Profile
Teddy Setiawan, Set Desainer Asal Indonesia yang Terlibat dalam Film Crazy Rich Asians

18 Sep 2018


Foto: Dok. Teddy Setiawan
 
Sudah nonton film Crazy Rich Asians kan? Adegan mana yang paling Anda suka dan tak terlupakan? Mungkin, salah satunya adegan saat Rachel Chu dan Nick Young berada di kelas bisnis pesawat dalam perjalanan menuju Singapura. Atau justru ketika pernikahan teman Nick yang dramatis, berjalan di atas air yang mengalir ke arah altar.
 
Hampir semua adegan yang diambil dalam film box office Amerika ini mengambil lokasi syuting di Malaysia dan Singapura. Bahkan adegan ketika Nick dan Rachel berada di New York, seperti adegan di bandara John F. Kennedy dan adegan di kafé di awal film.
 
Keindahan set film yang sangat identik dengan budaya Asia yang diangkat dari buku best seller karya Kevin Kwan ini tak lepas dari tangan para set desainer yang bekerja langsung dengan production designer, Nelson Coates dan tim. Dan, salah satu set desainer yang terlibat berasal dari Indonesia. Dia adalah Teddy Setiawan Kho (38).  
 
Lewat akun instagramnya @ted_kho, ia sempat menulis tentang desain set interior pesawat yang ia buat untuk film Crazy Rich Asians. Unggahannya itu membuat banyak orang penasaran tentang sosok Teddy.
 
Saat dihubungi femina via email, pria yang tengah berada di Marakesh ini mengaku senang ketika mendapatkan tawaran untuk ikut dalam tim yang mendesain ruang-ruang yang menjadi lokasi syuting film Crazy Rich Asians. Apalagi sebelum mendapatkan tawaran ini, kepada VOA Indonesia, Teddy mengaku telah mengenal lebih dahulu kisah orang-orang kaya Asia ini dari buku yang direkomendasikan temannya, setahun lalu.
 
“Saat itu saya baru selesai terlibat pembuatan film Beirut dan Supervising Art Director Crazy Rich Asians, Gary Mackay, menghubungi saya menawarkan untuk ikut mengerjakan Crazy Rich Asians,” cerita Teddy yang langsung menerima ajakan tersebut.
 
Antusias, Teddy tak mempermasalahkan banyaknya tantangan yang ia hadapi dalam pembuatan set untuk lokasi syuting film ini. Selain proses syuting yang dilakukan di Malaysia dan Singapura, tantangan terbesar yang ia rasakan selama pengerjaan adalah waktu persiapan yang sangat singkat dan anggaran yang cukup terbatas.
 
Proses kreatif untuk mewujudkan desain ruangan berangkat dari riset awal yang dilakukan oleh Production Designer, Nelson Coates. Ide ini kemudian dikembangkan oleh anggota tim termasuk Teddy. Termasuk didalamnya tentang arsitektur dan budaya peranakan, hingga elemen mewah bagi ‘orang kaya lama’ dan ‘orang kaya baru’. “Dari sini kami banyak diskusi bagaimana menyesuaikan dan menyulap lokasi-lokasi di Malaysia menjadi set untuk film dan tetap mengacu pada skenario dan adaptasi dari bukunya,” cerita pria lulusan Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (ITB) .


Toko perhiasan buatan Teddy dalam film Crazy Rich Asians/ Foto: Dok. Warner Bros
 
Ia bertanggungjawab untuk membuat beberapa set yang cukup signifikan seperti set interior pesawat, set pernikahan di gereja dan Gardens By The Bay, set toko perhiasaan (opening Astrid Wu), Rumah keluarga Goh, Hotel Raffles, sebagian Tyersall Park House, dan Cafe Cake and Carry (kafe pada adegan pembuka).
 
 
Set interior pesawat dan set Tyersall Park (rumah kediaman keluarga Nick Young-Red) diakui Teddy sebagai set yang paling menantang karena minimnya waktu persiapan yang ia miliki. Ia pun memberikan bocoran kalau set termahal dalam hal pembuatan adalah set pesta bujangan di atas kapal tangker. Sedangkan set termahal dalam hal sewa lokasi adalah set pesta pernikahan di Gardens by The Bay. 
 
Ide saat mengerjakan sebuah set film, Teddy mencarinya dari berbagai sumber, mulai hal-hal yang ia lihat sehari-hari, pengalamannya saat bepergian, hingga buku-buku sebagai referensi. Untuk film Crazy Rich Asians, latar belakangnya sebagai orang Indonesia dengan ragam budaya yang kaya menjadi keunggulannya.
 
“Sebagai warga ‘lokal’ Asia Tenggara, dan memiliki banyak kesempatan untuk berkunjung ke Singapura serta melihat budaya peranakan yang unik di Malaysia, dan memiliki akses ke buku-buku tentang budaya ini, saya beruntung. Karena semua pengalaman itu yang saya satukan menjadi ide-ide dalam mengembangkan desain untuk set film ini,” katanya.
 
Berbekal pengetahuan dan kemampuan dasar menggambar Teddy nekat terjun ke dalam industri film. Semuanya berawal ketika ia berkenalan dengan seorang teman yang berprofesi sebagai Art Director untuk iklan-iklan TV di Indonesia. “Saat itu saya masih berprofesi sebagai exhibition designer. Setelah tahu pekerjaan saya, dia mengajak saya untuk membantu kecil-kecilan dalam pembuatan iklan TV,” ceritanya.
 
Tak dipungkirinya, faktor keberuntungan dan kebetulan ia anggap memiliki peranan besar hingga menuntun kariernya ke panggung film internasional bahkan Hollywood. “Saya tidak pernah secara khusus belajar tentang set design dalam film. Jadi setiap mengerjakan film baru, saya ‘dipaksa’ mempelajari hal-hal baru. Bahkan sampai saat ini saya masih harus banyak belajar,” katanya, rendah hati.


Set romantic wedding yang ia wujudkan untuk film Crazy Rich Asians./ Foto: Dok. Warner Bros
 
Beruntung dalam path hidupnya, Teddy mengaku bertemu dengan orang-orang yang sangat murah hati membagi ilmu mereka. Begitu pula soal kepercayaan yang kemudian ia dapatkan bagi berbagai pihak. Keterlibatan pertamanya menjadi set designer untuk serial Marco Polo di Netflix, membuka jalannya menuju perfilman Hollywood.  

“Ketika sutradarai Michael Mann datang ke Jakarta untuk syuting film Blackhat yang dibintangi Chris Hemsworthsaya dipanggil untuk membantu sebagai penerjemah. Nah dari situ kemudian saya mulai ditawari untuk terlibat di beberapa film asing (Jepang dan Singapura), kenalan saya bertambah dan kemudian mulai datang tawaran untuk mengerjakan film asing lain di Malaysia sampai akhirnya mendapat rekomendasi untuk film-film lainnya,” cerita pria yang juga menjadi Standby Propsman/On Set Props untuk film Beyond Skyline dan Art Director untuk film Beirut.
 
Menurut Teddy, bekerja di Hollywood tak seganas yang dipikirkan banyak orang. Ia pun kagum dengan profesionalisme yang selalu dikedepankan saat bekerja sehingga menghasilkan lingkungan kerja yang sangat sehat. Mereka juga sangat menghargai peranan setiap kru, terlepas dari besar kecil atau tinggi rendah posisi kru tersebut.
 
“Masih ada banyak hal yang saya harus belajar dalam setiap proyek film. Namun, satu hal yang membuat saya senang dalam setiap pengerjaan film Hollywood  adalah kesempatan yang diberikan kepada para kru untuk mendapatkan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi,” ungkap pria yang tengah mengerjakan proyek desain set untuk film John Wick 3. (f)

Baca Juga: 

Fakta 3 Bintang Paling Bersinar di Crazy Rich Asians: Henry Golding, Constance Wu, Awkwafina
5 Hal Ini Bikin Film Crazy Rich Asians Jadi Box Offices

Crazy Rich Asians, Kisah Cinderella versi Asia. Romantis dan Kocak!









 

Faunda Liswijayanti


Topic

#crazyrichasians, #film, #desainer

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?