Health & Diet
5 Kontroversi Tentang Pembalut Wanita

8 Dec 2016


Foto: Fotosearch

Di dunia yang berputar cepat ini, wanita usia produktif mana yang bisa hidup tanpa pembalut? Pendukung aktivitas yang satu ini begitu melekat pada wanita, sehingga masing-masing pastilah memiliki pembalut pilihan yang cocok untuk dirinya. Mengenal siklus haid, kondisi tubuh saat menstruasi, dan kesesuaian dengan aktivitas harian yang membuat Anda menjatuhkan pilihan pada pembalut favorit. Bagaimana soal keamanan produk pembalut Anda? Mungkin hal ini perlu juga mulai Anda pertimbangkan.

Popularitas pembalut konvensional memang tak terbantahkan.  Meski diterpa desas- desus tentang racun pada pembalut, kita masih tetap memakainya, bukan? Menurut Andrea Donsky, pendiri situs Naturally Savvy dan penulis pendamping Label Lessons: Your Guide to a Healthy Shopping Cart, selama ini memang sedikit sekali yang diketahui publik tentang bahan-bahan yang digunakan untuk membuat pembalut wanita. Produsen tampon dan pembalut wanita memang tidak perlu mengungkapkan material pembuatnya karena produk macam ini dianggap sebagai perlengkapan kesehatan.

1/ Bahan Pembalut
Dalam situsnya, Andrea mengungkap bahwa pembalut terdiri atas dua materi utama: busa dan bahan paten yang disebut infinicel (materi berdaya serap tinggi yang bisa menyerap hingga 10 kali bobot bahan tersebut). Pada tiap helai pembalut wanita terkandung bahan kimia yang setara dengan empat buah kantong plastik. Bahan kimia pada plastik diketahui setidaknya mengandung BPA dan BPS yang dapat mengganggu pertumbuhan embrio dan diasosiasikan dengan penyakit jantung dan kanker.

Baca juga: 10 Gejala Kanker yang Terlewat


Bahan phthalates yang digunakan untuk memperhalus tampon pun tak kurang berbahaya.  Bahan plastik dan sintetis yang ada pada pembalut membatasi aliran udara, memerangkap panas dan kelembapan, dan berpotensi membuat jamur dan bakteri  tumbuh di seputar area intim Anda. Belum lagi bahan penetral bau atau pewangi yang disertakan di situ. Membuat sebuah pembalut seperti sarang bahan kimia saja.

2/ Benarkah Pembalut yang diputihkan dengan chlorone meninggalkan residu racun dioksin?
Studi menunjukkan dioksin adalah bahan pengancam yang cukup serius untuk kesehatan masyarakat karena bahan ini bisa menumpuk di jaringan lemak. Akibatnya, bila menumpuk bisa meracuni tubuh dan membuat sistem kekebalan tubuh bisa terganggu, sistem hormonal dan endokrin terganggu, serta bisa memicu pertumbuhan sel ataupun jaringan abnormal.

Seram? Ya. Tapi, bukan berarti Anda langsung berhenti memakai pembalut, bukan? Peneliti Pusat Teknologi Farmasi dan Medika, BPPT, Jakarta, Kurnia Agustini, M.Si, Apt, mengatakan, masyarakat tak perlu panik. Tiap pabrik penghasil pembalut mestinya sudah memiliki standar pembuatan produk dan material aman yang diperbolehkan oleh BPOM. Zat pemutih, misalnya, ditujukan untuk memutihkan material pembalut. Setelah proses pemutihan, kadar zat pemutih yang tertinggal ketika pembalut siap dipasarkan kepada konsumen tentunya telah terukur dan seharusnya pada ambang yang cukup aman bila bersentuhan dengan kulit.

“Memang, kulit di seputar organ intim wanita tergolong lebih tipis dibandingkan area kulit bagian tubuh lain. Bisa terjadi, bahan sintetis yang ada pada pembalut, setelah bereaksi dengan kelembapan dan panas di area itu, terserap melalui kulit, masuk ke pembuluh darah, dan terdistribusi ke seluruh tubuh. Ini sama dengan obat-obatan yang diberikan melalui vagina,” ujar Kurnia. Namun, seberapa besar terserap dan pengaruhnya, itu tergantung pada masing-masing orang. Itu sebabnya, ada beberapa orang yang mengalami iritasi, gatal, dan ruam saat memakai pembalut dengan kandungan tertentu, sementara orang lain tidak.

3/ Benarkah yang Penting Higienis?
Sifat kulit pada organ intim yang lebih mudah menyerap zat kimia, baik yang alami maupun sintetis,  tak selamanya negatif. Ini dimanfaatkan produsen untuk menciptakan pembalut yang mengandung ekstrak herbal. Menurut Kurnia lagi, penggunaan herbal dalam bentuk ekstrak pada pembalut sebetulnya sejalan dengan pengalaman empiris nenek moyang kita zaman dulu. “Bedanya, mereka dulu menggunakan rempah yang direbus sebagai pembasuh organ intim atau  sebagai ramuan untuk ratus. Tujuannya, untuk menjaga kebersihan organ intim dari luar.”          
 
Penggunaan ekstrak herbal pada pembalut atau panty liner, tambah Kurnia, diduga bertujuan kurang lebih sama, yaitu sebagai antiseptik, antibakteri, disinfektan, dan bisa membantu memperlancar peredaran darah. “Hanya, sekarang caranya lebih praktis. Langsung ada di pembalut yang kita pakai.”

4/ Pembalut Anion, Amankah?
Ada lagi yang belakangan populer, yaitu pembalut yang mengandung ion negatif (anion). Walau harganya lebih mahal dan kebanyakan dijual secara daring,  pembalut anion ini cukup laris. Teknologi ini sebelumnya  dimanfaatkan dalam bentuk gelang, alat perawatan kulit, hingga penyaring/pendingin udara. Klaimnya pun hampir sama. Pembalut dengan kandungan anion ini dikatakan dapat memperlancar sirkulasi oksigen dalam darah, menyeimbangkan hormon, hingga mencegah bakteri penyebab bau. Sayangnya, sejauh ini manfaat ion negatif dalam pembalut belum bisa dibuktikan oleh badan yang independen.

Yang perlu diperhatikan, baik pada pembalut konvensional maupun pembalut yang diperkaya bahan herbal maupun ion, adalah kehigienisan produk dan kehigienisan penggunanya. “Produk harus diproduksi dengan standar yang mengutamakan kebersihan produk dari awal pembuatan hingga sampai ke tangan konsumen. Itu sebabnya, kini pembalut dikemas satuan  untuk menjaga kebersihannya,” kata Kurnia.
 
5/ Pentingnya Mengganti Pembalut

Untuk menghindari risiko terserapnya bahan-bahan kimia sintetis pada pembalut ke pembuluh darah dan tubuh kita, ganti pembalut Anda dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Mengenai hal ini, dr. Dewi Prabarini, SpOG, ahli kebidanan, menyatakan, menstruasi Anda tergolong normal bila dalam sehari Anda menghabiskan sekitar 5-6 pembalut. Artinya, dalam sehari pada masa menstruasi, ada kemungkinan Anda mengenakan pembalut selama setidaknya untuk 4 jam. Maka, untuk alasan kebersihan, anjuran untuk mengganti pembalut  tiap 3 jam sekali adalah langkah yang cukup masuk akal.

Mau lebih aman, sekarang Anda bisa mendapati, terutama di toko-toko daring, pembalut organik yang dibuat tanpa proses pemutihan dengan bahan kimia dan menggunakan material yang lebih aman. Konsumsi juga makanan bernutrisi tinggi, termasuk suplemen bila diperlukan, yang membantu menjaga daya tahan tubuh selama masa menstruasi. Dengan daya tahan tubuh yang baik, diharapkan tubuh Anda tak rentan terhadap serangan bakteri. (f)

Nungki Agiyani


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?