and Family Experience: Intimate Relationship in a Changing Society (2005), penyebab ketidaksetiaan tersebut sangat berbeda pada pria dan wanita. Pria umumnya tergoda untuk tidak setia karena adanya daya tarik fisik wanita lain yang lebih oke; sedangkan wanita cenderung tidak setia bila ada ketidakpuasan dalam hubungannya dengan pasangan. 

Karena itu, kita sering menemukan, pria yang kehidupan keluarganya bahagia, namun dia tetap tidak setia. Adapun wanita, ketidakpuasan pada pasangan terkadang tidak tampak secara eksplisit, karena wanita cenderung menutupi masalah keluarganya. Tak heran bila orang luar sering bertanya-tanya bila ada seorang istri yang berselingkuh, “Lho, suaminya kurang baik kayak apa lagi, sih?”

Yang tak dapat dianggap remeh, infidelity merupakan bibit utama penyebab perpecahan suami-istri atau sepasang kekasih. Lebih konyol lagi kalau hal itu dilakukan hanya sekadar mengikuti tren yang ada di lingkungannya. Harus diakui, wanita zaman sekarang, terutama wanita bekerja, memiliki lingkungan sosial yang lebih luas. Otomatis, mereka juga jadi punya lebih banyak rekan pria sebagai referensi pembanding, sehingga potensi ketidakpuasan juga makin besar. Bandingkan dengan wanita zaman dahulu yang umumnya hanya memiliki suami sebagai referensi.

Kita memang tidak bisa dengan gampang menghakimi bahwa wanita yang memiliki kekasih gelap bukanlah wanita baik-baik. Nyatanya, cukup banyak wanita baik-baik yang memiliki pria lain sebagai kekasih, dan alasannya pun bukan sekadar mengikuti dorongan petualangan atau mengejar materi saja.
Namun, bila kita sudah memutuskan untuk berkomitmen dengan seseorang, semestinya kita mau belajar untuk menghargai komitmen tersebut. Si lajang memang masih berhak untuk pilih-pilih. Namun, tak ada salahnya memanfaatkan masa berpacaran untuk belajar menghargai komitmen. Oleh karena itu, kalau seorang wanita memendam rasa tidak puas terhadap pasangannya, cobalah segera mencari akar penyebab ketidakpuasan tersebut, dan jangan dibiarkan berlarut-larut. Selanjutnya, cobalah mengomunikasikannya dengan pasangan untuk mencari jalan keluar.

Tak ada suami yang sempurna, seperti juga tak ada istri yang sempurna. Karena itu, cobalah belajar menerima pasangan kita apa adanya, dengan semua kekurangannya (kecuali yang sudah keterlaluan), dan bukan dengan cara mencari titik penyeimbang di tempat lain. Apalagi, pada umumnya wanita cenderung merasa lebih nyaman dengan hubungan  yang bersifat monogamis. Sehingga, meskipun ia berusaha mendapat ‘pengakuan’ dari banyak pria, tetap saja pada akhirnya ia mencari kebahagiaan hakiki dari satu pria saja. (f)
 
(Konsultan: Psikolog Ira Puspitawati)

Baca juga:
Selalu Dukung Pasangan dengan 4 Cara Ini
Kriteria Ideal Tidak Jadi Patokan Lagi Saat Bertemu Tambatan Hati
 
Tak Yakin Pasangan Berkomitmen untuk Hidup Bersama

 Tina Savitri
 
 


Topic

#Selingkuh

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?