Profile
Miralti Firmansyah Terpilih Berkolaborasi dengan Studio Komik Marvel

29 Jul 2016


Foto: Rizka Azizah

November 2014 lalu, di acara pameran komik terbesar, Comic-Con, Miralti Firmansyah (33) berkesempatan mengikuti portfolio review yang dilakukan langsung oleh pencari bakat dari studio komik Marvel, Amerika Serikat (AS). Di ajang yang diadakan di JIExpo Kemayoran, Jakarta itu, ratusan komikus dan desainer grafis berbakat dari Indonesia menunjukkan karya terbaiknya.

Mengikuti portfolio review tanpa beban, wanita yang biasa disapa Alti ini malah lolos ke babak berikutnya. Bersama Stellar Labs/Glitch Network, studio tempatnya bekerja, ia melanjutkan perjuangan menghasilkan goresan yang lebih kreatif. Dari ratusan peserta, Alti pun berhasil mencatat sejarah membanggakan. Ia menjadi satu-satunya penciller wanita asal Indonesia yang terpilih berkolaborasi dengan studio komik Marvel, AS, untuk proyek komik Star Lord & Kitty Pryde.

Bisa direkrut studio komik sebesar Marvel adalah impian semua komikus, termasuk dirinya. Ia mengaku senang karena berhasil melewati tahap portfolio review mengalahkan ratusan komikus terbaik dari seluruh Indonesia. Namun, Alti tak bisa berlama-lama larut dalam euforia suka cita. Sebab, tak lama setelah itu, ia harus segera menyelesaikan tantangan pekerjaan yang diberikan Marvel.

“Editor Marvel mengirimkan proses test page lanjutan berupa lima buah skrip dengan judul berbeda. Saya diminta memilih satu judul yang paling sesuai dengan style saya,” ujar wanita kelahiran Bandung, 11 Januari 1983 ini. Alti akhirnya memilih mengerjakan cerita Ms. Marvel karena memiliki scene menarik. Lalu, judul yang ia pilih itu ia buat versi komiknya sebanyak empat halaman.

Tak disangka, empat halaman itu memuluskan karier Alti selanjutnya. Hasil goresannya yang memuaskan itu membuat Marvel pun mempercayakan proyek komik Star Lord & Kitty Pride di tangan wanita lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD), Institut Teknologi Bandung (ITB). Bertindak sebagai penciller, proyek berskala dunia ini ia kerjakan bersama tim yang terdiri dari inker, letterer, dan colorist. Di proyek ini, Alti bekerja bareng Jessica Kholine, colorist, yang juga berasal dari Indonesia. Sementara penulis komik Fanboys vs Zombies, Sam Humphries, bertindak sebagai komikus. “Sebagai penciller, tugas saya membuat sketsa layout panel komik dan memvisualisasikan script ke gambar,” jelas penyuka manga Jepang ini.

Goresan tangan kreatif Alti bersama timnya itu pun sukses. Karakter Star Lord & Kitty Pryde mendapatkan respon positif dari pecinta komik dunia. Di Twitter dan Instagram, dua karakter tersebut dikenal dengan sebutan #StarKat dan sempat menjadi trending topic. Yang membanggakan, karya itu juga dipuji oleh Sam yang ternyata menyukai kepiawaian Alti menggambarkan ekspresi di tiap-tiap karakter.

Beres proyek Secret Wars, di awal 2016, Alti kembali mendapat kesempatan mengerjakan proyek yang lebih bergengsi: serial X-Men 92, sebagai penciller dan inker. Ia kembali berkolaborasi dengan tim yang anggotanya terdiri dari komikus asal AS, Chad Bowers dan Chris Sims. Alti boleh bangga, Ia menjadi satu-satunya wanita dan orang Indonesia di tim tersebut.       

Meski antusias bisa kembali ke masa ’90-an, era di saat karakter dalam komik ini tumbuh besar, memoles karakter X-Men 92 memberikan tantangan tersendiri. Menurutnya, semua tokoh komik X-Men 92 memiliki bentuk klasik, berbeda dengan karakter X-Men versi layar lebar yang sudah lebih realis.

“Yang muncul dalam proyek komik ini adalah karakter lama yang muncul kembali. Jujur, referensinya sangat sedikit. Teknologi komik berbasis komputer saat itu belum secanggih sekarang,” cetusnya. Ia mengisahkan, saat membuat salah satu karakter bernama Maverick, Alti harus bekerja keras menonton serial kartun X-Men klasik yang tayang di awal tahun ’90-an. Ini ia lakukan untuk mendapat referensi bentuk asli tokoh tersebut. “Menggambar Maverick, saya benar-benar mengerahkan daya kreativitas tinggi,” aku wanita yang juga mahir bermain gitar ini.

Keluwesan tangan Alti menggores karakter X-Men 92 menggunakan pensil itu lagi-lagi  menuai pujian di dunia maya. Banyak fans komik ini yang memuji pencapaian Alti karena namanya terdaftar dalam tim komikus yang kebanyakan adalah pria. Namun, menurut Alti, industri komik dunia tak pernah mendiskriminasi. “Tidak ada jaminan bahwa komikus wanita mendapat peluang lebih besar ketimbang pria. Skill tetap menjadi hal utama yang menentukan keberhasilan komikus,” tegas Alti. (f)

Baca Juga: Jelang Reshuffle Kabinet, Mengintip Gaya Kepemimpinan Sri Mulyani Indrawati

Ruth Ninajanty


Topic

#wanitahebat

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?