Sex & Relationship
7 Hal yang Harus Diketahui Pasangan Sebelum Menyiapkan Detail Pernikahan

26 Apr 2017


Foto: Fotosearch

Jatuh cinta memang perasaan yang luar biasa, tapi untuk menjaga keutuhan cinta pun butuh keahlian luar biasa. Yap, karena cinta saja tidak cukup. Harus ada tanggung jawab, pengertian, kompromi, kesabaran, dan banyak lagi hal lain yang memengaruhi sebuah hubungan jangka panjang. Nah, sebelum berkomitmen untuk menghabiskan seumur hidup dengan pasangan, psikolog Henny E. Wirawan MWS, Psychologist, Psychotherapist.QIA, CRMP, punya tujuh faktor yang harus dipahami sebelum melangkah ke jenjang pernikahan.
 
1/ Fisik
Fisik di sini bukan masalah penampilan luar, ya, melainkan kesehatan dan kedewasaan dari tubuh si calon mempelai. Terutama bila kita dan pasangan sama-sama menginginkan keturunan. "Bila memang ingin punya anak, persiapkan kesehatan fisik dengan cara memeriksakan kesehatan. Hal ini perlu supaya nantinya tidak ada alasan saling menyalahkan—bila salah satu mandul—saat anak yang dinanti tak kunjung datang," jelas Henny. Tahu sendiri, kan, kondisi saling menyalahkan ini sering kali memicu perpecahan rumah tangga. Selain mengecek masalah kesuburan, tentunya pemeriksaan kesehatan dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan di masa mendatang.
 
2/ Ekonomi
Uang sering disebut-sebut sebagai salah satu faktor pemicu konflik dalam hubungan. Oleh sebab itu, sejak awal kita harus segera persiapkan manajemen keuangan untuk menghindarinya. "Calon mempelai harus siap bahwa dalam pernikahan akan ada tugas dan tanggung jawab baru. Mulai dari bagaimana pernikahan digelar, apa biaya sendiri atau masih dibantu orangtua? Kalau sudah mau menikah, tapi masih suka minta pada orangtua, lebih baik jangan menikah dulu, deh," saran Henny.

Sewaktu melajang, kita masih bebas menggunakan gaji pribadi untuk hal apa pun. Namun, ketika berumah tangga, keuangan keluarga wajib dikelola berdasarkan kesepakatan bersama. Apalagi bila kita dan pasangan memiliki gaya maupun pemahaman finansial berbeda. Setelah berkeluarga, disarankan mengalokasi pendapatan untuk konsumsi 50% dari penghasilan, sisanya 50% untuk tabungan, proteksi, dan investasi. Atau, bisa juga, 70% konsumsi, sisanya 30% tabungan, proteksi, dan investasi. Jika masih bingung, silakan menggunakan jasa financial planner agar pengaturan keuangan lebih terarah.
 
3/ Emosi
Kehidupan pernikahan bukan cuma berisi candle light dinner, alias selalu bersenang-senang. Pasti suatu saat akan muncul perbedaan pendapat dan perselisihan. Untuk itu, kita harus menyiapkan emosi yang stabil, termasuk di antaranya mengelola amarah hingga tidak bergembira secara berlebihan. “Mempersiapkan emosi untuk menghadapi konflik menjadi tugas seorang individu yang akan menikah. Ini dilakukan sejak awal supaya nanti nggak kaget dan menyesal ketika menghadapi perbedaan," urai Henny. Dalam hal ini, penting pula mengetahui pola komunikasi masing-masing. Maklum, pola asuh keluarga membuat masing-masing individu punya kemampuan komunikasi berbeda. Bicarakan lagi, deh, bagaimana cara paling nyaman bagi kita dan pasangan saling berhubungan.
 
4/ Spiritual
Tanpa memandang keyakinan yang sama atau berbeda, kita dan si dia tetap harus berdiskusi mengenai peran agama dalam hubungan yang dijalani. Kesamaan agama memang memudahkan menyamakan cara pandang dalam membina pernikahan. Apalagi potensi konflik memang lebih besar bila berbeda agama. Namun, jangan sampai karena mau menikah dan tidak mau 'susah' melalui konflik, akhirnya agama disama-samakan. "Agama adalah pilihan hidup, sesuatu yang harus dipilih berdasarkan keyakinan. Bukan sekadar demi pasangan atau keluarga," tambah Henny. Kalau memang masalah keyakinan tidak bisa dikompromikan, mending tunda keinginan menikah atau lebih baik tidak usah sama sekali, supaya tidak runyam di kemudian hari.
 
5/ Persamaan atau perbedaan
Dalam suatu hubungan, memiliki persamaan memang lebih baik. Tapi, perbedaan juga indah, asal, menurut Henny, diperhatikan perbedaannya. "Penting untuk diinjau lagi, untuk bagian apa kita sama dan berbeda. Kalau, misalnya, berbeda soal hobi atau kebiasaan, seperti selera makan, itu bukan perbedaan prinsip dan masih bisa dinegosiasiasikan." Nggak salah, sih, bila kita berharap lebih pada pasangan. Namun, perlu disadari kita tidak bisa mengubah orang lain. Daripada meributkan perbedaan kecil yang membuang energi, coba toleransi dan terbuka terhadap pilihan si dia. Lalu mulai, deh, membuat kesepakatan-kesepakatan bersama dan selalu berusaha mencari titik temu. "Idealnya, sih, kalau sudah bicara mengenai pandangan hidup dan rencana masa depan, kita harus punya kesamaan," tegas Henny.
 
6/ Anak
Mau punya anak atau tidak, semua bergantung pada keputusan kita dan pasangan. Apakah mau menunda karena keuangan belum stabil, masalah kesehatan, atau ingin memilikinya sesegera mungkin? Bicarakan secara jelas tentang rencana ini sambil menyatukan pandangan tentang membentuk sebuah keluarga idaman. Pastikan kita dan pasangan benar-benar siap menjadi orangtua dengan menerima segala konsekuensinya.
 
7/ Mertua
Mengenal keluarga si dia sebenarnya berguna untuk mengenal lebih dalam calon pasangan kita. Sebagai yang membesarkan, calon mertua dapat menginformasikan lebih banyak mengenai diri pasangan—yang mungkin si dia malas mengungkapkannya. Ingat, deh, ungkapan: if you were married, you were married to the whole family. Kenali keluarga calon pasangan agar kita dapat memilah mana petunjuk yang berguna bagi pernikahan, atau hal-hal yang malah berpotensi jadi konflik. (f)

Baca juga:
7 Cara Mudah Mempertahankan Cinta Pasangan Selamanya
5 Hal yang Harus Dipertimbangkan Sebelum Menikah
Berteman dengan Ginekolog Sebelum Menikah

 
 


Topic

#pernikahan, #tipcinta

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?